Pangkal Panas Ekstrem

oleh

Oleh : Yopi Ilhamsyah*

Lintang tengah bahagian utara Bumi membara! Sebagaimana dilansir dari kantor berita Reuters (9/7/2024), di ibukota Jepang, Tokyo, suhu udara mencapai 40 derajat Celcius, enam orang dilaporkan meninggal dunia imbas serangan panas (heatstroke) ini.

Di Amerika Serikat dilansir dari AFP pada 10 Juli minggu lalu, suhu ekstrem menyentuh angka 48,9 derajat Celcius tepatnya di kota Las Vegas, Nevada di sebelah barat Amerika Serikat.

Pada periode April-Juni lalu, negara-negara di kawasan Asia Barat meliputi Arab Saudi serta negara-negara teluk lainnya di timur tengah memanas. Bertepatan musim haji di Arab Saudi, suhu menyentuh angka 51 derajat Celcius.

Panas tidak biasa ini lalu meluas menuju India, Pakistan serta negara-negara lain di Asia Selatan. Kondisi udara menyengat ini bahkan melebar menuju tenggara Asia meliputi wilayah Indochina (Vietnam, Kamboja, Laos), Thailand, Filipina hingga Malaysia dengan suhu udara rata-rata di atas 40 derajat Celcius.

Penyebab panas

Mereka yang tinggal di belahan Bumi utara mengalami empat musim, yakni: musim gugur (autumn/fall) yang berlangsung dari bulan September hingga November dilanjutkan dengan musim dingin (winter) dari bulan Desember hingga Februari.

Kondisi iklim lalu berganti menuju musim semi (spring) yang berlangsung dari bulan Maret hingga Mei hingga musim panas (summer) dari Juni-Agustus.

Selepas musim dingin, matahari mulai kembali menampakkan wujudnya di bulan Maret. Sinar mentari mulai menerpa permukaan. Umumnya wilayah lintang tengah yang berada di antara 23,5 – 66,5 derajat Lintang Utara (LU) berlokasi di daratan luas yang terletak di benua Eropa, Asia dan Amerika. Bahkan wilayah India dianggap sebagai anak benua.

Negara-negara di lintang tengah ini, pada musim semi menuju panas, waktu siang berangsur-angsur menjadi lebih lama/panjang dibanding malam hari. Kondisi ini menjadikan permukaan daratan benua terpapar sinar matahari intens lebih dari 12 jam sehari.

Sementara itu, malam hari hanya berlangsung beberapa jam saja. Belum pun daratan sempat mendingin, matahari telah kembali bersinar keesokan harinya. Lama-kelamaan, daratan mulai menghangat kemudian memanas.

Inilah yang kemudian menjadi gelombang panas (heatwave) yang terjadi di pertengahan musim semi (bulan April) hingga puncaknya di musim panas (Juni-Agustus). Jika terpapar oleh kehidupan terestrial di Bumi maka dinamakan serangan panas (heatstroke).

Heatwave akhir-akhir ini terasa lebih ekstrem hal ini dikarenakan iklim yang telah berubah seiring dengan transformasi landskap ugal-ugalan oleh manusia. Selain itu imbas intensifikasi dalam penggunaan bahan bakar fosil.

Lembaga Meteorologi Dunia (WMO) baru-baru ini menyatakan bahwa saat ini Bumi tidak hanya memanas tetapi sudah memasuki fase mendidih. Inilah yang kemudian di banyak negara sebagaimana disebutkan sebelumnya, suhu udara telah menyentuh rekor tertinggi dalam catatan sejarah.

Apakah heatwave ini juga melanda Aceh?

Provinsi Aceh berada di antara 1- 6 derajat LU. Heatwave terjadi pada sekitar lintang 23 derajat. Ditilik dari letak geografisnya, Aceh berada jauh dari lintang 23 derajat.

Dalam keadaan normal, kita yang berada di Aceh tidak terdampak oleh heatwave ini. Tetapi, karena Bumi telah memasuki fase mendidih dalam skala global, imbasnya heatwave yang terjadi pun sudah dalam kategori ekstrem.

Kondisi ini menjadikan Aceh ikut terdampak. Ibaratnya, ketika kita membakar suatu material dengan suhu tinggi, tentu saja panasnya bisa dirasakan oleh mereka yang berada jauh sekalipun. Suhu di Aceh sebagaimana dilaporkan oleh BMKG pada 14 Mei lalu sempat menyentuh angka 36 derajat Celcius.

Sebahagian besar Bumi berisi lautan (70 persen). Ketika disebutkan bahwa Bumi telah mendidih, ini bisa kita artikan bahwa lautan di Bumi ini selalu dalam keadaan panas. Kita ibaratkan saja seperti halnya kita merebus air, ketika suhunya tinggi maka air mendidih.

Wilayah Aceh dikelilingi oleh lautan luas. Laut yang “mendidih” ini lalu memunculkan uap dalam jumlah besar. Kondisi udara yang mengandung uap air ini kita kenal dengan sebutan udara lembab. Untuk mengetahui seberapa banyak uap air di udara maka sebagai indikator kita gunakan nilai dari kelembaban relatif.

Jika nilainya mencapai 90-100 persen. Ini menandakan uap air tersedia dalam jumlah yang banyak di angkasa, kondisi udara pun menjadi semakin gerah. Mengapa demikian? Uap-uap air ini melayang-layang ke angkasa.

Ketika naik dan berinteraksi dengan atmosfer yang lebih tinggi, uap-uap air lalu mengembun terbentuklah awan-awan. Dalam proses perubahan wujud dari uap menjadi air ada panas yang dilepaskan. Inilah yang kemudian dikenal dengan panas tersembunyi (laten).

Panas laten ini yang mengakibatkan kondisi gerah meliputi seluruh wilayah Aceh, sebagaimana ketidaknyamanan yang kita rasakan tahun-tahun belakangan ini. Meskipun data termometer tidak menunjukkan kenaikan suhu yang signifikan, namun jika kita hitung secara empiris dengan menyertakan faktor kelembaban udara maka suhunya dapat mencapai lebih dari 40 derajat Celcius.

Gaya Hidup Berubah

Sepanjang waktu kita merasakan panas bahkan akhir-akhir ini telah kelewat panas. Demikian pula di malam hari. Mengapa demikian? Sepanjang siang material bangunan terpapar oleh sinar matahari.

Sifat material adalah menyerap panas terlebih dahulu untuk kemudian dilepas kembali. Malam hari, waktunya bagi material bangunan melepas panas yang telah diserap di kala siang. Oleh karenanya, sepanjang malam dimulai sejak Maghrib kita merasakan panas luar biasa ketika berada di dalam rumah.

Sama sekali tidak nyaman di dalam rumah membuat kita memilih untuk healing ke luar rumah di malam hari. Malam hari pepohonan mengeluarkan CO2 belum lagi gas-gas beracun lainnya dari emisi kendaraan.

Di malam hari udara mulai turun dan gas-gas beracun ini terkonsentrasi di permukaan! Keluyuran malam sekaligus menghirup udara beracun ini! Secara tidak sadar kita beralih menuju gaya hidup tidak sehat.

Karena kondisi yang masih gerah di dalam rumah di malam hari, kita memilih untuk pulang larut malam dan baru beristirahat lewat dini hari. Akibat begadang malam menjadikan waktu istirahat kita berkurang dan tentunya berimbas terhadap kesehatan kita.

Demikian pula dengan disrupsi panas dalam kehidupan spiritual kita. Kita tidak lagi merasakan kenyamanan ketika beribadah di waktu Maghrib dan Isya dengan kondisi di dalam rumah ibadah kelewat panas. Eksesnya, kita tidak lagi khusyuk dalam beribadah.

Untuk mengatasi panas berlebih biasanya kita siasati dengan menyediakan pendingin ruangan. Namun, kembali lagi teknologi ciptaan manusia tidak sempurna. Freon yang dilepas dalam jumlah besar mengakibatkan atmosfer berlubang yang kita kenal dengan bocornya lapisan ozon.

Penghijauan

Alam untuk alam, kira-kira inilah ungkapan yang tepat untuk mengatasi udara yang telah kelewat panas ini. Kehadiran vegetasi alami serta perannya dalam mengkondisikan udara tetap tidak tergantikan. Untuk itu, satu orang satu pohon mari kita gaungkan untuk Bumi yang lebih teduh.

*Dosen Meteorologi Laut, Fakultas Kelautan dan Perikanan USK. Peneliti Sains Atmosfer Pusat Riset STEM USK

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.