Oleh : Fauzan Azima*
PENGALAMAN sebagai penderita stroke yang paling umum adalah pantang mendengar keberadaan guru, dokter, dukun, tabib dan sinse, yang bisa menyembuhkan penyakit lumpuh dari siapa saja. Rasanya, detik itu juga ingin berangkat kepada ahli pengobatan itu dan segera sembuh.
Bagi banyak orang, keberadaan orang pintar ini memang penting. Kalau saya mendatangi mereka untuk alasan kesehatan. Banyak dari kita yang mendatangi mereka saat merasa terkena guna-guna, ingin pelaris dagangan, bisnis dan karier moncer. Tapi alasan yang satu ini juga tidak kalah: memudahkan jodoh, baik laki-laki maupun perempuan.
Umur ideal untuk menikah, menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), bagi laki-laki adalah 25 tahun dan 21 tahun bagi perempuan. Pada usia itu mereka dianggap memiliki kesiapan fisik dan mental yang baik. Wajarlah, kalau ada orang yang usainya melewati angka ideal itu cemas. Mereka kudu mencari jalan pintas agar “laris”.
Supaya cepat mendapatkan jodoh, orang pintar biasa memakai media segala macam bunga. Di daerah Gayo biasa memakai bunga pepangil dan melati. Akan tetapi kalau sudah “ditutup” jodohnya harus dimandikan dengan air remasan daun kelor. Semua media bunga dan peralatan yang dibutuhkan untuk mudah jodoh tersedia di Toko Mak Kuyun di Pasar Inpres Takengon.
Guru atau dukun sebelum menentukan media untuk mudah jodoh melihat, meraba dan menerawang. Kemudian menemukan dan dibutuhkan media yang dibutuhkan untuk memudahkan jodoh.
“Ibarat manuk kukur, menurut sisik nge le, tapi borek gere tentu (ibarat burung tekukur kalau menurut sisik sudah oke, tapi garis warna hitamnya pada lehernya belum tentu),” kata guru itu.
Tidak jarang pula orang merasa jodoh mereka dikunci. Ini karena merasa menganggap jodoh yang diidam-idamkan tidak kesampaian. Untuk utusan ini, biasanya, salah satu dari pihak perempuan atau laki-laki pergi kepada orang pintar supaya ditutupkan jodohnya melalui isyarat kunci gembok.
“Muke mulo kuncini baro muke jodohmu (terbuka dulu kunci ini baru terbuka jodohmu),” demikian bunyi isbatnya.
Banyak istilah keluar dari mulut guru yang terdengar asing di gerbang telinga kita. Tujuan para guru ini adalah agar para “pesakitan” itu tidak merasa tersinggung dan menjadi lebih percaya diri.
“Judue nge jojotni itik (jodohnya sudah dimakan bebek).” Kalimat itu adalah pernyataan halus yang menggambarkan bahwa si perempuan maupun laki-laki sulit untuk mendapatkan jodoh.
Langkah, rezeki, jodoh dan maut, adalah urusan Tuhan. Tapi Tuhan juga memberikan hati dan pikiran untuk kita menyapa takdir. Sok atuh, gunakan dua anugerah itu untuk mencari kehidupan dan pasangan hidup yang ideal, dengan tidak melupakan akhirat.
(Mendale, September 18, 2023)