Menyingkap Makna Persaudaraan

oleh

 

Oleh : Zarkasyi Yusuf

HAMPIR setiap hari berita tentang konflik selalu dibaca di media, baik cetak maupun online, konflik yang menelan korban manusia, bahkan sampai menghilangkan nyawa. Konflik yang terjadi kadang hanya karena persoalan sepele, kadang yang terlibat adalah bersaudara. Ini menunjukkan bahwa nilai persaudaraan masyarakat kian pudar, nilai ukhuwah sebagai pondasi persatuan dan kesatuan telah ditinggalkan. Hadih maja mengingatkan ”gaseh ka u blang sayang ka u glee” (kasih-sayang telah hilang). Kita semua berharap bahwa konflik yang terjadi dengan berbagai latarbelakang penyebabnya sirna, serta jalinan ukhuwah sebagai modal persatuan akan dapat terwujud dalam upaya menciptakan masyarakat Aceh yang tamadun.

Makna Persaudaraan

Bahasa Arab yang bermakna persaudaraan adalah ukhuwwah yang berasal dari kata dasar akhun (saudara kandung), bentuk jamaknya adalah ikhwat dengan makna saudara kandung dan ikhwan dengan makna kawan, demikian tersebut dalam kamus al-munjid fi al-lughah wa al-alam. Ukhuwwah yang biasa diartikan sebagai persaudaraan memberikan kesan bahwa persaudaraan mengharuskan adanya perhatian dari semua yang bersaudara yang muncul dari adanya persama antara pihak-pihak yang bersaudara. Menurut Abdullah Nashih Ulwan, ukhuwwah adalah ikatan kejiwaan yang melahirkan perasaan yang mendalam dengan kelembutan, cinta dan sikap hormat kepada setiap orang yang sama-sama diikat dengan akidah Islam, iman dan taqwa, demikian dijelaskan beliau dalam kitab Tarbiyatul Aulad fi al-Islam.

Dalam Al-Qur’an kata akh (saudara) dalam bentuk tunggal ditemukan sebanyak 52 kali, kata ini dapat berarti saudara keturunan, saudara dengan ikatan keluarga, saudara dalam arti sebangsa, saudara semasyarakat walau berselisih paham, dan saudara seagama. Demikian dijelaskan Quraish Shihab dalam buku wawasan Al-Qur’an.

Dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 10 Allah berfirman “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, maka damaikanlah diantara mereka itu, dan takutlah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat”. Pondasi keimanan merupakan landasan persaudaraan yang kuat, sehingga jika ada pertentangan antara orang-orang mukmin maka tugas orang mukmin lainnya adalah mendamaikan keduanya, memperbaiki kembali hubungan persaudaraan keduanya. Ini menunjukkan bahwa sungguh besar arti persaudaraan sesama mukmin, menjadi tugas besar pula untuk mendamaikan orang-orang mukmin yang bertikai dengan saudara-saudaranya.

Rasulullah bersabda “seorang mukmin terhadap sesama mukmin bagaikan satu bangunan yang setengahnya menguatkan setengahnya, lalu Nabi SAW mengeramkan jari-jarinya” (H.R Bukhari dan Muslim, Lu’lu’ wal marjan no. 1670). Berdasarkan hadist tersebut, jelaslah bahwa persatuan dan kesatuan akan tumbuh dan berkembang jika sesama mukmin saling menguatkan satu sama lain, bagaikan sebuah bangunan yang berdiri tegak dengan ditopang oleh bahagian-bahagian lainnya.

Disisi lain, menjaga persaudaraan merupakan sebuah keniscayaan dengan meninggalkan perkara-perkara yang mampu menenggelamkan semangat ukhuwah dan menyuburkan sifat-sifat kebencian, Allah SWT dalam surat Al-Hujurat ayat 11 dan 12 mengingatkan tentang beberapa hal yang akan menjadi penyebab rusaknya persaudaraan melalui firman-Nya “Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka, dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain, boleh jadi wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok), dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar (panggilan) yang buruk, seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman, dan barang siapa yang tidak bertaubat maka mereka itulah orang-orang yang dhalim”.

Selanjutnya dalam ayat 12 Allah berfirman “Hai orang-orang yang beriman jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebahagian prasangka itu adalah dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, janganlah kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya, dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”.

Berdasarkan ayat tersebut, ada beberapa hal yang mampu menghancurkan persaudaraan, dan sikap ini diperintahkan untuk kita tinggalkan. Diantaranya adalah meninggalkan sikap saling olok-mengolok, mencela orang lain yang akan berakibat pada mencela diri sendiri, memberi gelar (panggilan) kepada orang lain dengan panggilan yang buruk, menjauhi prasangka, mencari-cari kesalahan orang lain serta menggunjing antar sesama. Sikap-sikap ini merupakan perbuatan dosa dan menjijikkan, ibarat memakan daging saudara kita yang sudah mati, tentulah sangat menjijikkan.

Disamping itu, kita dianjurkan untuk terbiasa melakukan hal-hal yang dapat mempererat dan memperkokoh ukhuwah, sehingga persaudaraan tetap terjaga dan langgeng. Salah satu diantaranya dalah saling berkasih sayang, berkasih sayang sesama mukmin merupakan identitas yang harus kita miliki jika kita mengklaim diri sebagai ummat Muhammad, ini sesuai dengan firman Allah dan surat Al-Fath ayat 29.

Tidak hanya itu, menjaga silaturrahmi menjadi prioritas dalam kehidupan, ini sesuai dengan sebuah hadist yang diriwayatkan oleh muttafaqun ‘alaih Rasulullah bersabda “Barangsiapa yang suka dilapangkan rezekinya dan dilamakan bekas telapak kakinya (dipanjangkan umurnya) hendaknya ia menyambung silaturrahmi”.

Demikian pentingnya menjaga silaturrahmi, sebab begitu vitalnya fungsi memperkokoh persaudaraan sesama mukmin, bahkan Rasulullah tidak akan mengakui ummatnya siapa yang tidak peduli dengan saudara-saudaranya, demikian diriwayatkan oleh At-Thabrani dari Huzhaifah bin Yaman “Siapa yang tidak ihtimam (peduli) terhadap urusan umat Islam, maka bukan termasuk golongan mereka”.

Setelah mengetahui dan memahami urgensi dari menjaga persaudaraan dalam islam, marilah mulai saat ini kita menjadi pribadi-pribadi yang berkomitmen menjaga dan merawat persaudaraan yang telah terbina selama ini, banyak hal dapat kita lakukan untuk memperkuat persaudaraan sesama mukmin, serta mewariskan kepada anak cucu bahwa ukhuwah islamiyah adalah modal meraih persatuan dalam rangka memperoleh kemenangan. Jangan biarkan persaudaraan kita hancur karena berbeda pandangan politik, jangan biarkan persaudaraan kita pudar karena perbedaan status sosial.

Dinamika kehidupan ini merupakan ujian bagi kita untuk menguji bagaimana kita mampu membangun ukhuwah dengan mengenyampingkan perbedaan dan mengedepankan persamaan, terutama persamaan seiman dan sekeyakinan.

Ingat pesan orang tua terdahulu bahwa “asai cabok nibak kudee, asai pakee nibak meuseunda” (Borok dan bisul bermula dari gatal, pertengkaran dan perkelahian bermula dari senda gurau), untuk itu marilah sama-sama kita menjaga diri baik dalam kapasitas sebagai pribadi maupun kelompok untuk saling memahami dan mengerti bahwa persaudaraan lebih berharga dari kedudukan dan jabatan, dan Ukhuwah lebih bernilai dari intan permata. Demi Persaudaraan, selamat berjuang mempertahankannya.[]

*Staf Bidang Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.