diantara Bencana (Gempa) dan PKA

oleh
Anjungan Bener Meriah di arena PKA.(google.co.id)

Gempa Gayo (bagian 13)

Catatan: Aman ZaiZa

Anjungan Bener Meriah di arena PKA.(google.co.id)
Anjungan Bener Meriah di arena PKA.(google.co.id)

DI TENGAH masih adanya riak-riak dan pro-kontra yang terus terdengar dengan ketidak ikut sertaan Aceh Tengah dalam ajang Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke 6. Kini suara itu menggelegar dari Bener Meriah.

Setelah Aceh Tengah nyatakan tidak turut Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke-6 secara keseluruhan, kini Kabupaten Bener Meriah juga memastikan tidak ikut seluruh kegiatan perlombaan yang ada di even PKA ke-6 yang digelar mulai 20 September 2013 ini di Banda Aceh.

“Bener Meriah sudah pasti tidak ikut PKA 6 karena karena tidak ada dalam DIPA 2013,” kata Kepala Dinas Perhubungan Telekomunikasi kebudayaan dan Pariwisata (Dishubtelbudpar) Bener  Meriah, Aswad, S.Pd, Sabtu 7 September 2013.

Dikatakan Aswad, sebelumnya memang direncanakan anggaran kegiatan PKA ke-6 akan bahas DIPA pada perubahan 2013, namun hingga kini belum ada pembahasan. “Sudah pasti Bener Meriah tidak ikut PKA 6, suratnya ketidaksertaan sudah ditanda tangani Wakil Bupati. Bapak Bupati sendiri sedang mengikuti sebuah pelatihan di Jakarta,” ujar Aswad.

Diakui Aswad, sebelumnya pihaknya sudah mengusulkan anggaran untuk PKA-6 sebesar Rp 2 Milyar tapi yang disetujui untuk dibahas hanya Rp520 juta, namun karena bencana gempa bumi beberapa waktu lalu, pembahasannya di tunda, dan kemudian diputuskan Bener Meriah tidak ikut PKA 6.(http://lintasgayo.co/2013/09/07/)

Ketidak ikut sertaan dua kabupaten di Gayo yang masih larut dalam duka gempa ini memiliki konteks yang berbeda. Aceh Tengah tidak ikut karena anggarannya dialihkan untuk membantu rehabilitasi dan rekosntruksi pascagempa.

Dimana, anggaran yang sudah di-plot-kan selama ini, dialihkan guna mempercepat membangun Aceh Tengah yang notabene merupakan daerah yang paling parah terkena imbas gempa 2 Juli 2013 lalu.

Sedangkan kabupatan Bener Meriah yang merupakan saudara muda dari Aceh Tengah, tidak ikut karena ketidakadaan anggaran. Dalam bahasa pemerintahannya bahwa tidak ada DIPA untuk PKA ke 6 tersebut dengan alasan pembahasan anggarannya tidak diteken, hanya karena bupatinya sedang (pelatihan) belajar di Jakarta.

Semula, banyak kalangan berharap keterwakilan Gayo di ajang PKA tersebut bisa dilakukan oleh Bener Meriah plus Gayo Lues. Namun apa hendak dikata, Bener Meriah pun tak bisa mewakili Gayo dalam ajang pesta budaya dan seni lima tahunan tersebut.

Dua kabupaten di Gayo ini memiliki alasan yang kuat, menyangkut sama-sama tidak bisa ikut ambil bagian dalam ajang budaya tersebut. Aceh Tengah karena mengalihkan dana dan anggarannya untuk mempercepat rehab/rekon pascagempa. Lalu Bener Meriah memang karena ketiadaan dana.

Namun, jika kita lihat kebelakang, sebenarnya keputusan dua kabupaten ini tidak ikut sudah mulai terlihat sejak awal. Dimana, beberapa bulan lalu sempat muncul polemik, bahwa sejumlah kebudayaan dan seni Gayo tidak akan diperlombakan dalam Pekan kebuadayaan Aceh (PKA) tersebut.

Aceh Tengah yang lima tahun lalu meraih juara umum di arena PKA serta Baner Meriah tak lebih hanya sebangai penggembira saja. Pasalnya, sejumlah kesenian asal Gayo tidak diperlombakan di ajang PKA tersebut. Jadi mustahil bisa menjuarai ajang PKA tersebut yang memang langganannya Aceh Tengah.

Jadi, jika hanya sebagai penggembira dan menghabiskan uang dan menguras anggaran daerah untuk yang sifatnya “hura-hura”, untuk apa ikut. Toh jika hanya berkesenian dan menampilkan atraksi budaya, Gayo sudah sangat dikenal orang. Lihat saja, Tari Saman Gayo asal Gayo Lues, sudah diakuai secara internasional sebagai warisan budaya.

Melihat tersebut, hemat penulis merupakan langkah yang sangat rasional dan bijak jika Aceh Tengah dan Bener Meriah tak ikut dalam ajang tersebut. Sebab, sebelumnya pesta budaya dan seni lima tahunan tersebut dimulai, eksistensi Gayo mulai dikebiri dengan tidak diperkenankannya ikut diperlombakan berbagai seni  dan budaya Gayo dalam PKA ke 6 ini.

Dengan tidak ikutnya Aceh Tengah dan Bener Meriah dalam ajang PKA juga menjadi posisi tawar yang kuat. Dan ini bisa menjadi nilai ukur bagi (daerah) sang juara nantinya, sebab mereka bisa juara setelah juara bertahan berturut-turut tidak hadir karena sedang berduka.

Ibarat sebuah menu teristimewa akan terhidang dengan sajian yang bercitarasa tinggi dalam sebuah perhelatan besar, namun terasa kurang rasa karena garamnya lupa dibubuhkan sebagai penyedap utama dan alami. Jadinya sajian yang bercitarasa tinggi tadi terasa kurang makyusss (pinjam istilah Pak Bodan).

Konsekuensi akhir dari ketidak ikutan Aceh Tengah dan Bener Meriah ini, kita harus bisa memaksimalkan semua potensi demi perbaikan Gayo kedepan yang lebih baik pascagempa. Pemerintah daerah baik Aceh Tengah dan Bener Meriah jangan lalai untuk secara bersemangat untuk terus membangun daerah yang porak-poranda akibat gempa.

Bukankan kita banyak mendengar bahwa setiap orang yang datang ke Aceh Tengah dan Bener Meriah selalu memuji potensi alam yang kita miliki. Keindahan alam Gayo yang ditamsilkan bagaikan sekeping tanah dari surga itu harus bisa dieksplor lebih mendalam, tidak cukup dengan pujian orang saja.bersambung…

***

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.