Oleh : Indah Mayasary*
Bukan hanya di sungai-sungai, arul (jurang), di kebun, pemandangan sampah di pinggir bahkan di tengah jalan kini semakin meresahkan saja. Fenomena ini merupakan cerminan dari penangan sampah yang tidak terkendali.
Jika tidak ada manajemen dan aksi nyata yang dilakukan, sampah bisa mengundang bencana baru seperti yang banyak terjadi di beberapa wilayah Indonesia.
Sebut saja musibah nasional TPA Leuwigajah tahun 2005 yang menelan banyak korban jiwa dan harta. Selain bencana besar, bencana kecil akibat sampah pun sebenarnya sudah mulai mengintai.
Pembusukan yang tidak sempurna dan pembakaran sampah dapat mengakibatkan penyakit kulit, gangguan pencernaan, gangguan pernapasan dan meningkatkan suhu udara (pemanasan global). Kualitas air dan tanah juga menurun.
Begitupun banjir dan longsor di daerah-daerah pembuangan sampah terus menghantui. Selain itu keasrian suatu tempat tentu hilang jika sampah banyak berserakan.
Belum lagi masalah mikroplastik yang perlahan-lahan masuk ke dalam tubuh kita. Berbagai penelitian mengemukakan bahwa mikroplastik dapat mengganggu kelenjar endokrin dan menyebakan efek jangka panjang pada kesehatan manusia.
Penelitian lain juga mengungkapkan bahwa mikroplastik telah ditemukan pada berbagai organ tubuh manusia bahkan rahim ibu yang bisa dikatakan tempat paling aman di muka bumi, kini telah terpapar oleh mikroplastik.
Kita harus berbuat sesuatu dan kita dapat memulainya dari diri kita sendiri. Salah satunya dengan menerapkan gerakan Celala. Celala merupakan singkatan dari kata Cegah, Pilah dan Olah yang diambil dari nama tamanan miana dalam bahasa Gayo.
Untuk mencegah terbentuknya sampah, kekuatan pikiran dan kekuatan azzam adalah syaratnya. Mindset kita harus berubah. Akan sulit menerapkan “aksi cegah sampah” jika kita masih memandang sepele permasalahan ini.
Berpikir kembali sebelum mengonsumsi apapun. “Apakah harus dan benar-benar perlu atau hanya sekedar keinginan?”. “Adakah alternatif lain yang bisa dilakukan sebelum membeli barang baru?” adalah dua pertanyaan penting yang harus senantiasa kita camkan.
Adapun aksi cegah sampah yang dapat kita lakukan diantaranya :
- Menolak penggunaan kantong plastik dan membawa tas belanja dan wadah sendiri saat ke pasar.
- Membawa minuman dalam thumbler dan makanan dalam wadah ke sekolah dan tempat kerja.
- Menggunakan gelas untuk minuman pada saat acara dan kegiatan.
- Rajin membuat makanan sendiri daripada membeli makanan kemasan.
- Menggunakan pakaian dan aksesoris hingga benar-benar habis masa pakainya.
- Membeli produk kemasan isi ulang atau kemasan besar untuk mencegah sampah sachet.
- Menggunakan diapers kain untuk bayi saat di rumah.
- Membuat produk sabun, shampoo, deterjent, skin care dan produk ramah lingkungan lainnya secara mandiri.
- Menanam tanaman pangan di sekitar tempat tinggal
- Menginisiasi kegiatan tukar barang bekas layak pakai untuk memperpanjang penggunaan suatu barang dan lain sebagainya.
Kita dapat memulai dengan suatu yang mudah dan dalam lingkar kendali terdekat terlebih dahulu.
Langkah selanjutnya jika penggunaan produk tidak mampu kita hindari adalah memilah sampah. Hal yang paling mudah adalah memisahkan sampah organik dan sampah anorganik.
Pada tahap yang lebih lanjut, sampah dapat dipisahkan lebih detail antara sampah plastik, botol plastik, kaleng, kertas, logam dan kaca agar memudahkan dalam langkah selanjutnya yaitu mengolah.
DK Wardhani seorang pegiat lingkungan mengatakan bahwa sumber masalah sampah yang utama adalah bercampurnya sampah organik dan anorganik.
Karena ketika tercampur, sampah sulit tertangani, pembusukan tidak sempurna, menghasilkan bau yang menyengat dan gas metana yang bisa memicu ledakan dan lain sebagainya.
Maka sangat penting memisahkan sampah organik ini dan mengolahnya menjadi kompos, pupuk cair, eko enzyme, pakan ternak dan yang paling mudah adalah membuangnya kembali ke tanah.
Sementara sampah anorganik bisa diolah sesuai dengan jenisnya. Ada yang bisa diolah menjadi barang kerajinan, disalurkan ke pengepul atau mungkin saja digunakan lagi sesuai dengan kebutuhan dan kepatutan.
Jika tidak mampu diolah lagi, barulah kita mengumpulkan sampah pada petugas kebersihan untuk disatukan pada tempat yang sudah ditentukan oleh pemerintah.
Dengan gerakan CELALA ini diharapkan sampah yang mencapai TPA dan di jalanan dapat diminimalisir. Lingkungan dapat kembali asri dan kita tidak menjadi pemasok sampah di sungai yang akan mengalir hingga ke laut.
Mari kita kembali mengakrab-i firman Allah dalam surat Al A’raf ayat 56 yang berbunyi “Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah diatur dengan baik.
Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat dengan orang-orang yang berbuat baik.”
Semoga Allah mudahkan kita mengendalikan diri, mengelola dan manjaga kualitas kehidupan kita sesuai dengan agama islam yang diturunkan sebagai rahmat bagi semesta. Agama yang mengajarkan hubungan baik pada pencipta, pada sesama dan pada alam.
Mari terus bergerak untuk kebaikan semampu kita, karena sesungguhnya tidak ada kebaikan yang kecil di mata Allah, jika kita meniatkan sesuatu hanya untuk mengharapkan ridha-Nya. Wallahu a’lam bishawab.
*Koordinator Umah Baca Telege Ilmu