Oleh : Johansyah*
Belum lama ini penulis mewakili sekretariat Badan Baitul Mal (BMK) Aceh Tengah dalam acara rapat pelaksanaan pendidikan di Aceh Tengah di komisi D DPRK Aceh Tengah. Rapat tersebut dihadiri oleh beberapa instansi, yakni Majelis Pendidikan Daerah (MPD) Kabupaten Aceh Tengah, Dinas Syari’at Islam (DSI) Kabupaten Aceh Tengah, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Aceh Tengah, dan BMK Aceh Tengah.
Dalam pertemuan tersebut dibahas beberapa persoalan pendidikan. Mulai dari penganggaran hingga program yang akan dilaksanakan. Beberapa program yang sempat mencuat dalam diskusi tersebut adalah program pendidikan terpadu terkait dengan kurikulum pendidikan Islami, di mana menurut komisi D, Aceh Besar memiliki program semacam ini yang dananya didukung oleh Baitul Mal Aceh Besar.
Selain itu dibahas pula masalah kurikulum muatan lokal (mulok). Sementara dari segi anggaran, komisi D dan beberapa Instansi mendorong untuk memaksimalkan anggaran yang ada di Badan Baitul Mal Kabupaten Aceh Tengah.
Dari sekian banyak pembahasan, penulis sendiri mengusulkan untuk disusunnya blueprint pendidikan Kabupaten Aceh Tengah. Blueprint merupakan rancangan, penyusunan yang dirumuskan dengan tujuan memberikan arahan terhadap pelaksanaan kegiatan dalam suatu organisasi, komunitas atau lembaga secara berkesinambungan.
Maka Blueprint pendidikan Kabupaten Aceh Tengah adalah sebuah rencana, penyusunan yang dirumuskan untuk memberikan arah pelaksanaan kegiatan pendidikan di Aceh Tengah dalam jangka waktu beberapa tahun yang akan datang.
Secara teoritis, tujuan blueprint yaitu; pertama, sebagai landasan hukum untuk pendayagunaan, pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya secara efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan; kedua, memberikan bingkai atau koridor dalam proses sinkronisasi dan penjabaran kebijakan dan program; ketiga, memberikan gambaran yang jelas bagi pengurus dalam menjalankan program kerja; dan keempat, mensinergiskan langkah-langkah dan fokus segala aktivitas pencapaian tujuan ke dalam tahapan dan tujuan-tujuan kecil dalam rentang waktu kepengurusan.
Agar blueprint terarah dan jelas, kiranya dalam penyusunan harus memenuhi beberapa syarat, antara lain: pertama, memiliki visi dan misi yang jelas; kedua, menganalisa kondisi terkini.
Salah satu analisis dapat menggunakan metode SWOT (Strength, Weakness, Oportunity, Treathment); ketiga, menentukan tujuan dari organisasi yang akan dicapai dengan jelas dan terukur; keempat, rencana aksi yang akan dikerjakan untuk mencapai tujuan harus jelas dan terukur; kelima, membuat standar procedure yang akan diterapkan dalam organisasi; keenam, membuat peraturan yang jelas dan harus ditaati; dan ketujuh membuat strategi-strategi akan dilakukan untuk mencapai tujuan dan sasaran. (www.kanalinfo.web.id).
Secara spesifik, mengapa blueprint pendidikan Aceh Tengah ini penting? Hal ini tentu tidak terlepas dari berbagai persoalan pendidikan yang dihadapi saat ini, baik dari aspek kelembagaan, kurikulum, manajemen sekolah, pemerataan guru, profesionalisme guru, menurunnya minat siswa ke sekolah-sekolah menengah umum dan lebih memilih lembaga pendidikan swasta dan berbagai persoalan lainnya.
Lebih fokus, mari kita lihat salah satu persoalan pendidikan, yakni soal animo masyarakat untuk melanjutkan pendidikan ke sekolah menangah umum, baik SMP maupun SMA. Beberapa tahun terakhir ada tren penurunan yang agak signifikan.
Beberapa sekolah sudah mulai kekurangan siswa, sementara ruang ada begitu banyak ruang kelas yang tidak terpakai. Secara umum, anak-anak di Aceh Tengah lebih memilih melanjutkan pendidikan ke pesantren di luar daerah, baik di Bireun, Lheukseumawe, Aceh Timur, Banda Aceh, hingga Sumatera Utara. Sementara di wilayah Aceh Tengah sendiri, orangtua tetap menjadikan pesantren maupun sekolah Islam terpadu yang ada di Aceh Tengah sebagai prioritas.
Hal ini perlu kita dievaluasi bersama, baik Dinas Pendidikan, Majelis Pendidikan, dan instansi terkait lainnya. Apa akar masalahnya, dan bagaimana mengatasi persoalan seperti ini? Tentu, masih banyak lagi persoalan lain yang membutuhkan kajian mendalam serta bagaimana mengatasinya.
Hal ini bukan berarti Dinas Pendidikan Aceh Tengah yang tidak maksimal dalam bekerja, melainkan perubahan jaman yang memunculkan masalah baru pendidikan dan di mana pun penulis kira itu terjadi.
Oleh karenanya, tentu kita tidak mau berlama-lama terjebak dalam kubangan persoalan pendidikan.
Kita ingin keluar dari persoalan-persoalan ini. Kenapa? Ke depan akan lebih rumit lagi karena masalah yang ada belum selesai, disusul pula dengan masalah baru.
Lalu bagaimana cara menyelesaikannya? Hemat penulis caranya tidak lain adalah rembuk berjama’ah berbagai kalangan, tokoh, pemerhati, dan praktisi pendidikan yang Aceh Tengah. Targetnya adalah tersusunnya blueprint pendidikan yang didesain sedemikian rupa berdasarkan persoalan pendidikan yang sedang dihadapi, sekaligus sebagai langkah antisipasi untuk beberapa tahun yang akan datang.
Hemat penulis, penyusunan blueprint pendidikan saat kiranya lebih memungkinkan mengingat sumber daya manusia (SDM) Aceh Tengah yang semakin bertambah dan berkembang. Keberadaan IAIN Takengon dengan beberapa doktornya yang memang asli putra Gayo, ditambah lagi dengan beberapa kampus lain di Aceh Tengah seperti STKIP Muhammadiyah, STIT Al-Washliyah, dan Universitas Gajah Putih, semuanya merupakan modal baik untuk mewujudkan blueprint pendidikan.
Tentu saja, kita sangat yakin dengan semangat dan kerja keras kepala dinas Pendidikan saat ini, yakni Drs. Uswatuddin, M.AP. Demikian halnya dengan Majelis Pendidikan Daerah (MPD) Aceh Tengah, ditambah lagi dengan pelibatan Majelis Adat Gayo, serta dukungan komisi D DPRK Aceh Tengah, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Ini semua adalah modal besar kita dalam menyusun blueprint pendidikan untuk mewujudkan pendidikan Aceh Tengah yang lebih maju dan bermartabat.
Memang harus diakui, blueprint pendidikan belum tentu menjadi solusi jitu, tapi setidaknya kita semua sudah berusaha memetakan persoalan pendidikan serta menyusun visi, misi, dan tujuan pendidikan yang lebih terarah. Tinggal kemudian bagaimana membangun komitmen bersama untuk mewujudkan apa yang telah dituangkan dalam blueprint tersebut nantinya. Wallahu a’lam bishawab!
*Direktur Dayah Terpadu As-Sirajy Aceh Tengah, dan Wakil Ketua I STIT Al-Washliyah Aceh Tengah