Memerangi Berita Hoax

oleh
Husaini Muzakir Algayoni

Oleh: Husaini Muzakir Algayoni*

“Hanya orang-orang yang mempunyai penyakit jiwa yang mempercayai berita hoax (palsu).”

Dengan terungkapnya grup Saracen sebagai aktor pembuat berita hoax (palsu) tentang berita-berita ujaran kebencian dan SARA oleh kepolisian maka jelas sudah selama ini kita telah dibohongi dan di adu domba oleh sekelompok orang yang mempunyai sakit jiwa dengan berita hoax yang mereka publish untuk meruntuhkan persaudaraan sesama anak bangsa dan meraup keuntungan besar dari media berita hoax tersebut serta membuat kegaduhan dalam bidang politik yang sempat memanas beberapa tahun terakhir akibat ulah teroris politk dari Saracen.

Komisioner Kompolnas Bekto Suprapto mengatakan grup Saracen menjadi bukti banyaknya pihak yang memanfaatkan ruang media sosial untuk menyebarkan ujaran kebencian terkait SARA, kemajuan tekhnologi dapat dilihat dari sisi negatif dan positif. Positifnya memudahkan dan mempercepat kita berkomunikasi namun negatifnya dapat dimanfaatkan untuk kejahatan. Lebih lanjut ia mengatakan sebagian besar masyarakat sangat mudah terpengaruh oleh berita hoax dan langsung menerimanya mentah-mentah tanpa mengecek kebenaran berita tersebut. Detik.com 25/08/17.

Berita hoax dengan content-content berita yang meresahkan berupa penyebaran ideologi-ideologi radikal yang dapat meruntuhkan kesatuan NKRI bahkan bisa saja mengarah tindakan teroris, menyebarkan ujaran kebencian terkait masalah agama sehingga menyebabkan kerukunan antar umat beragama di Indonesia menjadi renggang. Disatu sisi kenapa masyarakat Indonesia begitu mudah terpengaruh dengan berita-berita hoax tersebut, rendahnya literasi atau budaya membaca bagi masyarakat Indonesia yang menyebabkan berita hoax tersebut begitu mudah diterima dan bahkan menjadi refensi utama dalam berargument.

Gerakan Status Bermanfaat

Bijak menggunakan media sosial dengan menyebarkan status-status yang bermanfaat dan mengabaikan berita-berita hoax yang disebarkan oleh orang lain inilah tugas kita bersama-sama, orang-orang yang menyebarkan berita hoax adalah orang yang mempunyai penyakit jiwa di dalam dirinya karena yang ada dalam pikirannya ialah emosi dan menebar kebencian tanpa berpikir jernih dan rasional.

Mahasiswa, media dan beberapa organisasi mendeklarasikan gerakan Aceh Anti-Hoax dalam acara literasi media cegah paham radikalisme dan terorisme di masyarakat di Hotel Mekkah (Kamis 10/8). Komunitas Anti Hoax ini mengawali semangat membangun gerakan literasi di Aceh dan terbentuknya masyarakat dengan informasi yang sehat. Komunitas ini diwacanakan terus bergandengan bersama memerangi info hoax yang menyesatkan warga. Pada pembukaan literasi tersebut, Prof M Hasbi Amiruddin mengajak masyarakat Aceh menjaga bahasa dan tidak memprovokasi orang lain. “Masyarakat dapat mengabarkan berita-berita politik dan agama dengan bahasa yang santun, tak menimbulkan keresahan dan radikal di masyarakat. Serambi, 11/08/17.

Bagi penulis sendiri untuk memerangi berita-berita hoax tersebut ialah meningkatkan literasi/budaya membaca dari berbagai macam sumber baik itu koran, majalah dan tentunya buku. Di era digital ini juga kita harus memilih dan memilah content-content berita yang ditayangkan serta mengnalisis dan mengecek kebenaran suatu berita sebelum menshare kepada orang lain agar tidak menyesatkan dan meresahkan.

Gerakan status bermanfaat di media sosial harus dimulai dari pribadi masing-masing sehingga apa yang kita tulis bisa bermanfaat bagi pribadi dan buat orang lain serta dapat menyejukkan suasana dan tidak ada terprovokasi oleh status-status yang kita buat. Dulu kita pernah mendengar “Mulutmu adalah harimaumu” kini bukan mulut lagi tapi “Jarimu, tulisanmu dan statusmu adalah harimaumu.” Serta apa yang kita publish di media sosial adalah cerminan dari diri kita sendiri.

Dengan terungkapnya aktor kejahatan penyebaran berita hoax group Saracen menyadarkan kita semua bahwa selama ini kita telah di adu domba dan saling fitnah memfitnah, di sisi lain para pembuat berita hoax tersebut mendapatkan uang melimpah dari berita online sementara pengguna media sosial saling menebar kebencian, miris bukan. Semoga kita dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari yang telah lewat bahwasannya tidak ada gunanya menebar ujaran kebencian dan SARA di media sosial yang ada hanya sakit jiwa karena mempercayai berita hoax (palsu).

Semoga tulisan ini bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan bagi pembaca setia media online lintasgayo.co dan terkait dengan media sosial bisa juga baca dalam kolom opini dengan judul “Sudahkah Anda Menebar Kebencian di Medsos ?.

*Penulis: Kolumnis Media Online LintasGAYO.co

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.