Oleh : Win Wan Nur*
Akhirnya, Indonesia menjaga asa ke Piala Dunia dengan kemenangan krusial atas Bahrain di Jakarta.
Ini bukan sekadar pertandingan biasa. Ini adalah pertarungan hidup dan mati di mana timnas harus menang untuk tetap berada dalam jalur menuju Piala Dunia. Dan yang terpenting, kali ini Patrick Kluivert menunjukkan bahwa dia belajar dari kesalahannya.
Tak seperti saat melawan Australia, di mana skema menyerang membabi buta 4-3-3 membuat lini belakang kacau balau, kali ini Kluivert turun ke bumi.
Dia memilih pendekatan pragmatis, memainkan 3-4-3 yang lebih fleksibel, lebih solid, dan—yang paling penting—lebih efektif. Di jantung pertahanan, Ridho, Idzes, dan sang El Preman, Justin Hubner, berdiri kokoh sebagai benteng terakhir.
Sementara itu, di lini tengah, Thom Haye yang selama ini terisolasi akhirnya menemukan tandem idealnya: Joey Pelupessy, seorang gelandang bertahan yang selama ini dibutuhkan tetapi tidak pernah ada.
Dengan sistem ini, kita melihat bagaimana permainan timnas menjadi lebih seimbang. Ada keseimbangan antara menyerang dan bertahan, ada ketenangan dalam mengontrol bola, dan yang paling penting, ada chemistry antar pemain.
Jika dalam laga melawan Australia para pemain terlihat seperti orang asing yang baru bertemu di lapangan, kali ini mereka tampil sebagai sebuah tim. Ada kepercayaan, ada koneksi, dan yang jelas, tidak ada lagi egoisme yang merusak.
Peran Vital Joey Pelupessy
Di pertandingan ini, satu nama yang layak mendapat perhatian khusus adalah Joey Pelupessy. Pemain yang baru debut ini langsung mengisi celah yang kosong di lini tengah, menjalankan tugas sebagai gelandang bertahan dengan sangat baik.
Dengan kehadirannya, Thom Haye bisa lebih leluasa mengatur permainan dan mendistribusikan bola tanpa harus khawatir meninggalkan lubang di lini tengah. Pelupessy tidak hanya sekadar ada di lapangan—dia hadir, dia berperan, dan dia membuat perbedaan.
Ole Romeny, Kepingan Terakhir di Lini Depan
Gol kemenangan Indonesia dicetak oleh Ole Romeny di menit ke-24. Dan gol ini bukan sekadar angka di papan skor, ini adalah bukti bahwa Ole adalah kepingan terakhir yang selama ini hilang dari lini depan timnas.
Ini adalah gol kedua dalam dua pertandingan, dan dua-duanya dicetak dengan klinis. Kali ini, ia memanfaatkan asis cerdas dari Marselino Ferdinan, rekan setimnya di Oxford United, yang seolah menunjukkan bahwa chemistry mereka di klub kini menular ke timnas.
Soliditas Lini Belakang
Jika ada satu hal yang paling pantas mendapat pujian dalam laga ini, itu adalah lini belakang. Tiga bek yang diturunkan tampil luar biasa, dengan Rizky Ridho menjadi figur paling dominan.
Seolah ingin membuktikan bahwa pemain lokal tidak kalah kualitasnya dari pemain keturunan, Ridho tampil tanpa rasa gentar, membaca permainan dengan cerdas, dan menghadang setiap ancaman dari Bahrain dengan sempurna.
Pergantian Pemain yang Tepat Sasaran
Satu lagi pembeda dalam pertandingan ini adalah bagaimana Kluivert mengelola pergantian pemain. Tidak lagi asal mengganti, tidak lagi sekadar formalitas.
Pergantian kali ini benar-benar tepat sasaran. Ketika Bahrain mulai mendominasi di babak kedua, masuknya Ivar Jenner langsung mengubah dinamika permainan.
Eliano dan Ricky Kambuaya juga dimasukkan di waktu yang tepat, memberikan energi baru tanpa mengurangi kualitas permainan. Bahkan ketika Kevin Diks harus ditarik keluar, penggantinya, Sandy Walsh, tampil sama solidnya.
Ini menandakan bahwa tim pelatih kini sudah lebih memahami kemampuan para pemainnya, dan ini adalah pertanda baik untuk laga-laga selanjutnya.
Kesetaraan di Lapangan
Satu hal yang juga patut disoroti adalah bagaimana kali ini kita melihat tidak ada lagi perbedaan antara pemain keturunan dan pemain lokal.
Tidak ada gap kualitas, tidak ada jurang pemisah dalam interaksi. Rizky Ridho tampil dominan, salah satu aksi terbaiknya adalah menyelamatkan bola dengan sundulan di gawang yang sudah kosong saat Marteen Paes sudah mati langkah.
Marselino Ferdinan memberikan asist, Ricky Kambuaya masuk dan langsung memberi umpan matang yang nyaris berbuah gol. Ini adalah gambaran yang ingin kita lihat dari tim nasional—bukan sekadar kumpulan individu berbakat, tetapi sebuah unit yang bergerak sebagai satu kesatuan.
Asa yang Masih Terjaga
Meskipun kemenangan ini belum cukup untuk membawa Indonesia ke Piala Dunia secara langsung, harapan masih ada. Saat ini, kita berjarak empat poin dari Australia yang baru saja mengalahkan Cina 2-0 di kandang lawan. Sementara itu, Arab Saudi hanya mampu bermain imbang melawan Jepang.
Untuk lolos langsung, secara matematika masih aada peluang, meski tipis. Tapi yang jelas, dengan performa seperti ini, Indonesia tidak lagi hanya sekadar “ikut meramaikan”—kita benar-benar bersaing. []