Berhenti Latah Dengan Tren Ultah

oleh

Oleh : Ita Safitri, S.Pd*

Ulang tahun adalah moment yang sangat spesial bagi orang yang merayakannya, cara merayakannya pun beragam seperti tren yang kini sedang banyak digandrungi oleh anak-anak remaja saat ini, melempar telur, ditaburi tepung hingga dicebur ke kolam menjadi salah satu cara yang dianggap menyenangkan.

Namun sayang, tren ini menjadi kecelakaan bahkan merenggut nyawa seseorang. Seperti yang dialami Fajar Nugroho, ketua Osis dari sekolah Negeri 1 Cawas, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, yang meninggal dunia usai diceburkan ke kolam oleh teman-temannya saat merayakan ulang tahun pada Senin (08/07/2024) lalu.

Diketahui, korban diceburkan oleh teman-temannya ke kolam ikan di taman sekolah yang memiliki kedalaman 1,75 meter. Namun karena tidak pandai berenang, korban pun memegang pralon di atas kolam yang ada kabel listriknya dan kesetrum lalu meninggal. Teman-temannya yang berusaha menolong juga ikut tersetrum, tetapi tidak meninggal.

Siapa sangka kejadian yang niat awalnya adalah untuk bersenang-senang berubah menjadi duka lara. Ya, sering sekali anak-anak remaja berbuat hanya demi memenuhi naluri eksistensi belaka, tanpa berpikir panjang terkait sebab dan akibat dari perbuatan tersebut, apakah berbahaya atau tidak, apakah mendatangkan dosa atau pahala.

Pemikiran yang mendalam ini hanya ada pada generasi di dalam pendidikan Islam, sebab pendidikan Islam dengan kurikulum khasnya akan memetakan konsep kurikulum berdasarkan akidah Islam sehingga menghasilkan kepribadian seorang pelajar shalih yang produktif dan unggul dalam berbagai bidang.


Tulisan Lain :


Pada faktanya, kurikulum pendidikan Islam saat ini tidak diterapkan pada negeri yang mayoritas penduduknya adalah muslim, kurikulum yang sedang diterapkan saat ini berasaskan dari cara pandang sekuler yakni cara pandang hidup yang telah memisahkan agama dari kehidupan.

Peran agama dikerdilkan sehingga remaja ini belajar agama hanya sebatas hafalan untuk ujian bukan menjadi sebuah pembentukan karakter yang baik dan benar.

Padahal agama merupakan pondasi kehidupan yang bisa membuat pribadi seorang menjadi kuat dan berbuat dengan baik benar. hal ini lah yang melahirkan kepribadian seorang pelajar bertingkah laku bebas dan berfikir spontan karena adanya pemisahan agama dari kehidupan maupun pendidikan tadi.

Berbeda dengan pendidikan Islam yang mampu menjawab pemikiran mendasar dan menyeluruh tentang manusia, kehidupan dan alam semesta.

Islam menjawab bahwa semua itu adalah ciptaan Allah SWT dan akan kembali kepada Allah SWT pula, sementara itu Allah SWT akan meminta pertanggungjawaban terhadap perbuatan manusia apakah semasa hidup di dunia standar hidupnya adalah syariat Islam atau standar hidup yang lain.

Inilah yang akan menjadi tolak ukur perbuatan dalam diri seorang pelajar. Jadi, ketika ada moment ulang tahun ia tidak akan latah atau ikut-ikutan dengan tren yang ada sekarang, ia akan berfikir mendalam terkait bagaimana hukum perayaan ulang tahun, tentu setelah cara pandang terhadap hidupnya tadi benar, ia akan paham bahwa ulang tahun bukanlah budaya Islam.

Sebab Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah merayakan ulang tahunnya. Begitu juga dengan para sahabat Nabi lainnya. Karena ini bukan ritual ibadah yang berasal dari ajaran Islam, melainkan tradisi ini berasal dari kaum kafir, maka mengikutinya tidak diperbolehkan.

Rasulullah Saw. bersabda, “Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka” (HR Abu Daud dan Ahmad).

Begitulah, hakikatnya pendidikan adalah mencetak generasi yang shalih dan bisa berpikir cepat, mendalam yang menghasilkan amal yang produktif. Tidak mudah latah dengan budaya yang berasal dari luar Islam.

Dengan sistem Pendidikan Islam, para remaja akan jauh dari pemahaman dan kaidah berpikir dan beramal yang salah, serta remaja akan menyadari bahwa segala perbuatan akan ada pertanggungjawabannya.

Sehingga mereka bertindak dengan terukur, tidak secara spontan dan penuh pertimbangan terhadap resiko yang mungkin terjadi.

Islam memiliki sistem Pendidikan yang mengajarkan kaidah berpikir benar yang akan menghasilkan amal produktif yang dihasilkan dari berfikir mendalam. Ini lah yang kita rindukan saat ini, generasi shalih yang memiliki amal yang produktif.
Wallahu A’lam Bishawab.

*Aktivis Da’wah Tinggal di Bener Meriah

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.