Oleh : Darmawansyah*
Diksi yang menggelitik para pemikir dan Masyarakat umum Ketika seseorang menyebut kata tersebut.
Diksi yang sering muncul dari mulut analis politik atau pengamat politik Rocky Gerung dalam berbagai episode wawancara atau komentator di media elektronik memberikan kesan yang sangat dramatis bagi warga negara.
Ada yang menerima dan memahami apa maksud dari pernyataan tersebut. Namun ada yang menolak dan tidak menerima maksud makna kata tersebut apalagi menjurus pada kepentingan dan kebijakan yang berkaitan dengan apa yang dilakukannya.
Perlu kita sadari maksud dari makna kata dungu yang sering dimunculkan oleh Rocky Gerung dalam ‘setiap’ episode wawancara.
Dungu dalam web kamus besar Bahasa Indonesia tersebut makna ‘sangat tumpul otaknya, tidak cerdas, bebal, bodoh’.
Dalam kehidupan sehari-hari dungu bersanding dengan kata bodoh, jika bukan dungu maka bodoh, sedangkan bodoh bermakna ‘tidak lekas mengerti, tidak mudah tahu, tidak memiliki pengetahuan,’.
Bodoh adalah Bahasa lain yang menyebutkan tingkatan kecerdasan dalam ilmu psikologi dimana bodoh merupakan tingkatan kecerdasan ke lima dari tujuh tingkatan kecerdasan manusia (Very superior, superior, high average, average, low average, borderline defectife, mentality defectife).
Dalam Bahasa lain bodoh yang merupakan Bahasa yang tidak layak untuk di sebutkan kerena bermakan negative maka dalam psikologi dimaknai dengan kalimat low average atau di bawah rata-rata.
Pemaknaan ini juga sangat memberikan momok yang tidak menarik dan mengasikkan sehingga banyak pakar menyebut dan bahkan dengan temuan psikolog Daniel Goleman pada tiga dasawarsa terakhir menyebutkan bahwa manusia tidak ada yang bodoh atau low average tersebut.
Setiap manusia memiliki keunikan tersendiri dengan berbagai kecerdasannya masing-masing.
Howard Gardner menyebut ada delapan kecerdasan yang dimiliki manusia diantaranya visual-spasial, linguistic-verbal, logis-matematis, kinestetik-jasmani, musical, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis.
Tidak semua manusia memiliki seluruh kecerdasan tersebut, terkadang manusia hanya memiliki dua atau tiga dari kecerdasan tersebut dan ada yang hanya satu kecerdasan saja yang menonjol dari kehidupannya.
Oleh karenanya, Ketika seseorang tidak mampu atau rendah pada bidang keilmuan matematika namun pintar dalam bidang olah raga maka dia tidak layak disebut bodoh.
Mungkin kata bodoh hanya berlaku ketika ia tidak mampu menyerap materi matematika dalam proses belajarnya, namun ia tidak bodoh dalam keseluruhannya.
Pakar ilmu Pendidikan dan tokoh Pendidikan akhir-akhir ini sering menyebut tidak ada manusia bodoh, bahkan Prof. Yohanes Surya, fisikawan Indonesia meminta diberikan 10 anak Papua yang dinyatakan bodoh untuk dilatih menjadi anak yang mampu menguasai ilmu matematika.
Dan pada akhirnya terbukti, bahwa orang yang di sebut bodoh tersebut ternyata hanya pola asuh dan tata ajar yang menjadikan seseorang menjadi bodoh atau dungu dalam memahami ilmu pengetahuan.
Fakta tersebut menunjukkan bahwa manusia tidak ada yang bodoh atau dungu namun dari pola hidup dan kehidupan yang menjadikan seseorang menjadi bodoh atau dungu tersebut.
Kita dapat melihat dari pernyataan lain Rocky Gerung dalam sebuah pertemuan dengan kelompok mahasiswa yang menyatakan ‘kertas sertifikat ijazah yang anda miliki tidak menunjukkan anda adalah orang yang berfikir’.
Pernyataan ini menunjukkan bahwa gelar kesarjanaan yang dimiliki oleh siapapun ketika tidak menunjukkan hasil nyata pada konteks yang positif dan bermanfaat maka tersebutlah ia dungu atau bodoh tersebut.
Dalam Bahasa lain Ketika kita mengetahui suatu kesalahan dan kita melaksanakan kesalahan tersebut maka kita adalah orang bodoh atau dungu karena menjalankan sesuatu yang kita sudah tahu kesalahnya.
Seorang pemimpin menempatkan bawahan yang ia ketahui kualitas bawahan tersebut pada posisi yang tidak layak untuknya maka pemimpin tersebut dungu atau bodoh.
Seorang Kepala sekolah memberikan tugas kepada bawahan yang berlatar belakang Pendidikan yang bukan bidangnya dan ia mengetahui kompetensinya untuk menjalankan tugas yang bukan kompetensinya, maka ini menunjukkan kepala sekolah dungu dan bodoh.
Seorang guru atau pendidik memberikan materi ajar yang tidak sesuai dengan perkembangan psikologi anak didiknya maka guru atau pendidik tersebut dungu atau bodoh.
Pengambil kebijakan yang menyandingkan Lembaga Pendidikan dengan tempat pembuangan sampah yang sudah diketahui bahwa sampah memberikan bahaya bagi generasi bangsa dan membiarkannya maka mereka adalah orang dungu atau bodoh.
Setidaknya gelar kesarjanaan tersebut memberikan nilai positif dengan menjadikan manusia yang berpikir dan memberikan hasil nyata dalam kehidupan di berbagai profesi yang dijalani.
Selayaknya Pendidikan yang tinggi pada setiap diri manusia memberikan nilai positif dalam kehidupan sehari-hari manusia, bukan memberikan nilai abstrak dalam Masyarakat luas.
Gelar kesarjanaan tersebut tidak dijadikan sebagai apologia terhadap kepentingan kelompok yang tidak melihat pada efek masa depan, selayaknya gelar tersebut dapat memberikan manfaat bagi generasi bangsa.
Dungu dan bodoh merupakan diksi yang menyakitkan namun dapat memberikan efek kejiwaan yang waras Ketika ia disadari sebagai sebuah diksi yang memberikan Pelajaran untuk berbaik dari sebuah kesalahan yang selama ini dijalankan.
Dungu dan bodoh merupakan diksi yang memotivasi seseorang untuk bertindak lebih baik dan bukan menjadi manusia yang bertahan pada posisi yang salah, namun ia menjadikan setiap orang untuk merubah diri dan kelomponya atau masyarakatnya atau lembaganya untuk lebih baik kedepannya.
Dungu dan bodoh adalah diksi yang memberikan efek positif untuk memperbaiki sebuah keputusan dan kebijakan dalam menjalankan roda kehidupan dan kelembagaan guna menuju pada pola yang lebih baik dan meninggalkan kesalahan yang berakibat pada kerusakan generasi bangsa.
Dungu dan bodoh adalah diksi yang memberikan nilai positif bagi siapapun yang berusaha untuk mencari perbaikan dan kebenaran dalam menjalankan kehidupan.
Yang mana kita mengetahui dungu dan bodoh bukanlah organ yang melekat pada diri seseorang yang tidak dapat dirubah, ia hanya sebuah pola pikir yang tidak berjalan atau berjalan hanya karena nafsu dan kepentingan sesaat dan karena ketidaktahuan atas apa yang dilakukan.
‘Maka tanyakanlah kepada orang yang lebih mengetahui’, begitulah ungkapan al-qur’an dalam salah satu ayatnya, sebagai seorang muslim banyak Pelajaran yang diberikan al-qur’an untuk menjadi pedoman sehingga kita tidak menjadi manusia dungu atau bodoh.
Setidaknya, usaha untuk menjadikan diri lebih berpikir dan menjadi terbaik harus melalui usaha sendiri dan tidak bertahan pada pengetahuan yang dangkal dan bertahan pada referensi yang tumpul serta tidak memberikan peluang pada perkembangan ilmu pengetahuan.
Dungu dan bodoh adalah diksi yang memberikan peluang bagi siapapun dalam merubah diri dan kelompoknya untuk tidak menjadi dungu dan bodoh tersebut.
Diksi yang memberikan peluang bagi setiap diri untuk lebih baik bukan menjadi mudharat bagi ummat, dimana diksi ini memberikan peluang agar manusia lebih bermanfaat bagi manusia lainnya. Allahu’a’lam bisshawab.
*Penulis adalah Kaur TU Pada MTsN 7 Aceh Tengah