Oleh : Darmawansyah*
Ramadhan atau puasa ramadhan merupakan ibadah wajib yang dijalankan umat islam sekali dalam setahun yang terlaksana di bulan ramadhan dalam hitungan hijriah. Puasa ramadhan dilaksanakan secara syari’at berdasarkan dalil yang kuat dan masyhur dikalangan umat islam.
Puasa wajib yang berdasar pada dalil surah al-Baqarah ayat 183 “hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, mudah-mudahan kamu bertaqwa”.
Sepanjang tahun umat islam diliputi dengan hiruk pikuk kehidupan dunia, dari bangun tidur hingga tidur kembali, aktivitas keduniawian menjadi rutinitas yang tidak pernah lekang dalam perjalanan manusia semenjak lahir hingga menuju alam barzah (alam kubur).
Oleh karenanya kehidupan duniawi menjadi sebuah orientasi yang terkadang membawa manusia terlena dalam perjalanan hidupnya untuk menuju alam yang tidak terperikan (alam kubur) “hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri/orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat)…” Q.S. Al-Hasyr: 18.
Allah mengingatkan dan memberikan suatu ibadah yang menjadi kewajiban bagi para pemeluk agama islam untuk menjalankan ibadah tersebut dan menjadikannya ibadah khusus yang dalam suatu hadits dimana ganjaran dari ibadah ini Allah SW sendiri yang akan bembalasnya.
Begitulah pentingnya ibadah puasa sebagai ibadah khusus yang dijalankan umat islam dalam setahun sekali ini. Amalan apapun yang dilaksanakan dalam bulan ini akan dibalas dengan berberapa kali lipatnya dan jauh berbeda dengan amalan yang dilakukan di bulan-bulan lainnya.
Sebagai umat islam perlu kesadaran yang hakiki bahwa apa dibalik sebuah ibadah yang khusus ini sehingga berbagai ganjaran dari amal ibadah diberikan dengan berkalilipatnya di banding amalan di hari-hari biasanya, berbagai alasan muncul dengannya diantaranya bulan ramadhan merupakan bulan riyadhah (bulan latihan), bulan dimana diturunkannya al-qur’an.
Dan bulan dimana umat muslim hendaknya merasakan bagaimana kondisi umat islam dibelahan bumi lainnya dan saudara-saudara mereka yang tertimpa kemalangan dan kekurangan, dan alasan-alan lainnya sehingga bulan ramadhan menjadi bulan pilihan yang ditetapkan secara syari’at yang melekat bagi umat islam.
Perlu di sadari bahwa surah al-Baqarah 183 yang menjadi dasar kewajiban berpuasa memiliki tiga poin penting yang perlu dipahami oleh umat islam yakni orang-orang beriman, puasa dan taqwa.
Ayat ini tidak ubahwa sebuah pola manejemen yang hakiki dan tanpa sadar Allah telah memberikan wujud pembelajaran kepada umat islam untuk menyusun sebuah setrategi dalam membentuk dan membina diri terutama menjadi umat yang shaleh dan berakhlak mulia.
Dalam kajian manajemen tidak terlepas dari pola POAC yakni Planning, Organizing, Actuating dan Controling. POAC adalah bentuk dasar dari penyusunan setrategi pelaksanaan sebuah program yang dijalankan oleh sebuah perusahaan atau lembaga.
Ketika lembaga menginginkan sebuah hasil yang baik maka POAC harus ditetapkan dengan sebaik-baiknya.
Dalam aktivitas Planning sebuah lembaga setidaknya menentukan realitas kondisi saat ini dengan berbagai bentuknya dan harapan yang akan diinginkan dari kondisi tersebut dalam hal ini perubahan apa yang diharapkan nantinya, untuk mencapai harapan tersebut maka ditentukanlah aktivitas yang akan dilaksanakan dalam bentuk program-program yang dijalankan.
Setelah planning selesai maka ditentukanlah pelaksana yakni penempatan orang pada posisi-posisi tertentu dengan ketentuan the right man on the right place (orang yang tepat pada posisi yang tepat) (organizing), setelah itu dilakukan maka lembaga melaksanakan aktivitas yang telah ditetapkan sebagai sebuah aksi program-program yang ditetapkan (actuating) dan pada akhirnya ditentukan evaluasi dari sebuah aktivitas yang berjalan guna melihat keberhasilan yang di capai (controlling).
Ayat 183 surah Al-Baqarah juga memberikan gambaran yang demikian yakni menyebutkan kalimat orang-orang yang beriman yang merupakan realitas kondisi umat muslim yang menyebut dirinya beriman dengan berbagai kondisi yang timpang dari sebuah keyakinan dengan fakta dilapangan.
Banyak umat muslim yang menyebut dirinya beriman tetapi meninggalkan perintah Allah SWT dan bahkan dengan terang-terangan melanggar perintah tersebut dan melaksanakan apa yang jelas telah di larang oleh Allah SWT dalam kehidupannya.
Umat yang minim dalam melaksanakan amal “tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah” sehingga banyak kalangan umat islam lebih mengutamanakan meminta shadaqah di jalan-jalan untuk kepentingan ummat dengan berbagai alasannya.
Ummat yang masih suka pada kecurangan dalam bermuamalah, umat yang masih suka memberikan janji-janji palsu dan lain sebagainya, oleh karenanya Allah menyebut mereka dengan sebutan hai orang-orang yang beriman yang belum bertaqwa.
Allah SWT menginginkan sebuah perubahan dari kondisi yang demikian dengan sebutan taqwa, dengan menetapkan puasa sebagai sebuah akivitas dengan berbagai ganjaran yang disampaikan dan sekaligus merubah perilaku dan kondisi yang selama ini masih jauh dari sebutan keimanan hingga menjadi manusia bertaqwa.
Sebulan lamanya ibadah puasa ramadhan wajib dilaksanakan bagi orang mukallaf tanpa uzur dengan membiasakan perbutan-perbutan baik dan menghindari perbuatan tercela, membiasakan diri melaksanakan ibadah secara berjama’ah dan mandiri dengan berbagai amalan yang dapat meningkatkan ketaqwaan seseorang.
Amalan-amalan yang dijalankan hendakknya memberikan efek pada peningkatan keimanan dan ketaqwaan sekaligus, dimana keimanan yang tidak sempurna tidak memberikan dampak pada ketaqwaan seseorang.
Imam Syafi’i menyebutkan bahwa iman itu adalah “sesuatu yang ditasdidkan dalam hati di ucapkan dengan lidah dan dilaksanakan dengan anggota badan” itu merupakan suatu keimanan, ketika seseorang menyebut dirinya beriman tetapi meninggalkan perintah Allah maka keimanannya tidak sempurna.
Puasa ramadhan melatih diri untuk menyatukan apa yang tersebut dalam hati dengan berniat puasa dan melaksanakan apa menjadi kewajiban dan menghindari apa-apa yang terlarang dalam puasa merupakan upaya dalam membentuk diri menjadi manusia beriman.
Ketika kesempurnaan keimanan seseorang telah terbentuk selama sebulan penuh melalui aktivitas puasa ramadhan maka ketaqwaan akan berjalan dengan sendirinya.
Oleh karennya ramadhan sebagai bulan riyadhah (bulan latihan) hendaknya menjadikan umat muslim lebih beriman dan mampu membentuk jati diri umat muslim sebagai ummat yang konsisten dalam menjalankan amalan-amalan yang tertuang dalam perintah Allah dan Rasul-Nya serta meninggalkan perkara terlarang yang telah ditetapkan oleh syari’ar-Nya.
Kesempurnaan keimanan seseorang akan menggiring kepada ketaqwaannya, Allah SWT telah menyebutkan sebagian ciri taqwa itu adalah mereka adalah orang-orang yang beriman kepada yang Ghaib, mendirikan shalat, menginfakkan sebagian rizki, mengimani kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW (Al-Qur’an) dan kepada nabi lainnya, beriman kepada hari akhir.
Semua ini tersebut dalam permulaan surah al-Baqarah. Jadi keimanan itu menggiring kepada perbuatan-perbuatan yang diridhai Allah seperti mendirikan shalat sebagai amalan wajib tanpa kecuali dan mengeluarkan rizki sebagai shadaqah dan mengimani kitab al-Qur’an dengan mengikuti dan menjadikannya sebagai pedoman hidup serta menyakini adanya hari akhir sebagai tempat dimana manusia mempertanggung jawabkan segala perbuatannya.
Amalan-amalan tersebut merupakan amalan shaleh yang dilaksanakan oleh muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
Al-Baqarah 183 merupakan ayat yang memberikan petunjuk kepada ummat islam untuk menjadi manusia yang lebih baik dari kondisi realitas yang jauh dari kondrat keimanan seseorang, melalui puasa ramadhan selama sebulan penuh dengan berbagai amalan-amalan yang dijalankan didalamnya hendaknya mampu membentuk manusia yang benar-benar beriman agar menuju pada ketaqwaan yang sempurna (la’allakum tattakun). Allahu a’lam.
*Penulis adalah Staf Tenaga Kependidikan pada MTsN 7 Aceh Tengah