Seperti Sepasang Sepatu

oleh

Oleh : Roni Haldi*

Sesungguhnya Allah SWT menjadikan segala sesuatu berpasang-pasangan. Ada laki-laki dan perempuan, langit dan bumi, malam dan siang, hitam dan putih, tinggi dan rendah, panas dan dingin, matahari dan bulan, daratan dan lautan, cahaya dan kegelapan, iman dan kafir, hidup dan mati, hidayah dan kesesatan, sengsara dan bahagia, syurga dan neraka, hingga tumbuh-tumbuhan dan hewan. Semuanya dijadikan seiring seirama menghiasi jalannya roda kehidupan.

Dalam setiap penciptaan di dunia ini pertanda bukti otentik keberadaan Allah SWT sebagai pencipta. Berpasangan-pasangan adalah pengukuhkan kekuasaan-Nya dalam keserasian dan keseimbangan pada proses penciptaan alam dengan segala isinya. Begitulah Imam Ibnu Katsir menjelaskan tafsir dari surat Adz Dzariyat ayat 49 dalam tafsir al Qur’an al Adzhim :

“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan agar kamu mengingat (kebesaran Allah).” (Q.S Adz-Dzariyat : 49).

Berpasangan-pasangan adalah sunnatullah dimuka bumi ini. Bahkan dalam bahasa Arab pun, setiap kata benda dikelompokkan mejadi dua kelompok, yaitu mudzakar (yang bersifat laki-laki atau maskulin) dan muannas (yang bersifat wanita atau feminim). Muannas ini biasanya ditandai dengan adanya huruf ta’ marbuthah di akhir katanya.

Suatu ketetapan yang tak mungkin mampu dibantah dipungkiri oleh kita manusia. Setiap pasangan dari jenis yang diciptakan berpasangan dengan jenis darinya. Saling ketergantungan antara satu dengan yang lainnya adalah sifat yang ditanamkan Allah kepada setiap yang berpasangan-pasangan. Saling butuh-membutuhkan, saling menjaga eksistensi dan keberlangsungan. Saling memiliki kekurangan dan kelebihan agar keduanya saling menutup melengkapi. Begitulah semestinya diharapkan kepada sepasang suami-istri.

Apakah ada contoh pasangan sederhana yang paling ideal dijadikan contoh? Jawabannya sangat sederhana saja. Tengoklah sepasang sepatu, yang terdiri dari kanan dan kiri. Mengapa? Karena bentuknya tidak sama namun tetap serasi. Laki-laki dan perempuan diciptakan oleh Allah berbeda bentuknya, namun keduanya serasi dan saling melengkapi.

Perhatikanlah sepasang sepatu. Tatkala berjalan melangkah tak pernah sama kompaknya, tapi tetap satu tujuan. Saat berjalan melangkah, kaki kanan dan kaki kiri tidak pernah berbarengan, selalu ada yang didepan atau dibelakang. Jika kaki kanan melangkah ke depan, maka kaki kirim ke tetap dibelakang. Tapi walau berbeda, tetapi arah tujuannya tetap sama.

Sepasang suami-istri, walau miliki perbedaan dasar antara keduanya. Sepasang suami-istri terlahir dari orangtua yang berbeda, tentu membawa karakter yang juga tak sama. Saling memahami akan tujuan bersama dalam kehidupan rumah tangga akan menyadarkan pencapaian misi bersama agar sakinah tetap menyapa.

Lihatlah sepasang sepatu. Ketika berjalan melangkah tak pernah berganti posisi apalagi saling mendahului. Sepatu sebelah kiri sangat paham posisinya, makanya tak berupaya berusaha mendahului mengganti posisi. Begitu juga dengan sepatu sebelah kanan, sadar betul dengan posisinya. Ia akan selalu menjaga ritme langkah agar teratur terukur. Sepasang sepatu saling memahami dan saling melengkapi untuk melahirkan gerak langkah yang tepat lagi indah dipandang.

Demikian semestinya hirarki dalam sebuah rumah tangga. Suami sangat paham beban tanggung jawab dipundaknya. Sebagai pemimpin yang mengayomi melindungi istri dan keluarganya. Seorang suami bijak mendidik nilai aqidah dan pandai membina ibadah keluarganya. Karena ia yakin bahwa sakinah adalah anugerah dari Allah Ta’ala. Begitu juga seorang istri, posisi penting yang dimilikinya disadari penuh.

Istri adalah pendamping yang menolong menyokong posisi dan fungsi suaminya. Nasehat hikmah seorang istri sangat ditunggu dibutuhkan oleh seorang suami. Sentuhannya ampuh meluluhkan batu karang keegoan suami. Keterampilan dan kesabaran seorang istri lah yang mampu menjaga keseimbangan dan keberlangsungan agar perahu rumah tangganya tetap dan terus berlayar di lautan kehidupan.

Sepasang sepatu itu dihargai sama tak selisih harganya. Jika kita membeli sepatu di toko manapun, pasti dijual dihargai sepasang; kanan dan kiri bukan sebelah saja. Lelah pasti didapat jika mencari toko yang bersedia menjual sepatu hanya sebelah saja, takkan ada. Sebelah sepatu saja takkan bernilai berharga walaupun baru dan miliki merk terkenal sekalipun. Sepatu tetap dijual diberi harga sepasang; kanan dan kiri.

Suami-istri itu sepasang bukan sendiri tanpa pasangannya. Seorang suami akan gagah berwibawa jika ditemani oleh seorang istri pendamping hidupnya. Begitu pula sebaliknya. Tanpa istri, seorang suami akan kurang akal dan hilang kebijaksanaannya. Tanpa suami, seorang istri akan lemah jiwanya dan berkurang kehormatannya. Keduanya akan saling berharga dan dihargai ketika mereka berdua bukan sendiri.

Sunnatullah yang tak mungkin mampu dibantah dipungkiri oleh kita manusia. Setiap pasangan dari jenis yang diciptakan berpasangan dengan jenis darinya. Saling ketergantungan antara satu dengan yang lainnya adalah sifat yang ditanamkan Allah kepada setiap yang berpasangan-pasangan. Saling butuh-membutuhkan, saling menjaga eksistensi dan keberlangsungan. Saling memiliki kekurangan dan kelebihan agar keduanya saling menutup melengkapi. Begitulah semestinya diharapkan kepada sepasang suami-istri.

Wahai suami-istri, petik lah hikmah dari sepasang sepatu. Pasangan terbaik tak pernah diragukan. Sepasang sepatu itu bentuknya tak sama tapi tetap serasi. Walau berjalan melangkah terlihat terkesan tak kompak seiring, tapi tetap punya arah dan tujuan yang sama tak menyelisihi berbeda. Sepasang sepatu itu tak pernah sekalipun terlihat berusaha mendahului pasangannya.

Namun sepasang sepatu saling memahami posisi dan fungsi agar ritme langkah indah terjaga. Sepasang sepatu sama dihargai tak ada yang selisih harganya. Tanpa pasangannya sepasang sepatu tak punya arti. Begitulah filosofi sepasang sepatu bagi suami-istri.

*Kepala KUA Kec. Susoh, Aceh Barat Daya

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.