Kilometer Nol Perubahan

oleh

Oleh : Johansyah*

Kini kita memasuki tahun baru 2021. Meskipun bukan sebagai tahun baru Islam, tapi secara umum kita dan masyarakat dunia berkiblat pada hitungan kelender tahun masehi, sehingga otomatis juga menyambut tahun baru ini.

Pada tahun sebelumnya tentu banyak kenangan yang tidak mungkin terlupakan dan menjadi catatan penting dalam hidup kita masing-masing. Sejatinya dijadikan pelajaran berharga untuk menata kehidupan yang lebih baik di tahun ini dan tahun-tahun berikut sekiranya Tuhan masih memberikan kesempatan hidup.

Berbagai cara diekspresikan orang dalam menghadapi dan mengisi tahun baru. Umumnya orang pergi piknik karena kebetulan diapit oleh hari sabtu dan minggu. Buktinya penginapan di Aceh Tengah sebagai salah satu destinasi wisata, semuanya penuh. Soal covid sepertinya bukan kendala atau mungkin juga orang berusaha keluar dari ketakutan dan teror virus yang kelihatannya masih enggan untuk mengendor dan mengundurkan diri.

Kecuali itu, di wilayah Jawa, kelihatannya ini menjadi momok yang menakutkan. Dari itu pengawasan dan pemeriksaan sangat ketat dilakukan oleh petugas di tempat-tempat wisata dan keramaian karena khawatir jika para pengunjung dari luar daerah atau sebaliknya tertular virus.

Apapun kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang di tahun baru, sejatinya dijadikan titik baru untuk memulai sebuah perubahan; diri, keluarga, masyarakat, hingga negara, meskipun pada waktu lain sejatinya dapat melakukan perubahan. Jelas, perubahan itu harus datang dari diri sendiri.

Sebuah komunitas atau kelompok juga tidak akan pernah berkembang kecuali mereka sendiri yang melakukan dan memulainya. Hal ini sudah begitu tegas dijelaskan dalam firman-Nya: “…Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri…” (QS. Ar-Ra’d: 11).

Tentu banyak hal yang harus kita ubah untuk menjadi lebih baik dalam kehidupan ini. Apakah terkait dengan keluarga, cara bermasyarakat, pekerjaan, sistem pendidikan, sistem politik, ekonomi, dan lain-lainnya. Tapi mungkin selama ini kita selalu fokus dalam perubahan dalam skala makro. Cita-cita perubahan kerap terdengar dari orang-orang yang ingin mencalonkan diri sebagai salah satu anggota legislatif, maupun kepala daerah.

Alasannya sama; ingin melakukan perubahan.
Kiranya jika menunggu jadi kepala daerah atau legislatif baru melakukan perubahan tentu sebuah mimpi yang entah kapan terwujudnya. Kalau pun suatu saat cita-cita itu terwujud, perubahan sebagaimana yang diformulasikan sebelumnya belum tentu dapat diwujudkan.

Ada berbagai tantangan dan rintangan yang harus dihadapi. Terlebih di era demokrasi ini yang justru memberi ruang kepada orang-orang licik menggunakan materi untuk menghancurkan idealisme masyarakat dan membuat mereka membuang pertimbangan nilai, mana yang layak dan yang patus.

Di sela itu, model suksesi dengan tim sukses pada akhirnya menjadi ranjau sendiri bagi seorang kepala derah ketika dia menang. Tenaganya banyak terkuras untuk memenuhi syahwat para tim sukses dan acap kali melenceng dari program yang dirancang sebelumnya saat berkampanye.

Untuk itu tidak ada perubahan yang lebih baik dan terbaik, selain melakukan perubahan dalam skala mikro dan dimulai dari diri sendiri. sebagaimana dikatakan oleh Rasulullah SAW; Ibda’ Binafsik (mulailah dari diri sendiri). Inilah perubahan yang paling mungkin dilakukan setiap orang, sekaligus perubahan yang paling bijak. Mustahil seseorang melakukan perubahan besar sementara dia sendiri belum mengerti perubahan itu sendiri.

Saya pribadi lebih cenderung pada konsep perubahan seperti ini. Sebaiknya kita mulai dari diri sendiri. Masing-masing kita sangat memahami rekam jejak perbuatan pada waktu sebelumnya. Sejatinya itulah yang dijadikan bahan koreksi dan evaluasi.

Ada tiga aspek yang menjadi bahan koreksi; pertama hubungan dengan Allah SWT, hubungan dengan sesama manusia, serta daya kreasi dan inovasi kita sebagai manusia yang cenderung berkarya. Terkait aspek pertama, persoalan pokok yang harus dikoreksi adalah shalat sebagai media komunikasi langsung dengan Allah SWT.

Aspek kedua terkait dengan kualitas komunikasi dan interaksi kita dengan sesama manusia; keluarga, tetangga, rekan kerja, dan lain-lainnya. Sedangkan aspek ketiga yang merupakan aspek kelanjutan dari aspek sebelumnya yakni mengoreksi daya kreatifitas dan inovasi kita sebagai makhluk yang berkarya, baik yang bersifat fisik kebendaan; seperti produk-produk teknologi, maupun yang bersifat non fisik yang lebih cenderung pada perwujudan pemikiran dan gagasan dalam bentuk karya buku, dan lain-lainnya.

Lebih sederhana lagi, ada dua poros perubahan yang dilakukan, yakni berkaitan dengan perbaikan perilaku dan peningkatan daya cipta, karsa, dan karya. Perubahan yang pertama adalah perubahan mendasar yang harus dilakukan. Hal ini terkait dengan budi pekerti atau akhlak seseorang. Ini dikarenakan karena budi pekerti menjadi syarat utama dalam menghadirkan kenyamanan dan keseimbangan antara hak dan kewajiban seseorang kapan dan di manapun dia berada.

Soal peningkatan daya cipta, karsa, dan karya, kalau tidak maksimal terpenuhi, mungkin sebuah kelompok akan dijuluki sebagai kelompok yang tertinggal dan tidak mengikuti perkembangan jaman. Sebaliknya, jika hanya daya cipta dan karya yang lebih dominan tanpa iringan budi pekerti, kemungkinan besar akan cenderung merusak dan menghacurkan.

Kreativitas dan inovasinya dilakukan untuk memenuhi syahwat pribadi dan kelompok. Sebagai contoh sederhana sistem kredit. Meskipun sebagai wujud daya inovasi, tapi dalam implementasinya sering menguntungkan satu pihak dan merugikan pihak yang lainnya.

Kalau begitu, sekiranya kita mungkin sudah mencapai beberapa target kehidupan di 2020 dan setelah melakukan koreksi ternyata masih banyak hal yang perlu diperbaiki, maka awal tahun 2021 satu ini kita jadikan sebagai kilometer nol perubahan kehidupan ke arah yang lebih baik dan berkualitas dan tentunya berorientasi pada keridhaan Allah SWT.

Akhirnya, di antara kecerdasan manusia adalah mereka yang sadar akan kesalahan dan kekurangannya di masa lalu, kemudian dia segera memperbaiki, tanpa menundanya. Wallahu a’lam bishawab!

*Ketua STIT Al-Washliyah Aceh Tengah

 

 

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.