Belajar Dari Jibril, Catatan di Hari Guru

oleh

Oleh : Ida Nusraini, M.Ed*

Jika Allah adalah sumber ilmu, Nabi Muhammad adalah murid, maka Malaikat Jibril adalah guru.

Malaikat Jibril lah yang bertugas mentransfer wahyu dariĀ  Allah Sang Maha Mengetahui, kepada Muhammad, seorang hamba yang ummi, awam, tak pandai tulis baca, namun akhlak terpercaya lagi mulia.

Mari kita susuri lagi bagaimana kali pertama Jibril menemui muridnya.

“Iqra’, bacalah… “, katanya.

“Aku tidak bisa membaca,” jawab sang murid.

Sang guru merengkuh dan memeluk murid sekian lama, baru ia melepaskannya.

“Iqra’, bacalah”, ulangnya.

“Aku tidak bisa membaca,” keluh murid kali kedua.

Guru bercahaya itu kembali merengkuh murid pilihan Tuhannya. Sang murid kepayahan, baru Sang Guru melepas pelukannya.

” Iqra’, bacalah”, ucapnya mengulang ketiga kalinya. Murid pasrah dengan ketidakmampuannya.

“Aku tidak bisa membaca” keluhnya putus asa.

Guru utusan Pencipta itu kembali merengkuh kekasih Tuhannya.

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran qalam (pena). Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”

Sang muridpun mengikuti perkataan gurunya. Sang guru memastikan bahwa muridnya telah menerima pelajaran pada hari itu dengan tiada cacat cela. Barulah ia kembali kesisi Rabbnya yang Maha Mulia.

Adakah Jibril mengatakan ” dasar bodoh!”, kepada muridnya?. Tidak, ia malah merangkulnya.

Adalah Jibril mengatakan “Memang kamu anak yatim piatu, pantas tidak tahu apa-apa…”. Tidak, Jibril malah merengkuhnya.

Adakah Jibril frustasi dan meninggalkan muridnya setelah berulang kali tidak faham apa yang diajarkannya?. Tidak, Jibril malah terus mengulang dengan sabar, sampai murid benar-benar melekatkan pelajaran dalam hati dan fikirannya.

Tugas Jibril adalah menyampaikan pelajaran dan memastikan muridnya menguasai dengan sempurna. Tidak peduli berapa kali ia mengulang, tidak peduli berapa lama waktu yang dibutuhkan. Tidak peduli betapa lambatnya muridnya menerima pelajaran. Tugasnya satu, muridnya harus menerima, menguasai secara sempurna.

Barulah Jibril meninggalkannya. Kesuksesan Jibril adalah ketika muridnya berhasil menerima, bukan ketika Jibril berhasil menyelesaikan tugasnya.

Untukmu para guru, ilmu adalah cahaya. Kita bukan pemiliknya, kita hanya perantara. Maka sampaikanlah cahaya itu kepada murid-murid kita dengan cara terbaik. Sepenuh hati dan cinta. Ilmu yang disampaikan dari hati, akan diterima oleh hati pula. Pastikan mereka menguasai dan menerima dengan sempurna.

Cintai murid kita, karena mereka adalah jalan guru menuju syurga.

Mari belajar kepada Jibril.

Selamat Hari Guru.

*Penulis adalah ketua Yayasan Arziqi Zumara

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.