Rombongan Pengantar Pengantin, Wisatawan atau Bukan?

oleh

Oleh: Karimansyah*

Pariwisata (tourism), kata yang akhir-akhir ini makin populer ditelinga kita. Sebelumnya, setiap membicarakan pariwisata, kita selalu terfokus terhadap obyek wisata di Pulau Bali, Danau Toba, Lombok atau kawasan lain di Indonesia.

Hari ini, warga Kabupaten Aceh Tengah mulai familier dengan industri pariwisata. Lebih-lebih setelah warga sekitar Danau Laut Tawar merasakan manisnya rezeki pariwisata dari homestay, cafe dan area perkemahan.

Apa itu pariwisata? Menurut UU Nomor 9 Tahun 2010, pariwisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

Seseorang atau sekelompok orang yang melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, sering kita sebut sebagai wisatawan jika tujuannya rekreasi.

Namun banyak yang memperdebatkan, apakah rombongan pengantar pengantin dari Bireuen ke Takengon misalnya, dapat disebut sebagai wisatawan? Banyak juga yang mengatakan bukan.

Mari kita cermati definisi wisatawan menurut Organisasi Pariwisata Dunia. Wisatawan adalah seseorang yang melakukan perjalanan paling tidak 80 km (50 mil) dari rumahnya dengan tujuan rekreasi.

Apabila jarak 80 km sebagai batas terpendek perjalanan seseorang baru dikategorikan wisatawan, maka jarak Bireuen Takengon sekitar 101 km.

Apakah rombongan pengantar pengantin dari Bireuen tadi sudah tergolong wisatawan? Kalau setelah mengantar pengantin lalu pulang kembali ke Bireuen, mereka tidak dapat dikatakan wisatawan.

Sebaliknya, apabila setelah prosesi serah terima pengantin selesai, lalu mereka rekreasi ke Danau Laut Tawar atau lokasi arung jeram, maka mereka termasuk wisatawan.

Adakah rombongan pengantar pengantin yang pergi rekreasi? Banyak. Seperti yang sering saya alami, rombongan pengantar pengantin asal luar daerah sering mampir ke lokasi Teluk Pukes Homestay.

Saya tanya, bapak dan ibu darimana? Ada yang dari Bireuen, Lhokseumawe, Sigli, Meulaboh, bahkan dari Medan.

Dalam rangka apa ke Takengon? Mereka katakan mengantar pengantin. Kenapa belum kembali ke Bireuen? Mereka ingin memanfaatkan waktu tersisa untuk mengunjungi obyek wisata Loyang Pukes.
Selesai disana, turun ke Teluk Pukes Homestay untuk menikmati Danau Laut Tawar dari dekat.

Itu artinya, mereka sedang melakukan aktivitas rekreasi meski tidak disebutkan secara eksplisit.

Sedangkan rombongan pengantar pengantin dari Meulaboh atau Medan sengaja datang ke Teluk Pukes Homestay untuk menginap. Tujuannya, esok ingin keliling Danau Laut Tawar. Aktivitas keliling danau merupakan rekreasi.

Meskipun tujuan utama mereka mengantar pengantin, namun tujuan sampingannya adalah rekreasi.

Jelas bahwa mereka termasuk wisatawan yang seyogyanya tercatat dalam arus kunjungan wisata ke daerah ini.

Sayang, wisatawan lokal seperti rombongan pengantar pengantin tadi luput dicatat. Kita terlanjur terstigma bahwa wisatawan dalam persepsi banyak orang adalah wisatawan mancanegara.

Sebenarnya, wisatawan lokal itu tidak berbeda dengan wisatawan mancanegara. Mereka juga meninggalkan uang di daerah ini.

Sipenerima uang dari wisatawan lokal bahkan kebanyakan usaha kecil. Misalnya, untuk makan dan minum, beli oleh-oleh, biaya penginapan, sampai biaya menikmati obyek wisata. Bukankah mereka juga sosok penting dalam industri pariwisata?

Teluk Pukes, 18 Mei 2024

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.