Kenapa Harus Jual Kopi Gayo ke Amerika, Ini Alasannya

oleh
Wisatawan ngutip kopi Gayo. (foto : Hadi)

TAKENGON-LintasGAYO.co : Di media sosial kini tengah hangat pembahasan, kenapa Gayo harus menjual kopi ke Amerika, kenapa tidak cari pembeli lain.

Pembahasan itu menyusul pemberitaan LintasGAYO.co, terkait Amerika akan mengenakan tarif pajak 32 persen bagi barang-barang yang masuk dari Indonesia.

Terkait : Amerika Kenakan Tarif 32 Persen Bagi Barang-Barang dari Indonesia, Kopi Gayo Terdampak?

Meski kebijakan Presiden Trump terhadap pajak 32 persen itu, masih akan berlaku 3 bulan lagi, namun secara langsung akan berdampak pada kopi Gayo, yang mana 50 sampai 70 persennya di ekspor ke Amerika.

Menanggapi pembahasan kenapa harus jual kopi ke Amerika, owner Asa Coffee Gayo, Armiyadi memberikan pandangannya.

Menurutnya, mencari pembeli baru selain Amerika sudah dikerjakan dalam beberapa tahun belakangan ini.

Hanya saja kata dia ada beberapa alasan kenapa Amerika menjadi tujuan utama ekspor kopi arabika Gayo, yang menjadi terbaik di dunia.

Disampaikan, Amerika saat ini menjadi negara pengimpor kopi terbesar di dunia. Sebagai contoh, Starbucks dan McDonald yang kini memiliki jutaan gerai di Dunia, merupakan perusahaan dari Amerika.

“Mereka-mereka itu, membeli kopi dari seluruh dunia, kemudian di olah di Amerika, lalu di distribusikan kembali ke seluruh gerainya di seluruh dunia. Ini yang menjadi Amerika menjadi pembeli terbesar di dunia,” terang Armiyadi.

Lalu pertanyaannya, kenapa tidak cari pembeli lain selain Amerika. Armiyadi mengatakan, ada beberapa faktor penyebab yang harus di pahami.

Menurutnya, saat ini kopi Gayo juga ada di ekspor ke Korea Selatan, China, Jepang dan beberapa negara Eropa. Namun, intensitasnya masih kecil.

“Korea minsalnya, adalah negara yang baru mengenal kopi, rentangnya 5-7 tahun ke belakang. Begitu juga dengan Jepang, yang sudah sejak lama membeli kopi kita, namun intensitasnya masih sangat kecil,” terangnya.

Lalu, berbicara juga ke Timur Tengah, Qatar, Arab Saudi minsalnya, Armiyadi mengatakan, pola minum kopi di negara Timur Tengah saat ini, bukan kopi murni, tapi kopi olahan yang memiliki rasa.

“Dan Timur Tengah juga sudah terbiasa dengan kopi murah, karena mereka tidak meminum kopi murni, kalau kopi olahan ya cukup beli kopi murah seperti robusta, lalu diolah dan diminum,” ungkapnya.

Terkait : Kopi Indonesia : Sudah Jatuh Tertimpa Tangga, Nasib Kopi Gayo?

Timur Tengah kata dia, belum mengenal kopi murni tanpa olahan. Jikapun ada, presentasenya sangat kecil.

Jadi dengan beberapa alasan itu, Armiyadi mengatakan, kopi Gayo banyak diekspor ke Amerika, karena secara budaya, orang-orang disana meminum kopi murni dan kopi terbaik, tanpa olahan.

“Di Amerika, kopi seperti espresso, black coffee, dan americano adalah kopi yang baik, sementara di negara-negara lain, menurut mereka kopi yang baik itu adalah yang manis hasil olahan. Jika minumnya masih kopi olahan, ngapain beli kopi yang mahal, mending kopi murah. Begitu analoginya,” jelas Armiyadi.

“Bukankah, sehebat apapun kopi, akan hilang cita rasanya ketika dia bercampur. Trend ini yang masih terjadi di banyak negara. Dan saat ini hanya Amerika, terbanyak peminum kopi murni,” tegasnya.

“Jadi pola budaya minum di setiap negara, juga menjadi faktor penting, mengapa Amerika menjadi tujuan utama ekspor kopi kita,” tambah Armiyadi.

Lebih lanjut Armiyadi menjelaskan, Benua Eropa yang menjadi negara terbanyak di Dunia, kenapa tidak menjadi tujuan ekspor kopi Gayo?

“Mungkin pertanyaan ini kemudian muncul. Eropa itu negaranya kecil-kecil, dan mereka jika pun minum kopi murni, maka akan dikirim dari Amerika,” katanya.

Lain itu, Eropa lanjut Armiyadi, juga sangat dekat dengan produsen kopi dunia lainnya, seperti Columbia, Ethopia dan Yaman.

“Jikapun harganya, sama dengan kopi kita, mereka lebih dekat. Tapi realita saat ini, pasokan kopi ke Eropa itu lebih banyak dari Amerika,” katanya.

Katanya dia lagi, jika kopi Gayo dipaksakan dijual ke negara-negara lain, maka kejadianya akan sama, hal itu lantaran kebutuhan kopi di negara lain terbatas tak sama seperti Amerika.

“Sementara, produksi kopi kita dalam setahun itu kan bisa mencapai ratusan ribu ton. Kalau kita tak mau jual ke Amerika, maka mau dijual kemana? Korea, Jepang, Timur Tengah, Eropa? Itu kan sama saja kopi kita akan mengalami stagnasi, tak ada yang beli, karena permintaannya terbatas,” ujarnya.

Meski begitu, kata Armiyadi lagi, para pengekspor kopi Gayo, sampai saat ini tak kehabisan cara, mengedukasi negara-negara lain untuk mau membeli kopi murni dari Gayo.

“Tapi itu kan butuh proses dan waktu, tidak bisa instan. Sekarang ini, masih Amerika dan Kanada yang terbanyak peminum kopi murni. Disamping itu, di berbagai acara kopi Internasional, kita para pengekspor kopi juga terus mengedukasi negara-negara lain,” tegasnya.

“Saat ini bukan tidak ada kopi Gayo itu dikirim ke Australia, Eropa, Timur Tengah, Jepang, Korea, namun masih sangat kecil. Kalaupun dipaksakan, mereka-mereka itu tak sanggup dengan harga kita, karena memang mereka baru belajar minum kopi murni,” tambahnya.

Menurutnya, belum ada alternatif pembeli lain selain Amerika, meskipun para pengekspor kopi Gayo, sudah sejak lama mencari pembeli lain selain Amerika.

“Hal ini kita lakukan sejak dulu, agar ketergantungan terhadap Amerika itu terlepas pelan-pelan, tentunya dengan bantuan Pemerintah dan kita semua dengan mengedukasi perubahan pola minum kopi murni,” demikian Armiyadi.

[Darmawan]

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.