Memuliakan Guru

oleh

Oleh : Jusnaini Hasni, M.Ed*

Guru merupakan sosok yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru tidak hanya ASN yang mengajar di sekolah atau madrasah formal semata. Lebih dari itu, guru sangatlah banyak, mulai dari guru aleh ba, guru di dayah, balee beut, dan semua mereka siapa saja yang telah berdedikasi untuk mendidik anak negeri. Artinya, mereka yang telah mendidik baik di lembaga formal maupun non formal.

Berbagai profesi dan cit-cita yang telah kita raih hari ini baik sebagai presiden, menteri, gubernur, pengusaha, TNI/Polri, petani, nelayan, driver dan profesi lainnya tentu tidak terlepas dari peran guru. Mereka telah menjalani tugas sangat berat dalam mendidik kita dan bahkan hari ini mereka juga mendidik anak-anak kita, yang sejatinya itu semua menjadi tugas dan kewajiban kita sebagai orangtua.

Kiprah guru sangatlah besar untuk kemajuan bangsa. Bahkan, kesuksesan seseorang tak luput dari sentuhan tangan mereka yang mendidik dan mengajar sehingga terbuka langkah menuju masa depan. Guru bukanlah malaikat. Mereka manusia biasa, tapi guru mengambil peran luar biasa dalam pengabdian.

Kita bisa mengambil pelajaran dari musibah pandemi Covid-19 baru baru ini, kita dapat merasakan dan mengetahui betapa berat tugas seorang guru dalam mendidik anak-anak. Saat anak-anak belajar dari rumah, kita sebagai orang tua dituntut menjadi guru. Artinya peran madrasah/sekolah dikembalikan kepada orang tua masing-masing. Berbagai reaksi dan tanggapan masyarakat terhadap kebijakan itu, bahkan kebanyakan orang tua menginginkan cepat-cepat anaknya bisa sekolah kembali.

Padahal orang tua merupakan sekolah pertama bagi anak-anaknya. Tapi dengan memasukkan anak ke lembaga pendidikan, secara tidak langsung, kita telah meminta bantuan kepada guru untuk mendidik anak kita.

Peran itu selama ini dibantu oleh sang guru di madrasah/sekolah/ dayah atau lembaga pendidikan lainnya. Mereka mengambil peran kita dalam mendidik anak-anak kita. Bukan berarti tanggung jawab kita lepas, mereka para guru hanya membantu. Mereka sabar atas segala tingkah laku anak kita bertahun-tahun.

Menjadi guru tidaklah mudah, apalagi hari ini berbagai tuntutan juga harus dipenuhi oleh guru, guru harus mampu mengedepankan manajemen rasa dalam mendidik atau mengajar, serta mampu menguasai dan menjalani peraturan yang telah ditetapkan. Belum lagi guru juga harus memikirkan kesejahteraan diri dan juga keluarganya.

Tentu masih banyak guru-guru yang mengabdi dengan ujrah yang tak seberapa. Belum lagi kalau ada kesalahan atau sedikit menegur lebih keras maka mereka akan dihadapkan dengan berbagai tekanan. Guru pastinya memikul beban besar, tapi tekad mereka adalah kesuksesan anak didiknya.

Maka sepatutnya kalau mereka bersalah atau ada metode yang diterapkan tidak cocok dengan prinsip kita dalam mendidik anak, jangan kasari mereka, jangan hujat mereka apalagi harus berurusan dengan pihak hukum.

Tapi, sampaikan dengan cara terbaik untuk perbaikan, apalagi mungkin ada di antara mereka yang lalai akan tugas mulia itu. Kalaupun ada kesalahan dan kekurangan selesaikan dengan baik baik.

Sewajarnya saja saat mereka salah atau khilaf kita tak langsung murka ke mereka, tahan sejenak emosi itu atas ribuan kebaikan yang telah mereka lakukan untuk anak anak kita, karena guru juga manusia seperti kita yang tentu ada salah. Apalagi di zaman seperti ini, kita yang semakin acuh, kalau bukan mereka siapa lagi yang akan peduli dan mendidik anak anak kita.

Berbagai kekurangan, hambatan dan rintangan telah dijalani oleh para guru dalam pengabdian untuk memajukan pendidikan anak anak kita, tak mereka keluhkan saat kondisi pahit, maka sewajarnya kalau tak bisa membantu jangan hina apalagi menyakiti mereka.

Semestinya sebagai orang tua/wali anak yang dididik oleh tangan-tangan dingin mereka menjadi benteng terdepan untuk peduli kepada guru, membela mereka, berbisik kepada pemangku kepentingan akan kesejahteraan mereka, bukan malah cacian dan tangan melayang ke mereka.

Maka muliakanlah guru, semua guru dan kalau hari ini kita tidak bertemu lagi dengan mereka kirimkan sebait doa dan alfatihah, berterima kasihlah kepada guru yang telah membantu mengajar dan mendidik kita dan anak-anak kita, jasa mereka jangan diukur dengan rupiah, dan semoga semua para guru mendapatkan kesejahteraan, mereka juga merdeka ditengah merdeka belajar.

Momen peringatan Hari guru nasional (HGN) 2022 ini jangan hanya seremonial dan ucapan indah saja, tapi harus menjadi kado indah untuk para guru. Mereka berhak mendapatkan apresiasi lebih layak lagi di negeri ini.

Selain itu, momen ini juga harus mampu menjadi ajang muhasabah untuk para guru agar lebih peduli dan menggunakan hati dalam memajukan pendidikan anak negeri.

Terima kasih untuk semua orang yang pernah mendidik kita walau itu satu kebaikan. Terima kasih untuk para guru yang telah bersabar dalam mendidik dan mengajarkan kita mulai dari cara membaca dan menulis, cara membaca kitab suci Alquran, mengenal huruf hijaiyah, berjuang dengan susah payah memahamkan kami matematika, mengajarkan kami tauhid yang benar, ilmu agama dan ilmu ilmu lainnya. Semoga menjadi amal jariyah. Amin.

Ya Rabb, ampunilah guru-guru kami dan orang yang telah mengajar kami. Sayangilah mereka, muliakanlah mereka dengan keridhaan-Mu yang agung di tempat yang disenangi di sisi-Mu… []

*Penulis adalah Dosen Universitas Teuku Umar (UTU) Aceh Barat

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.