Serit Gatil : Komplikasi Penyakit Hati, Iri, Dengki, Hasut dan Fitnah

oleh

Catatan : Darmawan Masri*

Ilustrasi_serit_gatil
ilustrasi (sumber : internet)

Manusia selalu dihadapkan dengan keadaan hidup dengan manusia lain. Hubungan sosial antara manusia satu dengan manusia lainnya selalu saja terjalin dalam hidup sehari-hari. Berbagai interaksi, pola tingkah laku baik yang menyangkut perasaan dan lainnya selalu tersaji dalam hidup dan berkehidupan. Begitulah hidup ini sudah di atur oleh Sang Maha Pencipta, Allah SWT. Setiap individu manusia pasti membutuhkan manusia lain dalam berinteraksi, baik komunikasi, hubungan jual beli, dan masih banyak lagi contoh-contoh lainnya.

Mengharuskan, setiap manusia berinteraksi dengan lainnya, otomatis akan terjadi pergolakan, sifat baik dan buruk akan selalu ada dalam interaksi tersebut. Islam mengajarkan kita untuk tidak memelihara penyakit hati, baik itu iri, dengki, hasut, fitnah dan masih banyak lagi sifat-sifat yang tidak terpuji, dimana bisa mengganggu hubungan dengan orang lain. Dalam bahasa Gayo istilah-istilah tersebut sering disebut, fiil, pel’oh.

Dari sifat-sifat penyakit hati yang kerap kali ada dalam pergaulan manusia, ada satu hal yang menarik untuk di kaji. Fi’il dan Pel’oh seperti ini juga terjadi dalam kehidupan masyarakat Gayo. Kelakuan ini tidak hanya terjadi dalam masyarakat Gayo saja, namun ada dalam setiap manusia diseluruh penjuru bumi ini. Dalam bahasa Gayo disebut Serit Gatil.

Serit Gatil merupakan sifat alamiah yang dimiliki oleh setiap manusia. Biasanya pemilik sifat ini merupakan orang yang cerdik dan pintar berkomunikasi, prinsipnya menghalalkan bermacam cara untuk meraih suatu tujuan yang mereka inginkan. Biasanya orang-orang yang memiliki fi’il/pel’oh Serit Gatil akan menghasut dan memfitnah orang lain, hal itu dilakukan karena keirian dan kedengkian melihat orang lain. Serit Gatil merupakan komplikasi dari beberapa penyakit hati, iri, dengki, hasut dan fitnah.

Sebagai contoh, minsalkan si-A memiliki sawah. Semua orang tau bahwa sawah itu merupakan haknya, yang sudah digarap selama turun-temurun. Kemudian ada si-B yang punya akal busuk, mencari akal agar si-A tak berkutik, saat si-B mengatakan sawah tersebut adalah miliknya. Segala daya dan upaya dihalalkan, untuk merebut hak si-A, dengan dasar legel secara hukum negara yang berlaku. Biasanya dia akan memainkan komunikasi politik dan legalitas formal yang diakui oleh hukum negara untuk mengesahkan, sawah si-A menjadi miliknya. Kelakuan si-B dalam bahasa Gayo disebut tukang Serit (seseorang yang pandai bersilat lidah).

Kebiasaan Serit Gatil tidak hanya terjadi saat manusia berinteraksi dalam kelompok tertentu (masyarakat). Namun, fi’il/pel’oh seperti ini juga terjadi dalam komunitas intelektual maupun  politik dan jabatan politik. Biasa orang-orang yang sudah terjun ke dunia politik, lebih lihat memainkan Serit Gatil.

Dalam sebuah komunitas minsalnya, Serit Gatil sering kali digunakan sebagai usaha menyakinkan orang lain dikomunitasnya. Padahal, sudah diketahui apa yang dia kerjakan merupakan salah besar, namun dengan sekuat tenaga dia mempertahankan argumennya dalam mencari pembenaran kepada yang lainnya. Dia tega memfitnah rekannya, dan menghasut anggota lain untuk membenci seorang teman dikomunitasnya (minsalkan saja ketua komunitasnya). Dengan perasaan iri dan dengki karena ketua kelompoknya lebih maju dibandingkan pelaku Serit Gatil tadi, dia pun rela menghasut rekan-rekannya yang lain untuk mendukungnya menjelek-jelekkan ketua komunitasnya. Segala daya dan upaya dilegalkan, termasuk merasa diri paling alim dan paling tau soal agama, berbagai ayat Al-Qur’an dan hadist digunakan untuk membenarkan apa yang telah diperbuat.

Lebih jauh, coba kita telaah, perpolitikan suatu daerah saat ini. Saat hendak, mencalonkan sebagai pemimpin, dia berjanji akan mengurus rakyatnya dengan baik. Hingga akhirnya dia terpilih. Janji-janji yang sudah dilayangkan tadi, terlupakan. Saat masyarakatnya menuntut, janji-janji tersebut, dengan lihai sang pemimpin berkilah, hingga akhirnya masyarakatnya kembali percaya. Dengan bersilat lidah, dia meyakinkan masyarakatnya yang protes. Padahal tidak ada niat untuk menepati janjinya, yang dilakukan hanya mempertahankan eksistensinya sebagai politikus handal , sebagai seorang pemimpin maupun yang dipercayakan masyarakat sebagai wakilnya (wakil rakyat, katanya?).

Masih banyak contoh-contoh Serit Gatil yang kerap terjadi ditengah-tengah kita. Sifat Serit Gatil harus dihilangkan dalam diri kita, karena sifat seperti ini sangat merugikan orang lain. Jika ditelisik secara teliti, Serit Gatil merupakan kompilasi dari beberapa penyakit hati, seperti iri, dengki, hasut dan fitnah. Dan tentu saja, Serit Gatil merupakan sifat yang paling dibenci oleh Allah SWT, dan merupakan dosa besar. []

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.