TAKENGON-LintasGAYO.co : Nasabah BPRS Gayo mengadu ke DPRK Aceh Tengah, Senin 15 Juli 2024.
Mereka menuntut agar BPRS Gayo, mengembalikan uang tabungan mereka menyusul adanya kasus penggelapan uang nasabah di bank milik Pemkab Aceh Tengah itu.
Para nasabah juga didampingi mahasiswa dari organisasi GMNI, dan diterima oleh beberapa anggota DPRK diantaranya, Khairul Ahadian, Jihar Firdaus dan Joharsyah.
Tampak hadir juga pihak Pemkab Aceh Tengah yang diwakili Kabag Ekonomi, Iid Fitrasani, Kepala Inspektorat, Aulia Putra dan pihak dari BPRS Gayo.
Berita Terkait :
-
Masih Bungkam, Pengamat Nilai BPRS Gayo Dihancurkan Sistemik Oleh Pemiliknya Sendiri
-
Uang Nasabah di BPRS Gayo Raib Capai Rp 40 Milyar, Tapi Pemkab Masih Diam : Ada Apa?
-
Dana Nasabah Digelapkan, Pemkab Aceh Tengah dan DPRK Jangan Hanya Diam Soal BPRS Gayo
Pulahan nasabah yang didominasi ibu-ibu tersebut, hanya menuntut tersedianya uang tabungan mereka.
“Sudah 9 tahun saya menabung (di BPRS Gayo), jumlahnya sekitar 6 Juta, saya hanya ingin uang saya kembali,” kata salah seorang nasabah, Lalila Fitri.
Nasabah lainnya, Ratna yang mengatakan jumlah tabungannya Rp. 110 Juta yang sudah menabung sejak 2018 silam, tak bisa mengambil uangnya.
“Sehari kami hanya bisa mengambil 500 ribu saja, dan kami harus setiap hari ke sana (Bank BPRS Gayo), tolong berikan tabungan saya setengah saja dulu,” tegasnya.
Hal senada dengan disampaikan nasabah bernama Eva Mahlini. Ia mengatakan, butuh biaya untuk tiga anaknya yang masih kecil paska suaminya meninggal dunia.
“Suami saya ada deposito di BPRS sebesar 100 Juta. Anak saya butuh biaya hidup. Setiap saya tanyakan uang saya ke BPRS, hanya dijawab aman, aman. Tapi saya tak bisa mengambil uang saya,” tegasnya.
Ketua GMNI Takengon, Saparuda mengatakan, jika pertemuan itu tidak menemukan hasil, pihaknya akan bergerak melakukan aksi, hingga menyegel BPRS Gayo.
“Para nasabah butuh biaya hidup, menyekolahkan anak. Berikan hak mereka. Jangan rampas hak mereka,” tegasnya.
Sementara, pihak penanggung jawab pelayanan nasabah, Mulyati Syafnur berharap, tidak dilakukan aksi penyegelan Bank BPRS.
“Kami nggak ikhlas kalau ditutup, karena kewajiban kami belum selesai dengan nasabah. Kalau ditutup uang nasabah tidak akan kembali. Uang akan tersedia ketika ada setoran kredit dari nasabah,” kata Syafnur.
[Darmawan]