Terkait Ceruk Mendale : Didesak Copot Oleh HMI, Kadisdik Aceh Tengah Fokus Konsultasi dengan Ahli Arkeologi

oleh

TAKENGON-LintasGAYO.co : Dipicu kehebohan proyek penataan Ceruk Mendale, hari ini Himpunan Mahasiswa Islam MPO (majelis penyelamat Organisasi) Aceh Tengah menggelar aksi tutup mulut di pagar depan kantor bupati Aceh Tengah , Selasa (15/11/2021)

Dalam aksi yang dihadiri oleh 6 orang yang tidak mengeluarkan sepatah katapun itu, mereka menulis di atas karton tentang desakan terhadap bupati agar segera mencopot kadisdikbud Aceh Tengah.

Menurut Kabid kaderisasi HMI MPO Kurnia Adami, situs loyang Mendale atau yang kita kenal dengan Cerug Mendale adalah merupakan Identitas suku Gayo. Karenanya harus betul-betul bisa kita jaga kelestarianya bukan malah merusaknya dengan proyek yang asal dikerjakan tanpa koordinasi dan konsultasi dengan tim ahli dan menganggap Kadisdikbud Aceh Tengah adalah pihak yang paling bertanggung jawab atas terselenggaranya proyek ini.

Dalam pandangan Kurnia Adami, Kadisdikbud Aceh Tengah sudah melanggar UU no 11 Tahun 2010 pasal 66 yang melarang setiap orang untuk merusak cagar budaya, baik seluruh maupun bagian-bagianya, dari kesatuan, kelompok, dan/atau letak asal. Pelanggaran atas pasal ini diancam pidana penjara paling singkat 6 bulan paling lama 10 tahun dan/atau denda paling sedikit 250 juta paling banyak 2,5 milyar.

Ketika hal ini LintasGAYO.co konfirmasikan kepada Kadisdikbud Aceh Tengah, Drs.Uswatuddin M.AP. Mantan guru SMA Modal Bangsa ini menyatakan kembali apa yang sudah dia sampaikan pada media ini kemarin, bahwa dirinya dan pemerintah Aceh Tengah, sama sekali tidak punya niat merusak situs yang sangat berharga itu.

Dirinya mengakui bahwa, kehebohan ini terjadi karena adanya miskomunikasi antara pihak mereka dengan pihak peneliti Balar Medan.

Kepada media ini, Uswatuddin menjelaskan kalau dikerjakannya proyek ini dilatari oleh niat baik dari pemerintah kabupaten Aceh Tengah untuk melestarikan situs Loyang Mendale yang sudah memberi sumbangsih besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan mengungkap dengan terang benderang fakta bahwa Gayo adalah suku tertua di Aceh dan kemungkinan juga di Sumatera.

Adapun niat baik ini kemudian berkembang menjadi kontroversi adalah akibat dari fakta bahwa ketika dalam seminar di Hotel Parkside, saat dirinya menunjukkan rancangan penataan ini kepada Ketut Wiradnyana selaku kepala peneliti di Ceruk Mendale dengan niat untuk menanyakan apakah rancangan ini sudah sesuai dan tidak mengganggu proses penelitian, ternyata Ketut tidak menangkap aksinya itu dengan cara yang sama. Rupanya ketika itu dia sampaikan, Ketut sama sekali tidak berpikir bahwa apa yang dirinya lakukan saat itu, adalah sebuah konsultasi yang dimaksudkan untuk meminta pendapat.

Alhasil, ketika proyek ini bergulir, timbullah kegaduhan seperti sekarang.

Tapi, karena diselenggarakannya proyek ini memang didasari oleh rasa cinta pada Gayo dan diniatkan untuk melestarikan situs berharga ini. Ketika, proyek ini berkembang memicu kegaduhan, meskipun status Ceruk Mendale ini belum secara resmi ditetapkan sebagai situs Cagar Budaya, melainkan baru dalam tahap diusulkan sebagai Cagar Budaya, pihaknya langsung memerintahkan penghentian pengerjaan proyek tersebut, karena tidak ingin menimbulkan kerusakan yang lebih lanjut.

Apalagi berdasarkan pernyataan Ketut Wiradnyana yang dikutip media ini kemarin, sang peneliti dari Balar Medan ini ingin duduk bersama dengan pemangku kebijakan di Aceh Tengah, terkait penanganan Ceruk Mendale pasca kegaduhan ini. Dirinya mengaku menerima tawaran itu dengan tangan terbuka dan bersedia kapanpun untuk diajak duduk dan berbicara. Tidak masalah apakah itu dilakukan di Medan, Takengen atau di Jakarta.

Memungkasi pernyataannya, Uswatuddin mengaku memaklumi kekecewaan masyarakat Gayo atas kejadian ini, karena dirinya sendiri sebenarnya adalah pihak yang paling kecewa akibat dari niat baiknya dan Pemkab Aceh Tengah malah berujung tidak enak seperti ini.

Untuk itu, selanjutnya dirinya akan membangun komunikasi yang baik dan akan berkonsultasi secara intens dengan Ketut Wiradnyana untuk melindungi situs Ceruk Mendale, supaya temuan dari Ceruk ini bisa memberi sumbangsih besar bagi ilmu pengetahuan dan lebih banyak lagi membuka tabir sejarah masa lalu Gayo.

[Redaksi]

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.