Mawaddah Ingin Juara, Demi Ibu Yang Sedang Sakit

oleh

MAWADDAH, siswi MTsN 1 Takengon sedang duduk di bangku kelas dua, seorang anak yang berprestasi, hal ini terlihat dari sederet trophy yang ada di dalam rumahya. Mawaddah sudah sering menjadi juara dalam berbagai lomba, baik lomba pidato, lomba kaligrafi maupun lomba puisi.

Tak terkecuali, Mawaddah juga meraih jura 2 saat mengikuti lomba Da’i tingkat SMP/Sederajat yang dilaksanakan oleh Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Takengon, di Takengon beberapa hari yang lalu, namnya muncul saat pengumuman pemenang di umumkan, meski ia tidak datang pada saat moment membanggakan itu.

Siapa sangka, gadis belia yang cemerlang tersebut dibalik berbagai prestasinya, ia menyimpan duka yang begitu pilu, lantaran sang ibunda tercinta terbaring sakit di rumah, sementara sang ayah sudah tiada, namun ia tetap tegar dalam menghadapinya, bahkan terus merangkai prestasi demi sang ibu tercinta.

Salah satunya upaya dirinya tampil dalam sebuah lomba Da’i yang digelar HMI adalah untuk dapat menjadi juara dan nantinya, hadiah yang berupa uang tunai dapat dibelikan untuk biaya berobat sang ibu tercinta, sebagaimana ia tuturkan kepada beberapa pengurus HMI saat menjenguk ibunya yang sedang sakit di rumahnya, di kampung Totor Uyet, Kecamatan Bebesen.

“Saya sangat mengharapkan dapat menjadi juara, supaya hadiahnya bisa beli obat untuk mamak,” katanya kepada pengurus HMI, Kamis, 9 Februari 2017.

Padahal, tidaklah banyak hadiah yang ia dapatkan dari perlombaan Da’i tersebut, tapi baginya itu sangat bernilai, karena dengan uang sebesar Rp. 200.000 ia dapat membelikan kain kasa untuk membalut luka bekas oprasi ibunya.

“Lumayan uang itu bisa saya belikan untuk kain kasa untuk membalut bekas oprasi ibu,” katanya lirih.

Sementara ibunya bernama Samsinar berusia 52 tahun mengalami penyakit penyumbatan batu empedu sejak 3 bulan yang lalu, sudah dibawa berobat ke RS Datu Beru dan bahkan sudah di rujuk ke Medan ke RS Adam Malik, namun tidak membuahkan hasil, malah kini ibunya mengalami bocor dibagian oprasi diduga karena proses oprasinya kurang baik sehingga mengalami infeksi, sementara, untuk dilanjutkan berobat kembali sudah tidak memiliki biaya.

“Mau dibawa ibu berobat ke Banda Aceh, tapi kami sudah tidak ada baiaya,” katanya.

Mawaddah merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara, semuanya adalah perempuan, kakaknya yang pertama sudah menikah, kakaknya yang ke dua bernama Ernawati, kini masih kuliah semester 6 jurusan Ekonomi Syariah di STAIN Gajah Putih, ia terpaksa setiap minggu pergi ke kebun orang bersama kakaknya menjadi buruh (ongkosen) mengutip kopi di kebun orang lain untuk membiayai sekolahya, da juga membantu prekonomian keluarga mereka.

(Feri Yanto)

 

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.