Mahasiswa dan Kemiskinan Masyarakat

oleh

Oleh : Sahuri Ramadana

Sahuri-RamadhanSudah 70 tahun Indonesia merdeka, namun permasalahan sosial hadir tak henti-hentinya dan bahkan sampai saat ini tetap mewarnai negeri kita tercinta. Indonesia memiliki pekerjaan rumah yang cukup panjang untuk mewujudkan kesejahteraan sosial di Tanah Air. Data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) menemukan 28,55 juta penduduk Indonesia masuk kategori miskin. Penduduk miskin dikategorikan sebagai kalangan masyarakat dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Indikator kemiskinan dapat diartikan sebagai suatu situasi dimana standar kehidupan yang “layak” tidak tercapai, seperti: sandang, pangan, pemukiman, kesehatan dan pendidikan.

Walaupun peran pemerintah juga tak pernah berhenti untuk menangani kemiskinan di masyarakat, seperti dengan membuat program-program minsalnya dari Kementrian Sosial berupa Pendampingan Keluarga Harapan (PKH) yang diadakan di setiap kecamatan di seluruh Indonesia, Program Keluarga berencana(KB) dari Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (BKBPPA) yang dengan harapan, keluarga dapat merencanakan jarak dan jumlah anak agar keluarga menjadi sejahtera dan menguragi beban rumah tangga dalam menghidupi keluarganya. Selain itu Pemerintah juga memberikan banyak bantuan lainnya kepada masyarakat seperti kartu Indonesia pintar, kartu Indonesia sehat, BPJS, serta lain sebagainya. Dengan memberikan bantuan-bantuan itu, pemerintah mengaharapkan masyarakat dapat menjadi lebih sejahtera dan dapat menjadi masyarakat yang diharapkan.

Tapi dengan banyaknya hal yang telah dilakukan pemerintah belum juga terus mengurangi kemiskinan di masyarakat Indonesia. Salah satu bukti adalah tingginya tingkat criminal yang ada dimasyarakat. Menurut pendapat beberapa tokoh bahwa tingginya tingkat criminal ini dipicu dari susahnya untuk menjalani hidup. Karena peluang pekerjaan yang semakin sempit, harga bahan-bahan makanan dan kebutuhan yang semakin meningkat, inflasi dari tahun ketahun juga semakin meningkat, juga perkembangan jaman yang terus maju sehingga hal-hal baru muncul di jaman modern ini menjadi kebutuhan yang dimana jika jaman dahulu hal tersebut tidak penting pada jaman sekarang ini menjadi penting. Salah satu contohnya adalah penggunaan Telepon Genggam (HP) yang jika pada jaman dahulu tidak terlalu penting namun pada jaman sekarang ini menjadi sebuah kebutuhan. Bahkan pada saat ini Telepon genggam dimasyarakat juga harus bermodel android yang dimana harus menggunakan paket data. Sehingga itu juga menjadi sebuah kebutuhan dimayarakat. Yang diamana dahulu tidak menjadi kebutuhan, pada jaman sekarang ini hal tersebut sudah menjadi sebuah kebutuhan. Yang akhirnya kebutuhan masyarakat itu semakin hari semakin meningkat. Tetapi jalan untuk memenuhi kebutuhan itu semakin sedikit sehingga timbulah tindakan-tindakan yang buruk seperti criminal untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut.

Hal di atas sangat sesuai dengan hadits Rasulullah SAW bahwa “Kefakiran Mendekatkan kepada Kekufuran”. Dengan semakin meningkatnya kemiskinan dimasyarakat maka semakin meningkat juga kejahatan dimasyarakat.

Dari permasalahan-permasalahan yang dimasyarakat itulah selaku Agen Of Change Mahasiswa harus mampu membawa perubahan dikalangan masyarakat. sebagai orang yang tedidik tentu mahasiswa harus mampu mencerdaskan masyarakat agar dapat menjadi manusia yang pandai dalam menata kehidupan serta tidak selalu berada dalam kemiskinan.

Mahasiswa, juga sebagai salah satu tulang punggung harapan bangsa tentu menjadi salah satu pihak yang paling diharapkan kiprahnya dalam mengatasi masalah kemiskinan. Selain mengandalkan aspek intelektual, jiwa sosial, kepekaan, dan sikap aktif inisiatif juga menjadi kunci bagi mahasiswa berkontribusi mengentaskan kemiskinan. Hanya saja, kecenderungan umum yang kerap menjadi salah kaprah bagi mahasiswa adalah idealismenya yang terlalu tinggi dan menerawang ke atas. Mahasiswa sering merasa cukup jika sudah melakukan demonstrasi yang isinya hanya mengkritik dan menuntut perbaikan kondisi rakyat jelata kepada pemerintah. Alih-alih melakukan aksi yang lebih riil, mahasiswa lebih senang unjuk diri di jalan-jalan sambil membawa poster buatan sendiri yang kadang awut-awutan. Sebenarnya aksi semacam itu tidak salah, tetapi menjadi kurang bernilai jika mahasiswa itu sendiri tidak berupaya melakukan sesuatu yang langsung menyentuh kelompok masyarakat miskin. Apalagi demonstrasi yang dilakukan kerap kali terkesan dipaksakan dan seadanya. Bagaimanapun juga, bentuk sumbangsih yang bisa mahasiswa lakukan sangat banyak dan bisa lebih baik dari itu

Peran Mahasiswa dalam kehidupan masyarakat cukup banyak terutama dalam mensejahterakan kehidupan dimasyarakat. Mahasiswa dapat menjadi agen atau wakil masyarakat untuk dapat bernegosiasi dan penyampai aspirasi kepada pemerintah. Jika ada pemerintah yang tidak sadar dengan kehidupan masyarakatnya. Mahasiswa juga dapat menjadi wakil dari pemerintah untuk mencerdaskan masyarakatnya.

Walaupun terkadang yang paling banyak berperan hanyalah Mahasiswa-mahasiswa yang aktivis, namun bagi mahasiswa yang tidak menjadi aktivis atau bukan tipe mahasiswa organisatoris, peran mereka dalam mengentaskan kemiskinan adalah dengan memainkan wacana. Bentuknya yang paling mudah yaitu menulis artikel bertemakan kemiskinan di media, baik itu media kampus maupun di media lainnya. Tulisan bisa mengangkat kenyataan yang belum diketahui banyak orang, semisal potret kemiskinan di daerah X dan sebagainya. Bisa juga sebagai counter wacana, misalnya penurunan angka kemiskinan bukan berarti pemerintah boleh mengendorkan program-program pengentasan kemiskinan. Meskipun terkesan sepele, jika tulisan bertema kemiskinan itu dibaca banyak orang setidaknya akan masuk ke memori otak pembaca. Memori tersebut akan tersimpan dan secara sadar atau tidak sadar dapat mengubah perilaku pembaca yang semula antipasti menjadi lebih peduli terhadap kemiskinan. Output yang terjadi mungkin saja pembaca yang semula enggan akan mau mengeluarkan zakat, berinfak, atau bersedekah. Menulis artikel meski terkesan sepele tetapi tidak bisa dianggap remeh.

Namun kepada bagi seluruh Mahasiswa juga harus mengerti dan harus menjalankan Tridharma Perguruan Tinggi yang mana ia berada disana dan kemanfaatan nya berguna untuk masyarakat umum yang juga harus di kembangkan untuk mengatasi kemiskinan didalam kehidupan masyarakat.

Adapun Tri Dharma Perguruan Tinggi itu sendiri meliputi:

(1) Pendidikan. Mahasiswa berkewajiban meningkatkan mutu diri secara khusus agar mutu bangsa pun meningkat dengan ilmu yang dipelajari selama berproses di Perguruan Tinggi sesuai bidang keilmuan tertentu;

(2) Penelitian dan Pengembangan. Ilmu yang dikuasai melalui proses pendidikan di Perguruan Tinggi harus diimplementasikan ke dalam dunia riil. Salah satunya dengan langkah ilmiah, seperti penelitian. Penelitian bukan hanya akan mengembangkan mahasiswa itu sendiri, namun juga memberikan manfaat bagi kemajuan peradaban dalam menyejahterakan bangsa;

(3) Pengabdian Masyarakat. Mahasiswa melalui Perguruan Tinggi tentunya difasilitasi untuk membantu masyarakat agar mampu memenuhi kebutuhannya. Seperti bina desa, pelatihan dan penyuluhan masyarakat desa, bimbingan belajar, bakti sosial, KKN-PPL dan lain sebagainya.

Begitulah Mahasiswa, memiliki peran penting dan banyak dikalangan masyarakat tentunya. Jadi sebagai mahasiswa kita tentu harus dapat jeli dalam menghadapi permasalahan di dalam masyarakat dan paham bagaimana cara untuk mengatasinya. Karena seorang Mahasiswa itu berbeda dengan Siswa. Mahasiswa itu lebih tinggi derajat. Lebih tinggi perannya. Maka dari itu mahasiswa harus cerdas dan harus dapat membawa perubahan kearah yang lebih baik.

Hidup Mahasiswa!!!!

*Mahasiswa Komunikasi Dan Penyiaran Islam STAIN Gajah Putih Takengon

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.