Gure e Reraya i Masa Kekanak

oleh

Oleh: Husaini Muzakir Algayoni*

HusainiTERINGAT masa-masa kecil dulu ketika datang lebaran khususnya hari raya Idul Fitri “reraya kul”, yang mana hari itu adalah hari yang paling ditunggu-tunggu karena ingin segera memakai serba baru. Mulai dari celana, baju dan sandal baru serta tidak ketinggalan juga dengan uang jajan.

Ada hal yang menarik ketika datangnya lebaran Idul Fitri yaitu takbiran dimalam hari keliling kampung, dimana kampung asal penulis yaitu Delung Tue sudah menjadi tradisi ketika habis shalat ashar maka semua anak-anak kecil menyerbu rumah pak imam untuk mengambil minyak obor yang telah disiapkan jauh-jauh hari apakah itu dengan botol (bebuli) tapi yang lebih seru ialah dengan memakai obor bambu. Takbiran keliling kampung adalah hal yang paling mengesankan ketika datangnya lebaran, sehabis shalat maghrib maka semua anak-anak telah berkumpul dijalan tanpa ada komando dari siapapun ketika telah berkumpul maka mulailah takbiran keliling kampung.

Setelah melaksanakan takbiran keliling kampung maka malamnya ketika tidur terasa malam itu bagaikan seribu tahun karena tak sabar menunggu esok pagi, ketika datang waktu shubuh ada yang pergi ke tempat pemandian umum di meunasah seluruh masyarakat bersatu padu mandi dalam kesejukan air dataran tanah tinggi Gayo. Terasa indah satu malam itu bagaikan malam yang tak terlupakan ketika masa-masa kecil dulu.

Saat ayam pun mulai berkokok maka dengan secepat kilat bangun dari tempat tidur untuk melihat baju baru yang telah di siapkan tadi malam, baju terkadang dicium yang masih harum itu. Saat mandi air begitu dingin namun tetap ditahan agar bisa fresh di hari lebaran itu, setelah mandi maka teman-teman dari seberang rumah saling berdatangan untuk melihat baju baru yang dipakai dan siap untuk pergi jalan-jalan. Disaat para orang tua dan orang-orang yang sudah dewasa sedang melaksanakan shalat Idul Fitri dan mendengar khotbah dari sang khatib disitu pula anak-anak kecil yang lain asyik dengan berbagai macam permainan dan bercanda senda gurau di jalanan maupun ditempat penjualan kue-kue, bakso maupun mie goreng.

Suasana lebaran Idul Fitri dimasa kanak-kanak dulu begitu indah dan penuh dengan warna, hati begitu riang, tertawa disetiap tempat dan sudut bersama teman-teman dan menikmati suasana dengan bahagia dalam keramaian.

Seiring berjalannya waktu maka umur pun semakin bertambah, dengan umur yang kian terus bertambah tentu pemikiran dan pemahaman tentang hari raya Idul Fitri tidak lagi sama antara masa kecil dulu dan masa dewasa pada saat sekarang ini, ketika masa-masa kecil dulu yang tahu hanyalah hura-hura atau senang-senang dengan datangnya lebaran. Namun saat sudah dewasa seperti saat sekarang ini kenikmatan dan kebahagian hari raya Idul Fitri pun harus dilihat dari berbagai sisi sesuai dengan pemikiran dan pemahaman.

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1436 H, Mohon Maaf Lahir dan Bathin. Semoga dihari Fitrah benar-benar menjadi orang yang fitrah.

*Penulis: Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.