
Ikan Sidat dalam bahasa latin dikenal Anguilla marmorata (Denung : Gayo-red) merupakan ikan langka di Gayo. Ikan yang disinyalir memiliki protein yang sangat tinggi ini banyak digemari orang berusia tua (tetue) di Gayo. Tak hanya tetue yang menggemarinya, banyak orang tua yang juga memberikan daging ikan ini sebagai asupan protein bagi anak-anak nya yang tengah memasuki usia perkembangan.
Di dataran tinggi Gayo sendiri, denung banyak hidup di aliran-aliran sungai deras. Konon denung hidup di berawang (genanang air yang dalam pada Sungai). Ikan ini memiliki gigitan yang sangat kuat.
Kebanyakan masyarakat Gayo, menggunakan ikan ini sebagai lauk pembangkit selera makan. Disamping rasa lemak dan gurih yang didapat dari daging nya, juga bisa mempercepat pulihnya luka bagi orang yang baru di operasi.
Di aliran sungai Peusangan, dahulu denung banyak tumbuh dan berkembang. Namun, dengan seiring waktu ikan ini mulai langka di aliran sungai tersebut. menangkap ikan ini pun sebenarnya gampang, namun karena ketersediaannya kini mulai langka ikan ini sangat sulit dijumpai.
Senin 23 Februari 2015, LintasGayo.co, dihubungi seorang rekan yang tinggal dialiran sungai Peusangan, tepatnya di Kampung Jurusen Kecamatan Pegasing Aceh Tengah, dia mengabarkan bahwa baru saja menangkap ikan denung berukuran besar. “Saya baru saja menangkap denung dengan memancingnya dibebatuan sungai,” kata rekan tersebut.
Tanpa berpikir panjang, langsung LingasGayo.co menyambangi rumah rekan tersebut. Sesampai disana denung berukuran besar terlihat. Kurang lebih beratnya mencapai 10 Kg. Dia pun berinisiatif menjual hasil tangkapannya seharga 1,5 juta Rupiah.
Melihat denung berukan besar itu, LintasGayo.co terakhir melihat seukuran itu sekira 5 tahun lalu. Akhirnya denung milik sang rekan dibeli oleh seorang pengusaha di Takengon.
Sang pengusaha itu mengaku, bahwa denung merupakan menu favorit di keluarganya. Selain rasa daging yang gurih dan memiliki protein tinggi. Denung juga disinyalir mampu meningkatkan kecerdasan anaknya yang tengah memasuki usia perkembangan.
Harga yang cukup tinggi dihargai satu ekor denung, membuat sebagian masyarakat di Gayo memburunya dengan cara yang salah. Banyak yang menangkapnya dengan cara menyetrum menggunakan aliran listrik, yang sangat mengganggu populasi anakan dari ikan tersebut.
Hal itu juga membuat populasi ikan ini semakin sedikit. Sedangkan seorang rekan lain yang ahli di bidang perikanan mengatakan, bahwa, ikan ini memiliki siklus perkembangbiakan yang berbeda dari ikan lain dan prosesnya berlangsung lama.
Hal itu juga yang membuat ikan ini semakin langka. Mari kita lestarikan potensi alam Gayo dengan cara menjaga keseimbangan lingkungan. Walaupu harus menangkap ikan disungai dan lainnya, jangan lah menggunakan aliran listrik. Pergunakanlah cara-cara tradisional sebagai upaya menyelamatkan kelangsungan sumber daya alam di Gayo.
(Darmawan Masri)