Ceritaku
kemarin; ada tinta yang mengeras dalam jantung,
sedang di sekitar bertabur cerita sewarna madu.
Kini tiba ia retak, tapi jadi sebilah pisau yang menghunus pualam rindu
ah, kerap aku berkabar tentang bara penaku di sebuah rumah sederhana
rumah yang kerap merangkul realita juga sebentuk fiksi belaka.
rumah sederhana itu berkunci bangga, berjendela cita-cita,
meski badai kerap seketika menyerak untuk buat goyah.
namun ranum debar semangat,
laju kata-kata, mengiringinya sebagai pondasi di tikungan air mata.
Fb, jumat,7 Juni 2013
Zuliana Ibrahim. Penyair muda asal kota dingin ini, lahir di Takengon, 13 Juli 1990. Alumni SMA Negeri 1 Takengon, alumnus FKIP Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU). Dalam menapakan kakinya di dunia sastra, penyair wanita Gayo ini, kerab mengisi ruang sastra berupa puisi dan cerpen di beberapa harian diantaranya harian Medan Bisnis, Analisa, Mimbar Umum, Serambi Indonesia, Sinar Harapan, Majalah teropong UMSU dan Majalah LPM Dinamika IAIN. Selain itu, juga terangkum dalam beberapa sejumlah buku antologi.