Mengenal Kecerdasan Anak

oleh

(Upaya Peningkatan Kemampuan Berbahasa Gayo Bagi Anak)

Oleh: Hasan Basri, S.Ag*

Setiap anak yang dilahirkan “dibekali” oleh Tuhan dengan kecerdasan atau intellegensi. Pembekalan manusia dengan kecerdasan (Intelligence) merupakan wujud dari kasih sayang Tuhan terhadap manusia, kecerdasan atau intellegensi tersebut sangat beragam. Psikolog perkembangan menyebutnya dengan kecerdasan majemuk (Multiple intelligence). Agar kecerdasan atau intellegensi berkembang sesuai dengan tahapan perkembangan usia sianak dan tidak mati serta hilang, maka stimulasi dan rangsangan yang epektif serta relevan sangat dibutuhkan. Orang tua sebagai orang paling awal melakukan interaksi dan komunikasi secara intens dan langsung dengan seorang anak “diharuskan” untuk mengenal dan mengetahui ragam kecerdasan atau intellegensi tersebut.

Pengenalan dan pengetahuan orang tua terhadap kecerdasan anaknya, menjadi bekal bagi orangtua untuk memberikan stimulasi serta rangsangan yang efektif dan relevan atas seluruh kecerdasan yang telah dimiliki anak. Ketidak tahuan orangtua terhadap ragam kecerdasan tersebut terkadang menjadi faktor ketidak efektifan stimulasi serta rangsangann yang diberikan, sehingga intellegensi yang dimiliki anak sering tidak berkembang.

Kajian psikologi menjelaskan bahwa, Multiple Intellegensi (Kecerdasan Majemuk) merupakan sebuah teori yang digagas oleh Dr. Howard Gardner dan rekan-rekannya di Harvard University. Gardner mendefenisikan kecerdasan dengan kemampuan untuk memecahkan masalah dan menciptakan produk yang bernilai budaya. Multiple Intellegence (kecerdasan majemuk) sebagaimana di gagas oleh Dr, Howard Gardner meliputi:

  1. Kecerdasan Verbal atau Lingguistik: Kemampuan menggunakan kata-kata secara efektif. Dalam kehidupan sehari-hari, kecerdasan verbal bermanfaat untuk berbicara, mendengarkan, membaca dan menulis.
  2. Kecerdasan Logis-Matematis (logical): kecerdasan logical melibatkan keterampilan mengolah angka dan/atau kemahiran menggunakan logika atau akal sehat.
  3. Keceradasan Visual atau Spasial: Kecerdasan ini melibatkan kemampuan untuk memvisualisasikan ganbar di dalam kepala seseorang.
  4. Kecerdasan Kinestetik-Jasmani: merupakan kecerdasan seluruh tubuh.
  5. Kecerdasan Musikal: Kecerdasan yang melibatkan kemampuan menyanyikan sebuah lagu, mengingat melodi music, mempunyai kepekaan akan irama atau sekedar enikmati music.
  6. Kecerdasan Interpersonal: Kecerdasan yang melibatkan kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain, mulai kemampuan berempati pada orang lain sampai kemampuan memanipulasi sekelompok besar orang menuju suatu tujuan bersama.
  7. Kecerdasan Intrapersonal: Kecerdasan memahami diri sendiri  dan kecerdasan mengetahui siapa diri kita sendiri.
  8. Kecerdasan Naturalis: Kecerdasan yang melibatkan kemampuan mengenali bentuk-bentuk alam di sekitar kita. (Ariany Syurfah: Multiple Intellegensi For Islamic Teaching, 2009).

Kecerdasan verbal atau kecerdasan lingguistik (kecerdasan bahasa) merupakan kemampuan yang telah dimiliki oleh setiap anak untuk menggunakan kata-kata secara efektif. Kecerdasan verbal ini menyebabkan anak memiliki kemampuan untuk “merekam” kata-kata yang didengarnya, hal ini tentu harus diiringi dengan upaya dari orangtua untuk memperkenalkan kosa kata bahasa gayo yang dinilai “sangat kaya” akan perbendaharaan kata-kata. Kemampuan mengungkap dan menuturkan kata-kata tentu akan membantu anak merangkai kata menjadi sebuah kalimat. Pengungkapan dan penuturan dengan rangkaian kalimat yang efektif dan relevan adalah prasyarat bagi anak  untuk mampu melakukan komunikasi dan interaksi sebaliknya ketidak mampuan seorang anak dalam berbahasa dengan benar akan menjadi “kendala” bagi dirinya ketika melakukan komunikasi dan interaksi dengan orang lain (orangtua, teman, dan lingkungannya).

Agar kecerdasan verbal anak etnis gayo berkembang dengan benar sesuai dengan tahapan perkembangannya, maka stimulasi dan rangsangan dari orangtua serta lingkungan yang mendukung untuk perkembangan anak untuk mengenal bahasa gayo dan mampu menuturkannya dengan benar adalah suatu keniscayaan. Stimulasi dan rangsangan dapat dilakukan dengan beberapa langkah, diantaranya:

  1. Memperdengarkan kosa kata bahasa gayo kepada anak sejak dini, upaya dari orangtua untuk memperkenalkan kosa kata bahasa gayo dapat dimulai dengan memperkenalkan setiap nama-nama benda yang terdapat di dalam  rumah serta lingkungan sekitarnya. Memperkenalkan lingkungan terhadap anak dapat dilakukan dengan mengajaknya “berwisata”. Kegiatan wisata yang dilakukan oleh orangtua disamping dapat memenuhi kebutuhan bermain anak, juga dapat dijadikan kesempatan untuk memperkenalkan lingkungan dengan menggunakan bahasa gayo.
  2. Mengajak anak untuk berkomunikasi dengan menggunakan bahasa gayo. upaya orangtua untuk berkomunikasi dengan menggunakan bahasa gayo akan menjadikan anak “akrab” dengan kosa kata yang sering didengarnya.
  3. Mendongeng atau bercerita. Masyarakat barat yang dianggap telah maju dalam bidang sains dan teknologipun, masih meyakini bahwa mendongeng atau bercerita dapat meningkatkan kecerdasan anak (Agoes Dariyo: Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama, 2007). Dalam tradisi gayo “kekeberen” (Kegiatan mendongeng atau bercerita oleh orang yang lebih tua terhadap anak-anak yang dilakukan menjelang tidur), dapat dijadikan sebagai kegiatan pembelajaran bahasa. Berkekeberen sebagaimana sering dilakukan oleh orangtua kita dahulu, merupakan metode yang dianggap efektif dalam pengenalan kosa kata bahasa gayo terhadap anak-anak.
  4. Perlombaan. Aneka perlombaan (lomba sya’er gayo, lomba bahasa gayo, lomba didong, lomba kekeberen) terutama tingkat anak-anak dapat dilakukan, agar anak semakin gemar mempelajari dan mencintai bahasa gayo sebagai ibu mereka.
  5. Adanya regulasi yang relevan dan responsive serta aspiratif terhadap upaya peningkatan dan pengembangan bahasa gayo, hususnya di daerah “kelahiran” bahasa gayo.

Metode dan strategi orangtua memperkenalkan kosa kata, mengajak anak berkomunikasi, berkekeberen merupakan upaya “internalisasi” bahasa gayo kepada  anak-anak sejak dini, ini dipastikan akan membuahkan hasil yang maksimal. Upaya “internalisasi” bahasa gayo melalui pengenalan kata-kata terhadap anak-anak di lingkungan keluarga akan lebih efektif bila diiringi dengan contoh konkrit tentang penuturan bahasa gayo yang benar dan tepat dari orangtua dan lingkungan mereka, karena ketidak tahuan orangtua terhadap “sebagian kosa kata” bahasa gayo akan menjadi kendala bagi upaya pengenalan dan peningkatan kemampuan berbahasa dengan benar bagi anak. Lingkungan yang tidak “kondusif” bagi penuturan bahasa gayo di kalangan anak-anak, justru akan menghambat perkembangan kecerdasan verbal (bahasa) anak etnis gayo serta menjadi faktor penyebab “hilangnya” kosa kata  bahasa gayo sehingga tidak terdengar lagi dalam penuturan.

Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak adalah hubungan keluarga. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi upaya pelestarian ini, keluarga yang “sepi” dan “terasing” dari penuturan bahasa gayo. Interaksi serta komunikasi yang intensif antara anak dengan keluarga dimaknai sebagai proses pengalaman berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan keluarga, terutama dengan orangtua yang mengajar, melatih dan memberikan contoh berbahasa kepada anak. Hubungan yang sehat antara orangtua dengan anak akan memfasilitasi perkembangan bahasa anak, sedangkan hubungan yang tidak sehat mengakibatkan anak mengalami kesulitan atau kelambatan dalam perkembangan bahasanya” (Syamsu Yusuf. LN: Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, 2010)

Peningkatan kemampuan penuturan bahasa gayo bagi anak-anak, terutama yang lahir dari orangtua yang berlatar belakang etnis gayo, merupakan suatu upaya preventif (pencegahan) terhadap fenomena berkurangnya penuturan bahasa gayo di kalangan masyarakat, hususnya masyarakat gayo, baik di lingkungan anak-anak, remaja yang berdomisili di daerah gayo, maupun di luar daerah gayo.

Berkurangnya penuturan dan pengungkapan bahasa gayo dikhawatirkan menjadi salah satu penyebab punahnya bahasa gayo dari daerah gayo ini. Untuk menghindari terjadinya kepunahan bahasa gayo ini, maka intensitas penuturannya terutama antara sesama etnis gayo harus ditingkatkan. Upaya pelestarian bahasa gayo sebagai bahasa ibu bagi etnis gayo di kawasan yang dihuni oleh mayoritas etnis gayo tentu harus direncanakan secara sistematis, serta didukung oleh seluruh komponen masyarakat gayo. (Wallahu a’lamu bi shawab)

*Penulis adalah kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Celala Kabupaten Aceh Tengah.

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.