Arif Rahman Hakim, Suluh untuk Lilin Redup

oleh

Catatan : Zuhra Ruhmi*

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Maka wajar setiap orang menginginkan pendidikan terbaik untuk generasinya. Sekolah dengan basis Islam Terpadu (IT) menjadi pembicaraan yang santer di kalangan masyarakat Aceh Tengah akhir-akhir ini, dengan pola pembelajaran yang “agak” beda dengan sekolah negeri. Namun, tak semua masyarakat bisa merasakan karena biaya yang juga berbeda.

Fakta menarik pada pentas PAI di Kecamatan Bebesen yang menjadi basis sekolah IT di Aceh Tengah. Salah seorang guru dari sekolah negeri mengeluhkan ketika siswanya harus bersaing dan bertanding dengan sekolah IT kepada panitia.

“Bu, baiknya dipisah saja cerdas cermat sekolah negeri dengan IT. Siswa mereka pintar-pintar,” kata salah seorang guru kepada panitia yang tak ingin disebut namanya.

Namun, tanpa dasar yang jelas dan tetap memegang azas kesetaraan maka tak ada alasan panitia harus memisahkan cerdas cermat antara sekolah negeri dengan IT.

Lain di kecamatan Bebesen, lain pula Pentas PAI di Kecamatan Kebayakan. Salah satu peserta cerdas cermat yang berasal dari sekolah dasar di pinggiran Kampung Timangan Gading, tepatnya Dusun Rebe Gedung, SD 6 Kebayakan, maju dengan optimis ke ajang Pentas PAI.

Keberhasilannya meraih juara 1 di Kecamatan membuat mereka maju melenggang ke Kabupaten. Sekolah dengan siswa hanya puluhan juga dengan fasilitas yang juga terbatas.

Keberbedaan sekolah IT dengan sistem pembelajaran yang berbeda tidak menyurutkan langkah siswa dengan sekolah yang hampir tutup ini untuk terus berjuang meraih juara.

Namun, tak ada juara yang datang seketika. Pasti ada pelopor dan motivator.

Adalah Pak Arief Rahman Hakim yang baru beberapa bulan bertugas sebagai guru di sekolah tertua di Kecamatan Bebesen ini hadir membawa semangat baru bagi lilin yang redup.

Memiliki misi jika orang memandang sebelah mata maka kita harus membuka kedua mata ini menjadikannya berjuang dan berhasil membina tiga siswanya melaju mendapatkan juara satu pada Pentas PAI Kabupaten Aceh Tengah.

Apa yang dilakukan oleh anak pertama dari Fathan Muhammad Taufiq dan Ikawati Dewi ini?

Meyakini Man Jadda wa Jadda, siapa yang bersungguh-sungguh akan mendapat. Maka ia berusaha bersungguh-sungguh mendidik siswanya untuk mencapai target terbaik. Juga memacu diri untuk terus dan tetap bersungguh-sungguh membina.

Teringat apa yang dikatakan Pimpinan koperasi Wisata Alam Gayo, Khalisuddin. Mengeluarkan energi lebih dari orang lain, juga akan menghasilkan hasil yang lebih.

Ini yang sedang dilakukan oleh alumni Pesantren Nurul Islam Blang Rakal ini. Berbuat lebih sehingga menghasilkan hasil yang tak diduga, bersekolah dipinggiran, jumlah siswa terbatas dan sekolah yang hampir tutup membuat dunia pendidikan di Aceh Tengah berdecak kagum.

Kita jadi berandai-andai, jika semua pendidik melakukan hal yang sama maka tidak akan ada lagi guru sekolah negeri mengeluh bersaing dengan sekolah IT. Ketika tampilan, mutu dan visi sekolah kita juga “berbeda” dari orang lain.

Dari Pak Arif kita akhirnya bisa berharap, semoga akan hadir gelombang besar perubahan bagi dunia pendidikan di Aceh Tengah.

*Penulis merupakan pemerhati pendidikan

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.