Sajak ku
kutulis sajaknya dengan tinta air mata
meski tak mampu di baca
namun kurasa kita mampu menafsirkannya
tinta-tinta emas
sebagai torehan kerja keras
hilang seketika karena kertasnya terhempas badai
terbang sangat jauh
tinta-tinta emas
harus terus ditoreh meski tanpa kertas
kita masih bisa menulisnya di daun kayu dan diatas batu
mungkin dengan begitu
keemasan tintanya kan tetap abadi.
tetap merindu torehan tinta emas
dinding fb,7 Jun ‘03
Zuhra Ruhmi binti Zain, seorang mahasiswa IAIN Rr-Raniry, Banda Aceh kelahiran Takengon, 27 September 1991. Mulai aktif menulis di “sekolah menulis” Lintas Gayo. Banyak karya, berupa berita, features yang telah menghiasi media online tersebut. Kini dia mulai menjajakan kebolehan dalam dunia sastra, berupa puisi, meski selama ini masih menghiasi laman di facebooknya. Ingin kenal lebih dekat dengan guru privat ini, bisa bertegur sapada di zruhmi@yahoo.co.id.