Oleh: Rachmat Jayadikarta, SE (Pemerhati Ekonomi Tinggal di Aceh Tengah)
Kabupaten Aceh Tengah merupakan salah satu daerah strategis di dataran tinggi Gayo dengan potensi ekonomi yang beragam, mulai dari sektor pertanian, pariwisata, hingga usaha kecil menengah.
Dalam konteks pembangunan ekonomi daerah, kebijakan ekonomi yang diterapkan pemerintah daerah menjadi faktor penting untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan daya saing, serta memperkuat kemandirian ekonomi berbasis potensi lokal.
Tulisan ini mencoba menelaah arah dan efektivitas kebijakan ekonomi di Kabupaten Aceh Tengah melalui beberapa parameter ekonomi utama, yaitu:
- Pertumbuhan ekonomi daerah
- Struktur ekonomi dan sektor unggulan
- Investasi dan iklim usaha
- Kebijakan fiskal dan belanja publik
- Ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat
- Ketahanan ekonomi lokal
Pertumbuhan ekonomi Aceh Tengah dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan tren yang relatif stabil, meskipun masih terpengaruh oleh fluktuasi harga komoditas utama seperti kopi Gayo.
Sektor pertanian masih menjadi penyumbang terbesar terhadap PDRB, namun tingkat pertumbuhannya cenderung moderat akibat produktivitas lahan yang stagnan dan keterbatasan teknologi pertanian.
Kebijakan daerah perlu diarahkan pada diversifikasi ekonomi agar tidak terlalu bergantung pada sektor primer, serta memperkuat rantai nilai produk pertanian melalui pengolahan dan inovasi berbasis industri kreatif lokal.
Struktur ekonomi Kabupaten Aceh Tengah masih didominasi oleh sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, diikuti oleh perdagangan, konstruksi, dan jasa pemerintahan.
Keunggulan geografis dan iklim sejuk menjadikan wilayah ini ideal bagi pengembangan komoditas unggulan kopi arabika Gayo yang telah dikenal secara internasional.
Namun, untuk memperkuat struktur ekonomi, pemerintah daerah perlu mengembangkan sektor sekunder (industri pengolahan hasil pertanian) dan sektor tersier (pariwisata dan jasa), yang dapat menciptakan nilai tambah dan lapangan kerja baru.
Kebijakan investasi di Aceh Tengah masih menghadapi beberapa tantangan, antara lain keterbatasan infrastruktur, proses perizinan yang belum sepenuhnya efisien, serta rendahnya promosi potensi daerah.
Upaya yang perlu diperkuat meliputi:
- Penguatan layanan terpadu satu pintu (PTSP),
- Pemberian insentif pajak dan retribusi bagi investor lokal,
- serta pengembangan zona ekonomi produktif berbasis pertanian dan pariwisata.
Peningkatan kemudahan berusaha akan mendorong tumbuhnya UMKM dan menarik investasi swasta yang dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Kebijakan fiskal daerah berperan penting dalam menjaga stabilitas ekonomi dan pemerataan pembangunan. Dalam konteks Aceh Tengah, belanja publik masih didominasi oleh belanja rutin dan pegawai, sementara porsi untuk belanja modal dan pemberdayaan ekonomi masyarakat masih terbatas.
Diperlukan reorientasi kebijakan anggaran agar lebih pro terhadap sektor produktif, misalnya dengan memperbesar alokasi untuk infrastruktur ekonomi, pelatihan tenaga kerja, dan pemberdayaan UMKM.
Penguatan kapasitas fiskal daerah melalui optimalisasi PAD (Pendapatan Asli Daerah) juga menjadi prioritas untuk mengurangi ketergantungan terhadap transfer dari pusat.
Sebagian besar tenaga kerja di Aceh Tengah bekerja di sektor informal dan pertanian tradisional. Tingkat pengangguran relatif rendah, namun produktivitas tenaga kerja masih perlu ditingkatkan.
Kebijakan ekonomi daerah perlu fokus pada:
- Pelatihan vokasional berbasis potensi lokal
- Penguatan koperasi dan lembaga ekonomi masyarakat,
- serta dukungan terhadap ekonomi kreatif generasi muda.
Peningkatan kualitas SDM menjadi kunci agar tenaga kerja lokal mampu bersaing dan berinovasi.
Pandemi COVID-19 telah mengajarkan pentingnya membangun ekonomi yang tangguh dan berdaya tahan. Aceh Tengah perlu memperkuat sistem ketahanan ekonomi berbasis komunitas, misalnya melalui:
- Pengembangan rantai pasok lokal yang efisien,
- Ketahanan pangan berbasis desa,
- serta digitalisasi ekonomi untuk memperluas akses pasar.
Dengan memadukan kebijakan ekonomi makro dan mikro secara berimbang, Aceh Tengah berpotensi menjadi model daerah pegunungan yang berdaya saing tinggi dan berkelanjutan.
Kebijakan ekonomi di Kabupaten Aceh Tengah ke depan perlu diarahkan pada pembangunan ekonomi yang inklusif, berkelanjutan, dan berbasis potensi lokal.
Kolaborasi antara pemerintah daerah, pelaku usaha, akademisi, dan masyarakat menjadi kunci utama untuk menciptakan transformasi ekonomi yang adil dan berdaya tahan.
Dengan pengelolaan yang baik, Aceh Tengah tidak hanya akan dikenal sebagai daerah penghasil kopi Gayo, tetapi juga sebagai pusat ekonomi hijau dan inovatif di dataran tinggi Sumatra. []