Oleh : Hammaddin Aman Fatih*
Pariwisata bukan sekadar soal kunjungan dan ekonomi. Ia adalah wajah sebuah kota, interaksi budaya, dan cerminan keseimbangan antara manusia dengan alamnya.
Dalam beberapa dekade terakhir, geliat pariwisata di berbagai daerah tempat wisata di sekitar kota Takengon dan danau Laut Tawar tumbuh pesat.
Namun, pertanyaan penting yang perlu kita ajukan hari ini adalah: apakah pertumbuhan ini berkelanjutan?
Berkelanjutan berarti lebih dari sekadar “ramah lingkungan”. Ia mencakup keberlanjutan sosial, ekonomi, dan budaya.
Sayangnya, banyak destinasi wisata saat ini justru mengalami tekanan luar biasa, baik terhadap lingkungan, sosial masyarakat lokal, maupun warisan budaya yang mulai terkikis.
Lihat saja bagaimana kawasan-kawasan wisata populer di seputaran kota Takengon dan pinggiran danau Laut tawar mengalami kemacetan, polusi, bahkan konflik sosial karena ketimpangan manfaat ekonomi.
Seringkali, warga lokal hanya menjadi penonton di tanahnya sendiri. Sementara investor besar menguasai lahan dan keuntungan, masyarakat sekitar hanya menerima limpahan pekerjaan informal dan dampak sosial.
Menata masa depan pariwisata di seputaran kota Takengon dan danau Laut Tawar berarti membalik logika industri inI, dari sekadar mendatangkan wisatawan, menjadi alat untuk menciptakan keadilan dan kesejahteraan bersama.
Pemerintah kabupaten Aceh Tengah harus mengadopsi prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan. Misalnya, menetapkan batas daya dukung kawasan wisata, mendukung Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) lokal untuk naik kelas, serta menyiapkan regulasi yang adil bagi semua pelaku.
Edukasi wisatawan juga penting agar mereka datang bukan hanya untuk “menikmati”, tapi juga menghargai dan merawat.
Lebih dari itu, pendekatan pembangunan harus harus bottom-up. Warga lokal mesti diajak bicara sejak awal, bukan setelah semuanya diputuskan.
Karena mereka bukan hanya penghuni, tapi penjaga dan pewaris dari nilai-nilai yang menjadi daya tarik wisata itu sendiri.
Pariwisata bisa menjadi kekuatan besar untuk perubahan, jika dikelola dengan bijak.
Masa depan sektor ini bukan tentang membangun lebih banyak hotel atau memperbanyak jumlah tempat wisata, mempercantik tatanan kota, tetapi tentang memastikan bahwa setiap langkah yang diambil hari ini tidak mengorbankan hak generasi mendatang.
Pariwisata yang baik bukan hanya membuat wisatawan senang, tapi juga membuat warga lokal merasa dihargai dan sejahtera.
Pariwisata yang ideal harus memberikan manfaat yang seimbang antara wisatawan dan masyarakat lokal.
Tidak cukup hanya menyediakan pengalaman menyenangkan bagi pengunjung; penting juga memastikan bahwa warga setempat merasakan dampak positif, baik secara ekonomi, sosial, maupun budaya.
Misalnya, pariwisata yang memberdayakan warga lokal melalui lapangan kerja, pelestarian budaya, dan perlindungan lingkungan akan menciptakan hubungan yang harmonis antara tamu dan tuan rumah.
Sebaliknya, pariwisata yang eksploitatif hanya akan menimbulkan konflik, ketimpangan, dan kerusakan jangka panjang.
Dengan demikian, keberlanjutan pariwisata bergantung pada keterlibatan aktif dan kesejahteraan masyarakat lokal sebagai pilar utama.
Penulis setuju sekali dengan pernyataan itu. Pariwisata yang baik seharusnya bersifat dua arah: bukan cuma memanjakan wisatawan, tapi juga memberdayakan dan membanggakan warga lokal.
Kalau cuma fokus bikin wisatawan senang, bisa-bisa lingkungan rusak, budaya lokal terkikis, dan masyarakat sekitar justru gak merasakan manfaat apa-apa.
Pariwisata yang ideal itu adalah menghormati budaya lokal. Wisatawan diajak untuk belajar, bukan sekadar “menikmati” budaya sebagai tontonan.
Mendukung ekonomi warga lewat Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), pemandu lokal, homestay, dan produk-produk asli daerah.
Menjaga lingkungan sekitar objek wisata. Pariwisata berkelanjutan yang tidak merusak alam demi spot Instagramable, yaitu istilah yang merujuk pada suatu tempat yang memiliki daya tarik visual yang tinggi, sehingga menarik untuk difoto dan diunggah ke platform media sosial Instagram.
Tempat-tempat tersebut biasanya memiliki desain yang menarik, dekorasi yang unik, atau pemandangan yang indah, sehingga dapat menghasilkan foto-foto yang estetik dan menarik perhatian pengguna Instagram, seperti, objek wisata Panta Terong, Bur Gayo, Oregon dan lain sebagainya
Meningkatkan rasa bangga. Ketika budaya, tradisi, dan alam daerah diapresiasi dengan benar, warga jadi bangga akan identitas mereka.
Kalau warga lokal bangga, mereka akan lebih semangat menjaga dan mengembangkan daerahnya. Dan itu justru bikin pengalaman wisata makin otentik dan berkesan buat semua.
Pariwisata berkelanjutan sangat penting bagi masyarakat karena memberikan manfaat jangka panjang secara ekonomi, sosial, dan lingkungan. Berikut beberapa alasan mengapa hal ini penting ;
Pertama meningkatkan ekonomi lokal ; pariwisata berkelanjutan mendorong penggunaan produk lokal, mempekerjakan warga sekitar, dan mendukung UMKM, sehingga pendapatan masyarakat meningkat dan ketergantungan pada sumber luar berkurang.
Kedua, bisa melestarikan budaya dan kearifan lokal. Dengan fokus pada keberlanjutan, budaya lokal tidak dieksploitasi, melainkan dijaga dan dipromosikan secara autentik, meningkatkan rasa bangga dan identitas masyarakat setempat.
Ketiga, melindungi lingkungan. pariwisata berkelanjutan mendorong praktik ramah lingkungan, seperti pengelolaan sampah yang baik, konservasi alam, dan pengurangan jejak karbon, yang semuanya penting untuk kesehatan ekosistem tempat tinggal masyarakat.
Keempat, dapat meningkatkan kualitas hidup. Infrastruktur dan fasilitas umum (seperti jalan, air bersih, dan layanan kesehatan) seringkali diperbaiki atau dibangun untuk mendukung sektor pariwisata, dan ini juga dinikmati oleh masyarakat sekitar.
Kelima, bisa membangun ketahanan sosial dan ekonom. Dengan pendekatan berkelanjutan, masyarakat diajak terlibat aktif dalam perencanaan dan pengambilan keputusan, sehingga mereka memiliki kontrol terhadap dampak pariwisata dan bisa lebih siap menghadapi perubahan ekonomi global.
Penutup
Sebuah kabar yang sangat menjanjikan yaitu “revitalisasi danau Lut Tawar” yang kabarnya masuk jadi salah satu proyek di Aceh setelah termuat dalam Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2025 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2025-2029.
Dengan ada revitalisasi ini sangat berdampak positif keberadaan danau Lut Tawar ini kedepannya karena ada proses usaha menghidupkan kembali atau memperbarui sesuatu yang sebelumnya kurang terberdaya atau telah mengalami penurunan
Semoga hal tersebut bukan hanya sekedar mimpi indah tapi bisa menjadi sebuah kenyataan, minimal bahwa keberadaan danau Laut Tawar di pedalaman Aceh tanah Gayo itu telah mulai diperhatikan pemerintahan pusat dan ada peluang emas harapan dunia pariwisata sangat menjanjikan di masa yang akan datang. Amin.
*Antropolog dan pemerhati masalah sosial yang berdomisili di seputaran kota Takengon.