Ironi Budaya di Hari Pendidikan; Pidato Pelestarian Gayo, Tapi Simbolnya Tak Gayo

oleh
Bulang yang Dipakai Haili Yoga Mirip Mitre Keuskupan Katolik (Ist)

Oleh : Zulfikar Ahmad Aman Dio*

Dalam peringatan Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2025, Bupati Aceh Tengah, Haili Yoga, berdiri di atas mimbar Lapangan Setdakab dengan suara lantang menyerukan pentingnya pelestarian budaya Gayo.

Kutipan pernyataannya dilansir beberapa media berbunyi, “Baju kerawang Gayo dan bahasa Gayo adalah jati diri kita.”

Namun, di balik kata-kata yang menggema, terselip ironi yang mencolok: simbol yang ia kenakan di kepala tidak mencerminkan jati diri yang sama.

Alih-alih mengenakan penutup kepala tradisional Gayo, Haili Yoga terlihat memakai topi bergaya mitre — sebuah bentuk penutup kepala meruncing yang lebih dikenal sebagai atribut keuskupan Katolik.

Bagi publik yang awam, mungkin tak ada yang aneh. Namun bagi para pegiat budaya dan sejarawan, pemandangan itu mengusik nurani.

Tidak ada literatur adat Gayo yang menyebutkan adanya penutup kepala menyerupai mitre.

A. Sy. Coubat dalam Adat Perkawinan Gayo (1984) menyebutkan bahwa dalam upacara resmi, penutup kepala adat yang digunakan adalah Bulang Pengkah, Bulang Kul, atau Bulang Cengkarom.

Senada dengan itu, Kamus Budaya Gayo karya Dr. Rajab Bahry (Kemendikbud, 2018) menegaskan bahwa simbol kepala bagi pemimpin—termasuk Bupati, Gubernur, hingga Presiden—dalam konteks budaya Gayo adalah Bulang Pengkah.

Cuplikan Kamus Budaya Gayo, halaman 12 tentang bulang. (Dok LGco)

Lebih dalam lagi, penutup kepala dalam budaya Gayo terbagi menjadi tiga kategori utama: Bulang, Jĕmbòlang, dan Kepiah.

Bulang, menurut Hazeu (1907), adalah penutup kepala dari kain yang memiliki beragam jenis: Bulang Batik, Bulang Bèdang, Bulang Kaul, Bulang Kriel, Bulang Sòkòm, Bulang Cěkala, hingga Bulang Cěkaróm—masing-masing memiliki fungsi dan filosofi tersendiri.

Jĕmbòlang, adalah kain besar yang dililitkan berulang-ulang di kepala, lazim digunakan dalam konteks perang atau kerja keras di bawah matahari.

Penutup Kepala Khas Gayo. (Dok. Zulfikar Ahmad)

Lalu ada Kepiah—penutup kepala kecil dari bahan seperti rotan, serat ijuk, hingga logam. Beberapa jenis kepiah, seperti Kepiah Kebet atau Kepiah Těmbege, dirajut dari benang tembaga.

Yang menarik, kombinasi antara Jĕmbòlang dan Kepiah Kebet dikenal sebagai Kepiah Bersomol, penanda bahwa pemakainya siap untuk menghadapi perang—baik harfiah maupun simbolik.

Para pria Gayo dengan Kepiah bersomol, sap terjun kemedan perang, Sumber: Koleksi Tropen Musuem

Dalam semua kategori itu, tak satu pun mencatat bentuk mitre seperti yang dikenakan Haili Yoga saat memberi pidato tentang pelestarian budaya.

Bandingkan dengan kepala daerah lain di wilayah Gayo. Bupati Aceh Timur, misalnya—yang wilayahnya mayoritas bukan etnis Gayo—tetap menunjukkan respek dengan mengenakan Bulang Pengkah saat kunjungan kerja ke Lokop-Serbejadi.

Bupati Aceh Timur, Iskandar Usman Al-Farlaku memakai penutup kepala khas Gayo saat kunjungan ke Lokop Serbejadi. (Ist)

Sementara Bupati dan Wakil Bupati Gayo Lues hampir selalu mengenakan bulang atau jĕmbòlang dalam acara resmi.

Wakil Bupati Gayo Lues dalam upacara peringatan Hardiknas 2025 (ist)

Aspek lain yang tidak kalah penting adalah soal warna. Secara tradisional, pakaian Gayo hanya mengenal empat warna utama: putih, hitam, biru tua (dongker), dan merah.

Putih berasal dari kapas dan diolah dengan weih oros (air tajin), hitam dari daun/buah regen, biru dari tanaman tuski dan jepal.

Untuk warna merah di ”impor” dari Alas, masyarakat Alas memiliki teknologi yang lebih maju pada saat itu, untuk membuat benang/kain berwarna merah Orang Alas memanfaatkan akar bengkuang.

Tak ada ruang bagi warna-warna mencolok atau mewah yang tidak memiliki akar dalam sejarah tekstil Gayo.

Peringatan Hardiknas 2025 di Kabupaten Aceh Tenggara. (Ist)

Melalui pidatonya, Haili Yoga mengajak masyarakat untuk menjaga warisan leluhur. Namun simbol yang ia kenakan justru menunjukkan sebaliknya.

Dalam simbol, budaya hidup; dalam simbol pula, jati diri diuji. Maka, wajar muncul pertanyaan: Fahamkah Haili Yoga tentang budaya Gayo?

*Peneliti Sejarah dan Budaya Gayo

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.