Aturan Resi Gudang Bisa Disederhanakan, Pelaku Kopi : Asal Ada Intervensi Pemerintah!

oleh

TAKENGON-LintasGAYO.co : Pelaku usaha kopi Gayo, Armiadi mengatakan dalam kondisi darurat seperti saat ini, aturan menitipkan kopi ke Sistem Resi Gudang harusnya bisa disederhanakan.

Hal itu mengingat, saat kondisi darurat, aturan yang berlaku disaat normal tergolong ribet dan kurang cepat.

“Sebagai contoh, tidak usah membentuk kelompok, petani bisa menitipkan kopinya secara pribadi. Begitu juga tes kualitas, itu bisa dilakukan di Talengon, karena kita sudah punya sistem lab yang standar,” kata Armiadi, Jum’at 10 April 2020.

Begitu juga dengan asuransi, dalam kondisi darurat harusnya juga bisa dihapuskan. Sehingga memudahkan petani dalam memproses barangnya ke Resi Gudang.

“Saya kira dalam kondisi darurat bisa saja terjadi. Hanya saja harus ada intervensi pemerintah. Ini menjadi penting dilakukan,” tegasnya.

“Sebagai contoh kegiatan fisik, saat ini kan sudah banyak dialihkan dananya untuk penanganan Covid-19, kok perdagangan tidak bisa,” tambahnya.

Harusnya, kata Armiadi, hal sedemikian menjadi yang diutamakan, karena tidak mungkin Pemerintah rugi. Barangnya (kopinya) ada, nanti setelah normal kopinya dikembalikan ke petani.

“Dan uang yang sudah diberi sebesar 70 persen dari harga, dikembalikan lagi ke Resi Gudang. Petani ambil barangnya lagi, untuk kemudian dijual dengan harga normal,” kata Armiadi.

Terkait bunga 6 persen, Armiadi juga mengatakan bisa juga dihapuskan dengan adanya intervensi pemerintah.

“Seperti yang saya sampaikan tadi, dalam kondisi darurat, intervensi pemerintah harus hadir. Sehingga masyarakat bisa terbantu ekonominya,” ungkap Armiadi.

Kepada petani, Armiadi berpesan agar memproses kopinya dengan kualitas yang benar. Jika ingin menitipkan ke resi gudang, maka harus diperhatikan kadar air dan trase-nya.

“Karena sistem resi gudang ini kan kita menitipkan barang. Jadi harus safety, barang yang disimpan harus kualitas ekspor. Butuh waktu berbulan-bulan kita simpan kopi di Resi Gudang,” terangnya.

“Untuk sementara banyak negara yang menyetop ekspor. Kita tidak tahu kapan badai ini berakhir. Makanya, jika ingin menyimpan di resi gudang, kualitas harus diperhatikan. Memang untuk awal-awal itu sulit, namun positifnya ke depan kita akan terbiasa, dan setelah badai ini berakhir, kebiasaan itu juga akan tertular,” timpalnya.

Lain itu, Armiadi menambahkan, jika pun nanti masukkan itu disepakati oleh pihak terkait, ia juga meminta tidak semua petani bisa menitipkan kopinya di resi gudang.

“Kita harus pisahkan, mana petani rentan dan mana petani yang sekedar hobi. Maksudnya sekedar hobi, mereka punya penghasilan lain, selain dari kopi. Minsalkan mereka ASN, punya kebun kopi, ya olah saja dulu kopinya dan simpan,” terangnya.

“Berbeda dengan petani rentan, mereka memang menggantungkan hidup dari kopi. Jika klasifikasi ini berjalan dengan baik, maka sistem resi gudang bisa menampung kopi-kopi dari petani rentan. Jika tidak ada pembeda, maka pembiayaannya akan semakin sulit,” tandssnya.

[Darmawan]

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.