Perjuangan Heriyan Tuah Miko, Penyandang Disabilitas dari Bener Meriah

oleh
Heriyan Tuah Miko dan Sikdam Hasyim Gayo

SEJAK kepulangannya ke Gayo Takengon Aceh Tengah Februari 2017 silam, tokoh pejuang hak-hak penyandang disabilitas Sikdam Hasim hampir selalu mengenakan sal Kerawang Gayo dalam berbagai kesempatan di muka publik.

Hingga saat dipercayakan sebagai Master of Ceremony (MC) Countdown atau hitung mundur 1 tahun menjelang Asian Para Games 2018, Jum’at 6 Oktober 2017, Sikdam di akun media sosial Facebook berfoto bersama dengan seorang pemuda yang juga memakai sal Kerawang Gayo.

Ternyata yang bersama Sikdam itu juga putra Gayo penyandang disabilitas, namanya Heriyan Tuah Miko yang juga mendapat kesempatan menghadiri momentum tersebut. Dia pengagum Sikdam yang mampu bangkit dari keterpurukan, bahkan nyaris bunuh diri karena hampir tidak kuat menerima kenyataan tidak bisa lagi melihat paska sebuah kecelakaan di Jakarta.

Sikdam memperkuat tekad Heriyan Tuah Miko untuk melanjutkan hidup dengan segala kekurangannya.

Keinginan remaja berdarah Gayo kelahiran Ramung Kabupaten Bener Meriah, 16 Maret 1998 patut diacungi jempol. Dengan keterbatasannya sebagai penyandang disabilitas dia ingin hidup mandiri tanpa ketergantungan kepada orang lain. Dia memilih menjadi fotografer.

Dan untuk memiliki sebuah kamera DLSR kelas bawah, Heriyan mencicilnya sejak beberapa bulan lalu dan kini hampir lunas.

Sejak kecil, persisnya saat kelas 1 SD, Heriyan sudah tidak tinggal bersama keluarga, putra kelima dari pasangan Rizwan dan Nurhasanah ini tinggal di salah satu asrama yayasan yang berada di Pondok Baru Bener Meriah. Kedua orangtuanya telah berpisah sejak umurnya 3 tahun.

“Setelah saya kelas 5 SD, saya pindah sekolah ke salah satu Sekolah Luar Biasa di Pante Raya sampai saya tamat SMP,” ungkap Heriyan.

Dia kemudian merantau lebih jauh lagi, yakni ke Banda Aceh dan melanjutkan pendidikan selama 3 tahun.

Sejak SMP banyak pengalaman dan prestasi yang dicapainya. Pernah 2 kali mewakili Bener Meriah ikut lomba balap korsi roda tingkat provinsi di Banda Aceh.

Setelah itu mengikuti lomba lari tingkat nasional pada tahun 2013 di ajang Pekan Paralimpiade Pelajar Nasional (Peparpenas) di Jakarta.

“Walaupun saya belum bisa mendapat apa-apa di ajan itu, saya tetap optimis untuk menjadi yang terbaik, dan pernah ikut Selekda di Banda Aceh ikut lomba lari 100, 200 meter dan tolak peluru. Untuk lari 100 meter saya meraih juara 2, untuk 200 meter juara 1 dan tolak peluru juara 2,” ungkap Heriyan.

Tidak hanya di olahraga, dia mendapat pengalaman lomba karya ilmiah pada tahun 2013 dan 2014 tingkat provinsi Aceh. Heriyan meraih juara 2 dan juara 3 di ajang tersebut.

Untuk meraih impian menjadi orang sukses, Heriyan memutuskan kembali merantau ke Jakarta. Keinginan untuk kuliah terpaksa dia urungkan karena keterbatasan ekonomi.

Di Jakarta, Heriyan menekuni dunia fotografi. “Saya ingin menjadi fotografer profesional, walaupun saya mempunyai keterbatasan kaki dan tangan kiri saya, saya di beri kesempatan selama 1 tahun tinggal di Jakarta di yayasan Wisma Cheshire,” kata Heriyan.

Pengalaman tak terlupakan, dia pernah berdialog dengan Melinda French Gates, seorang pebisnis wanita dan filantropis Amerika Serikat yang merupakan istri dari Bill Gates.

“Saya pernah mengikuti kegiatan tentang bagaimana menurunkan angka kehamilan dan kelahiran pada remaja yang diselenggarakan di Yogja bulan Maret 2017 lalu. Saya satu-satunya penyandang disabilitas yang ikut serta. Banyak remaja se-Indonesia berkumpul dan hanya saya dan 9 remaja di Indonesia ini di beri kesempatan berdialog langsung dengan istri Bill Gates tersebut,” ungkap Heriyan.

Tentang perhatian Pemerintah di Aceh termasuk Bener Meriah untuk penyandang disabilitas, dia berharap pemerintah lebih peduli dan membuka kesempatan kerja untuk mereka, dalam tanda kutip bukan peluang honor di pemerintahan yang notabene katanya gerbang menjadi PNS.

“Peluang menjadi PNS seperti menerobos lubang jarum, menurut saya banyak sumber rezeki diciptakan Tuhan untuk manusia. Pemimpin bertugas menciptakan peluang kerja bagi rakyatnya, tidak terkecuali penyandang disabilitas,” ucap Heriyan.

Anak disabilitas umumnya mempunyai bakat dan kemampuan yang sama dengan mereka yang normal. “Saya punya keinginan besar menyuarakan hak-hak kaum disabilitas, dan menjadi orang bisa bermanfaat bagi orang lain, tentunya dengan dukungan semua pihak tidak terkecuali pemerintah,” ujar Heriyan yang nertekad menjadi fotografer profesional ini.

Dia membandingkan di ibu kota Jakarta dan di daerah lain, penyandang disabilitas sudah mulai diperhatikan oleh pemerintah dan masyarakat umum. Diberi pekerjaan dan diberi perhatian khusus dalam menjalani hidup sebagai masyarakat umum. []

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.