Delah Paseh, Ate Suci & Lomes

oleh

(Imgologi Religiustias Mestike Gayo)

JN-Aman Rima

Joni MN

DELAH paseh, Ate suci dan lomes adalah wujud Imagologi religiusitas Mestike Gayo” yang terdapat pada  posisi simbol Peri Mestike  (PM) dalam budaya Gayo. Imagologi ini mengekspresikan tentang derajat kemulian  manusia yang nilainya hanya ditentukan oleh orang itu sendiri melalui cara perealisasian konsep ahlak mulia. Ekspektasi dari imagologi religiusitas yang dikenal dengan term Peri Mestike ini adalah dengan perwujudan ahlak mulia dan dilaksanakan dengan cara tidak  munafik. Artinya, ahlak  mulia diterapkan tidak dengan cara bermain peran dan/ atau bersandiwara alias lomes. Terkait hal ini leluhur orang Gayo mengamanahkan kepada genersinya dengan pesan; delah paseh, ate suci maksudnya jika berinteraksi dan bersosialisasi dengan lingkungan harus ‘memiliki hati yang suci (bersih, ikhlas, dan jujur) dan berbicaralah dengan fasih (jelas tidak kasar dan tidak menyakiti perasaan orang). Ketika kita sudah merealisasikan “delah paseh, ate suci berarti kita sudah memenuhi hak dasar manusia, yakni hak ‘menghargai dan dihargai.

Tidak ada satu manusiapun yang hidup di atas bumi ini yang menginginkan untuk tidak dihargai, semua manusia ingin dihargai (orang tua, anak muda, anak-anak, kakek-kakek, nenek-nenek, orang besar, orang kecil, bahkan orang gila juga ingin dihargai). Menghargai di sini adalah suatu perbuatan yang mulia. Jadi, kemuliaan adalah buah dari  perilaku harga menghargai, hal ini lebih menyangkut pada harga diri manusia itu sendiri. Jadi, ketika penghargaan sudah diberikan kepada orang-orang di sekitar dan yang lain dengan hati yang suci, maka si pemberi penghargaan tersebut pasti akan menerima penghargaan kembali dari orang-orang yang sudah merasa dihargainya atau yang lain dalam bentuk perilaku ‘pemuliaan/memuliakan’.

Orang yang tahu menghargai orang lain adalah orang yang mengerti hak dasar manusia dan memiliki pemahaman tentang nilai-nilai hubungan sesama manusia dan nilai-nilai hubungan dengan sang pencipta yang mendalam dan memiliki pemahaman agama yang cukup baik. Secara psikologis orang yang memuliakan orang lain adalah orang yang sadar dan mengerti bagaiamana cara membangun harga diri, bagaimana mengahargai kehidupan orang lain dan bagaiamana menciptakan kenyamanan, kedamaian, serta keharmonisasian bersama. Jika pengharagaan yang telah diberikan kepada orang lain, dan kemudian  mereka mengembalikannya dengan kebusukan,  maka dapat disimpulkan bahwa secara psikologis orang tersebut memiliki permasalahan psikologis (tidak normal), jadi orang tersebut tidak perlu diperdulikan, jika kita perdulikan maka kondisi kejiwaan kita juga sama dengan kondisi kjiwaan orang tersebut (memiliki permasalahan).

Jadi, Delah Paseh, Ate Suci dan yang tidak lomes adalah sifat orang yang selalu mengerti nilai-nilai kehidupan dan berketuhan. Dan orang-orang ini adalah orang-orang yang memiliki psikologis yang sehat serta orang tersebut merupakan orang yang memiliki pemahaman agama yang baik. Jadi, tolok ukur si pemilik Imagologi religiustias Mestike ini adalah tidak dilihat dari banyaknya gelar dan tingginya jabatan yang dimiliki, melainkan dari wujud perilakunya sehari-hari.[]

Comments

comments