Mendongkrak Popularitas Seni Alas di Aceh

oleh
(Ist)

Catatan: Supri Ariu*

iklan kultur alasSUKU Alas merupakan salah satu suku di Provinsi Aceh yang bermukim di Kabupaten Aceh Tenggara (Agara). Dikutip dari Wikipedia. Minggu (22/5/2016) pagi, kata “Alas” dalam bahasa Alas berarti “tikar”. Hal ini ada kaitannya dengan keadaan daerah itu yang membentang datar seperti tikar di sela-sela Bukit Barisan. Daerah Agara dilalui banyak sungai, salah satu di antaranya yang paling dikenal adalah Lawe Alas (Sungai Alas).

Tanoh Alas (Tanah Alas) sebutan akrab kabupaten ini dikenal sebagai sebuah daerah di Aceh yang paling banyak didiami oleh masyarakat dari bermacam suku, seperti Aceh, Jawa, Gayo, Karo, Padang dan lain-lain. Namun, perbedaan tersebut membuat Negeri Lembah Leuser ini kaya. Rasa solidaritas yang tinggi serta sikap saling menghormati perbedaan yang ditunjukkan oleh masyarakat setempat layak diapresiasi. Selain itu, Agara juga memiliki banyak potensi dalam segala bidang, baik dalam hal pariwisata, pertaninan, peternakan, perkebunan, perikanan, serta daya tarik seni dan budayanya.

Masyarakat Alas memiliki ragam seni yang menarik, seperti Tari Mesekat, Pelebat, Landok Alun, Tangis Dilo, Canang Situ, Canang Buluh, Genggong, Oloi-olio dan Keketuk Layakh. Selain seni, Agara juga memiliki segudang masakan khas yang tentunya memiliki nilai jual, seperti Manuk Labakh, Ikan Labakh, Puket Megaukh, Lepat Bekhas, Gelame, Puket Megaluh, Buah Khum-khum, Ikan Pacik Kule, Telukh Mandi, Puket Mekuah, Tumpi, Godekhr, Puket sekuning, Cimpe dan Getuk. Terakhir, kerajinan tradisional Alas yang juga dinilai cukup berpotensi seperti Nemet (mengayam daun rumbia), Mbayu Amak (Menganyam tikar pandan), Bordir pakaian adat serta Pisau Bekhemu (Pande besi). Namun sayang, potensi seni dan budaya Alas yang begitu besar dinilai belum cukup dikenal bahkan di wilayah Provinsi Aceh sendiri. Selama ini, Agara hanya dikenal sebagai salah satu pintu masuk menuju Hutan Leuser selain tetangganya Kabupaten Gayo Lues. Tentu ini sangat disayangkan, mengingat potensi dan nilai jual seni budayanya yang berlimpah.

Di Banda Aceh sendiri, pertunjukkan seni Alas ini tergolong masih jarang dilakukan. Padahal, wilayah Banda Aceh sebagai Ibu Kota Provinsi memiliki prospek yang bagus dalam meningkatkan nilai jual. Selama ini, mahasiswa Agara memang aktif berkolaborasi bersama sejumlah organisasi mahasiswa asal Gayo dalam menyajikan seni dan budaya masing-masing, mengingat kedua suku ini memiliki hubungan silaturahmi dan administratif yang baik yakni sebagai penghuni wilayah tengah Tenggara Aceh. Namun, jika pagelaran secara khusus, Agara dianggap masih belum produktif menggelar kegiatan seni budaya di luar daerahnya bahkan terkesan sangat jarang dilaksanakan.

Oleh karena itu, Pagelaran yang digagas oleh Komunitas Agara Community Banda Aceh pada 27 Mei 2016 di Panggung Gedung UPTD Taman Budaya, Setui, Banda Aceh nanti diharapkan mampu menjadi energi baru bagi para mahasiswa Agara untuk lebih aktif dalam memperkenalkan seni dan budaya Alas kepada seluruh masyarakat Provinsi Aceh.

Pagelaran Culture of Alas dengan tema “Introducing The Art and Culture of Alas” yang didukung penuh oleh Dinas Budaya dan Pariwisata Aceh ini diharapkan dapat mendongkrak popularitas seni dan budaya Alas di Aceh. Artinya, melalui pagelaran ini, aktivitas seni dan budaya di Banda Aceh akan terus berlanjut baik dalam skala lebih kecil. Dengan begitu, filosofi seni Alas akan terus terjaga dengan baik, meningkatkan kecintaan Putra-putri Alas dan tentunya menjadi lebih dikenal.

Ketua Agara Community Ariswandi didampingi Ketua Panitia Pelaksana Oki Murzan Hani kepada LintasGayo.co, Minggu (22/5) pagi mengungkapkan, Culture of Alas merupakan kegiatan edukasi seni. Artinya, selain untuk menghibur, panitia juga akan memberikan pendidikan seni dan budaya alas kepada para penonton yang hadir.

“Kita sudah siapkan lembaran sejarah dari masing-masing jenis tari yang tampil, lembaran itu akan kita bagi secara gratis kepada seluruh penonton yang hadir. Dengan begitu, diharapkan mereka akan semakin mengenal Alas,” terang Ari panggilan akrab mahasiswa Unsyiah ini.

Sementara itu, Oki turut menambahkan, pada pagelaran nanti, mahasiswa Agara juga akan menampilkan sebuah penampilan tarian kolosal berjumlah puluhan penari. Tarian kolosal ini menjadi tarian puncak acara bersama Tari Saman Gayo,”Kita sudah lakukan latihan sebaik mungkin. Panitia juga bekerja keras untuk memberikan yang terbaik. Mudah-mudahan dengan kegiatan ini, gairah berseni mahasiswa Agara kembali meningkat dan semoga Alas semakin dikenal,” harap Oki.

Nah, penasaran bagimana aksi mahasiswa Agara pada pagelaran Culture of Alas nanti? Lalu, apakah gagasan Komunitas Agara Community ini mampu mendongkrak popularitas seni dan budaya Alas di Aceh? Kita tunggu saja bersama-sama!

Penulis adalah Pemuda asal Blangkejeren, Gayo Lues di Banda Aceh.

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.