* Darmawan Masri

Menjadi seorang guru adalah panggilan jiwa Hellyda Fitri, S.Pd yang lahir di Takengon, 20 Juni 1984. Dia tercatat sebagai salah seorang guru muda di SMA tertua di Gayo, SMAN 1 Takengon.
Pernah mengabdi sebagai guru bakti di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Takengon setelah menamatkan pendidikan guru di Fakultas Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP), jurusan Pendidikan Kimia di Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) pada tahun 2006.
Guru yang supel dan mudah berbaur dengan siswa-siswanya ini juga sempat menjadi guru privat yang disukai di Takengon sebelum diangkat menjadi guru PNS tahun 2008 dengan penempatan di SMAN 9 Takengon. Selama lebih dari setahun bertugas disana, kemudian dia dipindahkan ke SMAN 1 Takengon.
Ide-ide kreatif dan inovatif selalu muncul dari pikiran istri dari Sona Rumonda ini. Dia dipercayakan sebagai salah seorang guru pembimbing karya tulis ilmiah siswa. Ide-ide penelitiannya kemudian diteruskan kepada siswanya. Tak jarang hasil dari penelitian-penelitian siswa SMAN 1 Takengon yang dibimbingnya menjadi juara diberbagai perlombaan karya tulis ilmiah SMA tingkat nasional.
Kesehariannya menjadi seorang guru yang selalu bergelut dengan rumus-rumus atom dan unsur-unsur kimia, dijadikan bekal dalam membimbing siswanya dalam melakukan penelitian. Baginya, karya tulis yang sudah diteliti kebenarannya memberikan sejumlah warna dan kebahagiaan tersendiri tatkala hasil menemukan hasil yang sempurna.
Saat ini, di sekolah itu Fitri begitu guru mata pelajaran Kimia ini disapa, dipercayakan sebagai salah seorang guru pembimbing dalam bidang Karya Tulis Ilmiah Siswa (KTIS). Karya tulis siswa, merupakan salah satu program unggulan di SMAN 1 Takengon.
Dalam beberapa kesempatan, Fitri menuangkan ide-ide kreatifnya ke dalam sebuah penelitian yang akan ditulis oleh siswa-siswanya dalam menghadapi perlombaan-perlombaan tertentu. Beberapa project penelitian dari hasil pemikirannya mampu dijalankan siswanya diberbagai lomba karya tulis ilmiah. Salah satunya adalah pada tahun 2012 lalu, dia berinisiatif memanfaatkan buah kopi yang melimpah di Gayo untuk dijadikan gula cair.
Dan project tersebut dijalankan oleh dua orang siswanya, Ipak Putri Iwanisa dan Dika Ramadanu, dengan judul project Gula dari Daging Buah Kopi, hasil penelitian tersebut didapatkan gula yang rendah kalori, aman dikonsumsi penderita diabetes. Project ini ditetapkan sebagai peraih medali penghormatan (honourable mention) diajang Indonesian Science Project Olimpiad (ISPO) ke-4 di Jakarta.
Tak mau berhenti sampai disitu saja, Fitri kembali memikirkan berbagai ide project penelitian lainnya. Dan ternyata dia masih tetap jatuh cinta pada kopi arabika Gayo. Ide pun muncul kembali di tahun 2014, dengan melihat potensi dari bahan baku kulit tanduk kopi (kulit ari) yang banyak dihasilkan di pabrik-pabrik kopi di tanoh Gayo, dia berinisiatif memanfaatkan sumber tersebut sebagai benda yang bernilai ekonomis.
Project digarap dua siswanya, Ihdina Ruliza dan Indah Agustiani, dengan judul project Triplek Kulit Tanduk Kopi. Dan diikutkan pada lomba karya tulis pada ajang ISPO ke-7 tahun 2015, dan juga berhasil meraih medali kehormatan (honourable mention).
Kegemarannya melahirkan ide-ide kreatif dan inovatif, tersebut didasari dari sebuah tantangan untuk memecahkan masalah yang terlihat dalam kehidupan sehari-hari, dan memanfaatkan lingkungan untuk mencari solusi dari masalah tersebut.
Project penelitian yang sudah diikutkan dalam lomba, otomatis tidak boleh lagi diikutkan dalam lomba-lomba selanjutnya. Fitri tak ingin berhenti, ide-ide penelitian lain telah muncul dibenak ibu dari Alifianu Faizan ini
“Saat ini sudah muncul beberapa ide penelitian, yang bisa dibuat karya tulis oleh anak-anak untuk diikutkan di lomba selanjutnya. Saya berpikir, sampah plastik di daerah ini cukup menjadi momok di tengah masyarakat. Plastik sangat susah terurai. Melihat fenomena itu, saya berinisiatif membuat bakteri yang dapat menguraikan plastik secara cepat, project ini akan kita serahkan kepada siswa SMAN 1 Takengon,” kata Fitri.
Setiap ide project yang selalu diteruskan kepada siswa-siswinya di sekolah setelah menseleksinya. “Menjadi peneliti haruslah memiliki empat hal dasar, yang dimulai dari kerja keras, siswa mau mengerjakan project hingga tuntas, keikhlasan dan memiliki kecerdasan dalam menyelesaikan masalah penelitian,” ungkap Fitri.
Keempat syarat itu selalu diingatkan Fitri kepada siswa yang ingin meneruskan project yang ditawarkan. Kedepan, penelitian-penelitian yang akan tertuang didalam karya tulis dari SMAN 1 Takengon harus mampu memberikan prestasi terbaik di dunia pendidikan di Indonesia,” tukasnya.
Di mata rekan-rekannya sesama guru di SMAN 1 Takengon, Fitri dikenal dengan karakter pergaulan yang baik. Begitu juga dimata seorang pimpinan sekolah tersebut, dia menganggap Fitri adalah sosok guru yang memiliki tanggung jawab saat diberikan tugas.
“Bu Hellyda Fitri sangat bertanggungjawab terhadap pekerjaan yang diberikan kepadanya. Selain masih muda dan gesit, ide-ide kreatif selalu saja muncul dari berbagai inovasi yang dia miliki. Mudah bergaul dengan siswa dan selalu bekerja keras untuk meraih sesuatu yang maksimal,” demikian disampaikan kepada SMAN 1 Takengon, Drs. Uswatuddin, M.AP.
Menurutnya, selama kepemimpinannya, sekolah tersebut banyak memiliki guru-guru muda. Dan dia pun merasa sangat terbantu dalam melaksanakan tugas sebagai pimpinan disekolah itu. “Yang muda-muda harus lebih kreatif. Ide-ide segarnya tetap kita tunggu, dan saya selalu menampung aspirasi guru-guru muda dalam hal pengembangan dunia pendidikan dan meningkatkan kualitas mutunya,” terang Uswatuddin.
Dia mengaku, SMAN 1 Takengon masih memiliki kendala pembiyaan di bidang karya tulis ilmiah siswa.
“Jika ingin hasil project nya maksimal, maka penelitiannya harus baik. Selama ini kami masih memiliki kendala dari segi pembiayaan serta peralatan penelitian. Syukurlah, Kepala Dinas Pendidikan Aceh Tengah telah memberi sinyal positif terkait hal itu. Tahun 2015, Pemerintah melalui Dinas Pendidikan sudah menganggarkan dana penelitian bagi siswa di Aceh Tengah, ini kabar gembira,” demikian Uswatuddin. []