Blangkejeren-LintasGayo.co : Patut dikatakan sebagai orang pemalas jika ada mengaku sebagai pengangguran di Kabupaten Gayo Lues yang berjuluk Negeri Seribu Bukit. Jika mau dan rajin bekerja tidak ada kata istilah mengganggur, baik orang yang sudah selesai pendidikan formal atau orang kampung biasa.
“Yang dikatakan pengangguran itu kan orang yang ingin bekerja, tetapi pekerjaanya tidak ada, kalau tinggal di Gayo Lues saya rasa sangat mudah mencari pekerjaan, hanya saja pekerjaan yang diinginkan orang tidak sesuai dengan peluang kerja yang ada dilapangan,” kata M.Ali salah seorang petani warga Blangkejeren, Rabu 4 Juni 2014.
Jika seseorang ingin bekerja, kata M.Ali, seharunya orang tersebut bisa melakukan penilaian pekerjaan apa yang menguntungkan kedepannya, dan tidak mesti harus disesuaikan dengan pendidikan yang sudah ditempuh.
“Kalau semua orang Gayo Lues yang sudah tamat kuliah harus bekerja sesuai bidangnya di perkantoran, saya rasa tidak mungkin, seperti orang yang Sarjana Pertanian, kan tidak harus bekerja di Kantor Dinas Pertanian, seharusnya Sarjana itu mengembangkan ilmunya dengan bertani, sehingga kedepannya menjadi petani sukses,” jelasnya.
Ia menduga, pengganguran yang sudah selesai kuliah di Kabupaten Gayo Lues terlalu fokus mencari pekerjaan di perkantoran, sebelum dapat bekerja di Kantor, Sarjana tersebut masih mengaku jadi penggangguran.
“Tanah di Gayo Lues sangat luas, pekerjaan membuat bangunan sangat banyak, pedagang lebih banyak datang dari luar daerah, kalau yang mengaku pengangguran ini memang benar-benar mau bekerja, kenapa tidak menanam Sere Wangi saja, empat bulan sudah bisa dipanen, dengan harga minyak perkilogramnya mencapai Rp.170 ribu,” urai M Ali. (Anuar Syahadat)
