Oleh : Yopi Ilhamsyah*
Aceh dihempas badai! Tercatat sejak Juni angin berhembus kencang di udara Aceh.
Memasuki musim barat frekuensi angin kencang menjurus ke badai semakin intens terjadi. Musim barat sendiri masih akan berlangsung hingga minggu kedua September 2025.
Musim dikatakan sudah beralih ke barat ketika angin mulai bertiup dari arah barat, tepatnya dari barat daya menuju timur laut.
Angin adalah udara yang bergerak. Gerakan udara dibangkitkan oleh perbedaan tekanan udara.
Saat ini di Belahan Bumi Selatan (BBS), tepatnya di benua Australia, mereka yang tinggal di sana sedang mengalami musim dingin. Suhu udara berkorelasi dengan tekanan udara. Suhu dingin maka tekanan udara menjadi tinggi.
Saat ini suhu udara di Australia sedang dingin-dinginnya. Hawa dinginnya terasa hingga ke Pulau Jawa. Mereka yang berdomisili di pantai selatan Jawa menyebut udara dingin yang datang dari Australia ini dengan istilah “Bediding”.
Suhu udara yang menurun drastis di benua Australia menyebabkan tekanan udara naik secara drastis pula di sana.
Sebaliknya di Belahan Bumi Utara (BBU), tepatnya di wilayah Eropa, Asia dan Amerika Utara, udara sedang panas-panasnya. Udara panas mengakibatkan tekanan udara menjadi rendah.
Akibat perbedaan tekanan udara antara BBS yang bertekanan udara tinggi ekses dari suhu dingin dengan BBU yang bertekanan rendah imbas suhu panas, maka udara mulai bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah dalam hal ini dari Australia menuju Asia. Dalam perjalanannya, udara bergerak melewati provinsi Aceh.
Karena BBS sedang mengalami musim dingin ekstrem sementara BBU juga sedang mengalami musim panas ekstrem maka kemiringan (gradien) tekanan udara antara BBS dan BBU semakin curam.
Jadilah udara bergerak dengan kecepatan tinggi. Ibaratnya seperti kita naik kendaraan lalu turun di atas bukit yang curam.
Selama periode Juni hingga Juli, peristiwa ini yang kita alami, yaitu pergerakan udara berkecepatan tinggi yang datang dari barat.
Adakalanya, tekanan udara sedang tinggi-tingginya di BBS sementara adakalanya pula tekanan udara sedang rendah serendah-rendahnya di BBU imbas turun dan naiknya suhu udara di kedua kutub bumi.
Untuk ini, udara yang bergerak mengalami akselerasi. Itulah mengapa terkadang dari kondisi cuaca normal, langit cerah lalu tiba-tiba datang arakan awan disertai angin kencang lalu langit mendung, hujan dengan lebatnya.
Catatan orang-orang Aceh dahulu menyebutkan bahwa masyarakat Aceh termasuk masyarakat Gayo sangat mewaspadai angin barat karena memiliki daya rusak yang tinggi.
Tanaman padi bisa rebah diterpa angin barat. Angin barat juga memiliki hawa panas. Air permukaan dapat menguap dengan cepat lalu timbul kekeringan, tanaman pun mati.
Untuk mengantisipasi angin barat yang destruktif, orang Aceh membangun rumah (adat Aceh) dengan orientasi tapak bangunan barat-timur.
Di pekarangannya ditanami pohon-pohon kayu berdiameter lebar untuk meredam kekuatan angin barat sekaligus menyejukkan udara di lingkungan rumah akibat hawa panas angin barat.
Mengapa angin barat merusak?
Angin barat ini datang dari lepas pantai barat Aceh dengan kecepatan tinggi. Sementara di wilayah tengah Aceh menjulang barisan pegunungan yang disebut Bukit Barisan, layaknya benteng alam.
Angin kencang yang datang dari barat ini lalu membentur benteng Bukit Barisan. Angin menjadi buyar, porak poranda, menimbulkan hura-hara udara di kedua sisi Bukit Barisan, yaitu di pesisir barat, utara dan timur Aceh.
Ibaratnya, kita sedang mengendarai sepeda motor di jalan raya. Kita memacu motor dengan kecepatan tinggi.
Di tengah jalan raya ada “polisi tidur”. Kita tidak menyadari keberadaan “polisi tidur” ini. Dengan motor berkecepatan tinggi kita lalu melindas “polisi tidur” ini. Tentu kita akan kehilangan kestabilan lalu jatuh terpelanting, berguling-guling di jalanan di balik “polisi tidur”.
Ini pula yang terjadi dengan udara yang datang berkecepatan tinggi dari barat lalu menghantam dinding benteng Bukit Barisan Aceh. Udara menjadi porak poranda!
Ada gerakan udara yang turun dari pegunungan. Ada yang terpental di permukaan lalu naik kembali ke langit. Ada udara yang berputar-putar. Ada udara yang bergulung-gulung. Ini yang kemudian menjadikan angin barat Aceh menjadi sangat destruktif.
Aceh berada di wilayah utara Indonesia, dikelilingi oleh lautan luas. Suhu udara di BBU sedang panas-panasnya. Kita juga di Aceh sempat dilanda panas ekstrem sebulan belakangan ini. Kondisi ini menyebabkan tekanan udara berangsur-angsur turun serendah-rendahnya. Sebaliknya, penguapan udara meningkat.
Satu bulan ini udara di Aceh kaya akan udara lembab, yaitu udara yang mengandung uap air. Ketika uap air ini menjadi jenuh di langit maka terbentuklah bibit-bibit awan hujan.
Angin baratan mengalami akselerasi akibat didorong oleh tekanan udara yang turun di Aceh. Akselerasi angin baratan lalu mengumpulkan awan-awan hujan ini.
Dari kaki langit, jika kita mengamati ke arah barat lalu tampak gumpalan awan, maka berhati-hatilah karena angin berkekuatan tinggi akan segera menerpa meninggalkan chaos di permukaan. Untuk kemudian diikuti turunnya hujan yang memang kita harapkan kehadirannya di tengah musim barat yang kering.
Suhu udara yang panas di lautan dapat memicu bangkitnya bibit-bibit siklon, yaitu gerakan udara memutar dalam skala besar.
Dalam tiga hari belakangan ini sejak tanggal 18 Juli hingga sekarang terpantau kehadiran siklon tropis di lepas pantai tenggara Hongkong (lihat gambar). Wilayah Aceh berada dalam jangkauan ekor siklon tropis tersebut.
Tampak pada gambar warna merah menunjukkan kekuatan angin. Peristiwa ini yang mengakibatkan angin kencang nan destruktif melanda Aceh dua hari belakangan ini. Oleh karenanya kita harus waspada dalam 3 hari ke depan hingga 22 Juli, siklon tropis tersebut besar potensi mempengaruhi cuaca di Aceh.
Sejatinya untuk mereduksi kekuatan angin adalah dengan pepohonan, terutama yang berbadan besar, berakar tunggang menghujam ke dalam tanah dan tinggi menjulang.
Pohon-pohon tua ini sudah memiliki fungsi ekologis yang sempurna dalam hal melepas oksigen, menyerap karbon dan oleh karenanya udara menjadi sejuk di sekitar pepohonan, dalam hal mengikat tanah dan menyerap air untuk mengurangi erosi tanah.
Namun, kita menganggap keberadaan pepohonan ini sebagai ancaman, terutama di jalan raya yang dapat mengganggu lalu lintas dan jaringan listrik.
Satu per satu kita eliminir keberadaan pepohonan dengan menebang mereka. Akibatnya, jalan raya menjadi gersang, panas dan secara alami menyebabkan tekanan udara menjadi turun dan rendah di sana. Jalan raya menjadi pusat tekanan rendah di mana angin akan berhembus lebih kencang.
Solusinya sediakan lahan untuk kehidupan pepohonan berbadan besar. Apakah setiap satu atau dua kilometer ada “hutan jalan raya”. Dengan begitu, tekanan udara tetap stabil di jalanan.
Dengan hadirnya pepohonan maka burung-burung akan hinggap di sana bernyanyi, bersiul sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an bahwa sejatinya burung-burung itu sedang bertasbih memuji kebesaran Rabb-nya. Ayo mari tanam pohon, rawat alam!
*Dosen Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Syiah Kuala