Oleh : Yopi Ilhamsyah*
Porak Poranda! Badai melanda Aceh. Angin berkecepatan tinggi nan destruktif juga menghantam provinsi tetangga di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau hingga Kepulauan Riau. Eksesnya, pepohonan bertumbangan lalu lintas terganggu.
Dilaporkan beberapa venue PON rusak, gerai UMKM di Kota Banda Aceh tercerai berai. Bahkan seorang murid sekolah dasar yang sedang mengikuti proses belajar mengajar meninggal dunia akibat kejatuhan plafon di ruang kelas. Siswa lainnya mengalami luka-luka.
Penyebab angin kencang yang melanda bahagian utara pulau Sumatera dikarenakan oleh hadirnya dua Siklon Tropis di Laut Tiongkok Selatan di utara Kalimantan (lihat gambar).
Dua Siklon yaitu Siklon Yagi yang berada di lepas pantai timur Vietnam dan Siklon Babinca yang berada di lepas pantai timur laut Taiwan menurut media internasional tergolong di antara siklon-siklon terkuat yang pernah terjadi di Laut Tiongkok Selatan.
Siklon Tropis atau dikenal juga dengan Angin Topan adalah gerakan udara memutar dalam skala besar.
Siklon semakin menguat seiring dengan turunnya tekanan udara di sekitarnya. Puncaknya terbentuk “mata” di tengah-tengah siklon.
Ingat udara bergerak dari wilayah bertekanan tinggi menuju wilayah bertekanan rendah. Imbasnya, siklon ini berprilaku seperti magnet yang menarik seluruh massa udara di sekitarnya.
Wilayah utara Pulau Sumatera yang berdekatan dengan kemunculan siklon ini pun terkena dampaknya.
Siklon muncul akibat kondisi permukaan laut yang memanas. Kondisi laut panas lazim ditemukan di sekitar Khatulistiwa yang berada di daerah tropis, termasuk di perairan Aceh.
Sejak Juni hingga awal Agustus bertepatan dengan musim kemarau, Provinsi Aceh disengat panas luar biasa. Laut sendiri tidak serta merta memanas pada saat itu juga.
Panas terlebih dahulu menyentuh kolom air di permukaan lalu menerobos kolom air yang lebih dalam hingga mencapai kedalaman tertentu setelah jenuh baru kemudian dilepas kembali ke atmosfer melalui permukaan laut. Dibutuhkan waktu satu atau dua bulan bagi laut untuk mencapai puncak panas.
Analoginya matahari tepat berada di atas kepala kita pada pukul 12.30. Namun, puncak panas baru kita rasakan pada pukul 14.00 hingga 15.00 di siang hari.
Dalam ilmu Fisika, setiap material memiliki kapasitas panasnya masing-masing (Heat Capacity). Jadi panas diserap terlebih dahulu oleh material di permukaan setelah jenuh baru kemudian di lepas kembali ke udara.
Artinya, dibutuhkan waktu dalam skala harian satu hingga dua jam bagi material untuk mencapai puncak panas. Demikian juga dengan laut.
Awal September kondisi laut sudah sedemikian jenuh dengan panas. Panas ini segera dilepas ke udara lewat proses penguapan. Udara lembab yang penuh dengan uap air lalu menjadi sumber energi terhadap pembentukan siklon. Selama laut memanas selama itu pula siklon itu hidup.
Semakin banyak uap air di udara semakin besar pula siklon yang terbentuk. Dalam kondisi matang (mature), siklon dapat berukuran sebesar Provinsi Aceh.
Karena Bumi berputar terhadap sumbunya, siklon mulai bergerak berputar. Dalam pusarannya, siklon menarik seluruh massa udara di sekitarnya. Massa udara di Aceh ikut tertarik menuju mata siklon.
Dalam pantauan satelit, Provinsi Aceh berada dalam pusaran ekor siklon (lihat gambar). Udara bertekanan rendah melintang dari Perairan Aceh hingga Laut Tiongkok Selatan. Dari gambar peta tampak Provinsi Aceh berada dalam jangkauan ekor siklon. Warna pada peta menunjukkan kekuatan angin.
Sejatinya di Aceh masih berlangsung musim barat. Kehadiran siklon mengakselerasi angin baratan. Ini yang kemudian menimbulkan angin dengan kecepatan di atas rata-rata di Aceh.
Dalam pergerakannya, angin baratan yang mengalami percepatan oleh tarikan siklon membentur pegunungan Bukit Barisan. Imbasnya, timbul turbulensi angin yang berujung badai di daerah yang berada di dekat dan di balik gunung seperti di pantai utara dan timur Aceh.
Siklon juga menciptakan hujan deras. Uap-uap air yang bersumber dari laut lalu naik ke udara menjadi jenuh dengan cepat, mengembun lalu membentuk awan. Hembusan angin kencang menjadikan awan-awan ini bergabung dengan cepat lalu terbentuk awan Cumulonimbus. Hujan deras pun turun ke permukaan.
Seminggu belakangan kondisi udara juga terasa pengap/gerah. Hal ini disebabkan dalam proses perubahan wujud dari uap menjadi air lalu terbentuk awan ada panas yang dilepas. Panas ini yang disebut dengan panas laten/tersembunyi. Panas laten ini yang kita rasakan di permukaan.
Sering juga kita perhatikan kondisi cuaca berubah dengan cepat dari cerah kemudian tiba-tiba mendung dan hujan turun dengan lebatnya. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi siklon.
Ibaratnya siklon ini seperti gasing. Ada kalanya kecepatan gasing berkurang. Setelah kita pantik/picu, gasing kembali berputar kencang.
Untuk siklon hal ini dipicu oleh sedikit banyaknya uap air yang dilepas dari laut ke udara. Ketika sedikit, kekuatan siklon menurun.
Ketika laut sedang panas-panasnya yang berimbas kayanya pasokan uap air di udara, pusaran siklon kembali menguat. Ini yang kemudian mengakselerasi angin baratan yang bertiup di Aceh.
Tiba-tiba saja angin berhembus kencang bahkan berputar vertikal layaknya puting beliung, menerjang apa yang ada di permukaan terutama di daerah terbuka seperti di lapangan, pemukiman, jalan raya yang cenderung panas dan bertekanan rendah.
Badai angin menimbulkan gelombang tinggi di laut bahkan turut menyeret kolom air di bawah permukaan, menciptakan arus bawah yang kuat.
Saat ini terpantau Siklon Yagi di Vietnam mulai meluruh seiring pergerakannya menuju daratan. Namun, Siklon Babinca masih berada di laut.
Selama Babinca masih berada di tengah laut selama itu pula cuaca buruk masih menerpa daerah di sekitarnya termasuk di Aceh. Ingat Siklon memperoleh pasokan bahan bakar dari penguapan laut dan proses panas laten.
Oleh karenanya, angin kencang disertai hujan deras masih melanda Aceh selama satu minggu ke depan. Untuk itu, mari kita tingkatkan kewaspadaan akan cuaca ekstrem di Aceh.
*Dosen Meteorologi Laut, Fakultas Kelautan dan Perikanan USK. Peneliti Sains Atmosfer Pusat Riset STEM USK