Dengan Iman, Rumah Tangga Aman

oleh

Oleh : Mahbub Fauzie, S.Ag, M.Pd*

Nilai-nilai keimanan dan ketakwaan sangat mempengaruhi suasana kehidupan berumah tangga. Keharmonisan dan kestabilan rumah tangga merupakan dambaan semua pasangan suami istri (Pasutri) dan semua anggota keluarga.

Prahara rumah tangga yang sering terjadi, di antaranya adalah pertengkaran, percekcokan dan tidak jarang berujung pada perceraian. Juga adanya konflik rumah tangga akibat pengkhianatan dan perselingkuhan seringkali terjadi. Ada juga perselisihan muncul akibat perbedaan pendapat dan persepsi.

Fenomena prahara rumah tangga, pertengkaran dan percekcokan, konflik dan perselisihan itu tentunya bisa di antisipasi dengan diperkuatnya nilai-nilai keimanan dan ketakwaan oleh setiap pasutri dan anggota keluarga. Dengan hal tersebut, keharmonisan dan kestabilan akan terjaga.

Untuk terciptanya rumah tangga yang harmonis dan stabil, pasutri atau setiap anggota keluarga musti menanamkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan di dalam keluarganya. Nilai-nilai iman dan takwa menjadi dasar untuk membangun hubungan yang penuh kasih sayang, saling pengertian, dan tanggung jawab antara anggota keluarga.

Upaya mewujudkan rumah tangga yang harmonis dan stabil, yang aman dari segala macam bentuk tantangan, hambatan, gangguan dan ancaman, tentunya perlu adanya benteng pertahanan yang kokoh. Tidak lain dan tidak bukan adalah keimanan dan ketakwaan.

Ikhtiar untuk membangun benteng pertahanan tersebut tentunya pasutri dan anggota keluarga musti memperkuat hubungan dengan Tuhan. Anggota keluarga konsisten melaksanakan ibadah bersama. Bagi orang Islam, kegiatan seperti shalat berjamaah, membaca kitab suci, atau berdoa bersama perlu dibiasakan.

Mengajarkan nilai-nilai agama kepada anggota keluarga adalah upaya hebat. Menjaga komunikasi yang baik seperti membiasakan berdiskusi dan saling mendengarkan satu sama lain dengan hati yang terbuka. Saling mengingatkan dalam pengajaran dan pengamalan agama.
Menghindari konflik yang merusak dengan mengutamakan sikap sabar dan saling memaafkan.

Sandaran habluminallah dan habluminannas menjadi tumpuan ruhiyah dan sosial melanggengkan interaksi dan hubungan harmonis dalam rumah tangga. Saling sadar diri dan menjauhi keegoan serta menghindari prilaku menang sendiri.

Pasutri dan anggota keluarga senantiasa saling mengingatkan dalam membangun kebiasaan oositif: Mengajarkan kejujuran, kerja keras, dan empati dalam keluarga. Menanamkan rasa syukur kepada Tuhan atas apa yang dimiliki. Pandai dan pintar untuk selalu berterima kasih atas kebaikan sesama

Pasutri dan anggota keluarga saling menguatkan dalam ujian hidup: Menyikapi tantangan dengan bijak dan penuh keyakinan bahwa Tuhan memberikan jalan keluar. Menjaga keharmonisan, baik dalam situasi senang maupun sulit. Ikhtiar, doa dan tawakal menjadi andalan dalam setiap perjuangan.

Orang tua di dalam rumah tangga musti menjadi contoh yang baik dan teladan dalam menjalani kehidupan keluarga beriman. Dalam ibadah dan prilaku keseharian, anak-anak akan belajar dari sikap dan perilaku yang ditunjukkan oleh orang tua. Itu pasti!

Insya Allah, dengan selalu menjadikan iman sebagai landasan, rumah tangga tidak hanya menjadi tempat berlindung secara fisik dan materil, tetapi juga menjadi sumber kedamaian, kasih sayang, dan keberkahan. Dengan iman, rumah tangga aman! Aamiin.

*Penghulu Ahli Madya & Kepala KUA Kecamatan Atu Lintang, Aceh Tengah.

Comments

comments