[Cerpen] Negeri di Atas Awan

oleh
Danau Lut Tawar dan Kota Takengon dari Pantan Terong.(LGco_Khalis)

Yumna Syahirah*

Semburat cahaya matahari berbias di balik Gunung Burni Telong, dinginnya udara pagi masih terasa. Embun pun masih belum beranjak pergi seakan akan tubuhku masih terasa dingin seperti es di kutub Utara tidak seperti biasanya.

Disepanjang perjalanan banyak jalan jalan yang berlegok legok sampai membuat kepalSyakira pusing.

Syakira memperhatikan banyak sekali pohon-pohon pinus di pinggir jalan. syakira tidak sabar untuk sampai ke negeri di atas awan ataupun “Bener Meriah yang ibukotanya Simpang Redelong”

“Selamat Datang di Kabupaten Bener Meriah” eja Syakira dengan mata menyipit.

“Syakira! Lihat itu gunung Bur Ni Telong. Kita sudah sampai di negeri di atas awan!” Ucap Ayah sambil menunjuk Gunung berapi yang menjulang tinggi.

“Wah…Indah sekali pemandangannya, Ayah.” Syakira merasa takjub.

“Ayah, dimana negeri di atas awannya? Tanya Syakira bingung.

Ayahpun tertawa mendengar pertanyaan Syakira.”Nanti kamu tau sendiri”

Seru Ayah lagi.

Mobil melaju dengan kecepatan sedang. Kami sampai di suatu kampung. Pada gapura masuk desa itu tertulis desa Gegerung kec Wih Pesam, Kecamatan Bener Meriah.

Pemukiman rumah warga berjejer dengan teratur. Nampak bunga bugenvil yang tumbuh di sisi pagar halaman sedang mekar.

Ayahku menghentikan mobil di depan rumah bercat biru. Disisi rumah itu, ada suatu lampangan voly. Pagar dari kayu jati berwarna coklat menghiasi rumah.

Membuat rumah itu tampak estetik. Syakira mengedarkan pandangan kesekitar rumah. Selama berlibur di Bener Meriah, kami akan tinggal di rumah ini.

syakira memasuki rumah itu dengan senang. Di dalam rumah itu, banyak sekali pajangan pajangan kuno. Beberapa gambar motif kerawang juga tepajang di dinding rumah itu.

***

Susana Pagi di Bener Meriah sangat sejuk, Syakira merapatkan jeketnya. Kabut halus mulai nampak di sela-sela pohon kopi Arabika. Baru kali ini, Syakira melihat pemandangan seindah itu.

Syakira melangkah mengelilingi rumah. Syakira melihat seorang gadis seusia Syakira duduk di sebuah bangku. Ia bermata bulat dan berlesung pipit.

“Hai…Perkenalkan saya Syakira.” Sapa Syakira pada gadis itu.

“Hai, saya Ina.” gadis itu menjulurkan tangannya. Mereka saling berjabat tangan.

“Kamu sedang apa?” selidik Syakira saat melihat Ina membawa 2 kantong karung dan parang.

“Saya sedang menyiapkan alat-alat untuk ke kebun. Sekarang, sedang musim panen raya.” jawab Ina sambil mengalungkan ganevo di bahunya.

“Kebun?” tanya Sayakira lagi.

“Iya.” Ina mengangguk. Ia memakai topi dan sepatu kebun.”kamu mau ikut dengan ku untuk mengutip kopi tidak?” tanya Ina lagi.

“Apa itu mengutip kopi?” tanya Syakira penasaran.

“Memetik kopi sari tangkainya. Kalau kamu mau, Ayo ikut denganku.” Ajak Ina lagi.

“Ayo.” jawab syakira dengan penuh semangat.

***

Syakira mengikuti langkah Ina setelah sebelumnya berpamitan kepada ayah dan ibu. Kebun Ina tidak jauh dari rumahnya. Di sepanjang perjaanan, batang-batang kopi Arabika tumbuh berjejer. Pohon-pohon petai tumbuh subur disisi kopi. Pohon Petai sengaja ditanam untuk menaungi kopi dari cahaya matahari.

Kami berjalan dengan semangat menuju kebun. Aroma pinus berbaur dengan udara udara segar pagi hari. Sepanjang perjalanan Syakira mengamati banyak daun-daun hijau yang tidak pernah ku lihat.

Para petani kopi sedang mengambil buah-buah kopi. Buah kopi itu berbentuk lonjong. Kopi yang siap panen adalah kopi yang berwarna merah pekat. Buah kopi tidak boleh dikutip dengan tangkainya. Karena, tangkai itu akan menjadi cikal buah kopi selanjutnya.

“Ina…lihat…Buahnya merah semuah. Apakah itu buah kopi yang kamu maksud?” tanya Syakira dengan penuh semangat.

“Iya…Itu yang dimaksud dengan kopi. Kamu bantu Syakira mengambil yang warna merah saja ya, lalu masukan kedalam kantong yang ada di leher mu itu” Kata Ina sambil menunjuk kantong di bahu Syakira.

Dengan penuh semangat, Syakirapun memulai pengalaman pertamanya mengutip kopi.

Di ujung sana, Syakira melihat pondok kecil yang terbuat dari papan-papan dan kayu kayu kecil yang di bentangi tikar warna warni. Syakira bergegas lari menuju ke arah Ina untuk meletakkan barang-barang di pondok yang itu.

Batang kopi tumbuh dengan rapi dan sejajar. Batangnya rendah sehingga memudahkan Syakira dan Ani untuk mengambilnya. Batang kopi yang rendah disebut kopi Ateng. Ada juga beberapa batang kopi yang tinggi, buahnya besar dan daunya lebar. Kopi ini bernama kopi Tim-tim.

“ Ini bangkunya…” Ucap Ina sambil memberikan sebuah bangku yang terbuat dari kayu.

“Untuk apa bangku ini, Ina?” tanya Syakira binggung.

“Untuk memetik kopi yang batangnya tinggi, agar kamu jangan lompat-lompat untuk mengambil kopinya” Jawab Ina sambil menunjuk ke arah batang kopi yang menjulang tinggi.

Syakira mengambil bangku itu dan meletaknya di samping kopi. Ia mulai mengutip satu-persatu buah kopi. Syakira berhenti sejenak.

“Ada apa, Syakira?” tanya Ina dengan penuh kebingungan.

“Ina, badanku gatal – gatal dan perih” Jawab Syakira sambil menggaruk tubuhnya.

Melihat hal itu, Ina mengajak Syakira untuk beristirahat ke pondok tempat mereka meletakan barang-barang tadi.Ina memperhatikan dengan seksama apa yang terjadi pada Syakira. Ternyata, Syakira terkena sesongot atau ulat yang ada di batang kopi

“Syakira.. kamu terkena sesongot ulat yang ada di kopi.” Ucap Ina sambil menujuk kulit Syakira yang mulai memerah.

“Ina bagaimana? Apakah ulat itu bisa membuat aku sakit? Bagaimana ini Ina…tolong” ucap Syakira panik.

“Tenang saja Syakira.” jawab Ina sambil mengambilkan obat.

Syakira mengangguk. Ia mengambil pisang goreng yang dibeli oleh ibu Ina. Ternyata, udara sejuk bisa menyebabkan perut lapar. Tidak lama, Ina pun datang membawa dedaunan.

Ada beberapa jenis daun yang dibaa oleh Ina. Ia membaur semu daun dan melumatnya dengan tangan. Tidak lama, lumuran daun-daun itu di balurkan pada tubuh Syakira yang membekak.

“Terima kasih Ina” ucap Syakira. Ia merasakan gatal di tubuhnya sudah berkurang.

“Sama-sama. “ Jawab Ina senang.

Matahari mulai meninggi. Suara burung bersahut-sahutan dari batang-batang kopi. Mereka melanjutkan lagi kegiatan memanen kopi. Namun, kini mereka lebih fokus pada kopi-kopi yang rendah. Syakira sangat senang. Ini adalah pengalaman pertamanya memetik buah kopi di Bener Meriah.[]

*Yumna Syahirah, Lahir di Bener Meriah, 16 juni 2012. Anak ke satu dari empat bersaudara. Ia bersekolah di SMP Negeri 1 Wih Pesam, Bener Meriah Kec Wih Pesam. Memiliki hobi membaca, menulis dan bercerita. Sejak kecil, ia bercita cita menjadi C.E.O,dan KOWAD.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.