Oleh : Hammaddin Aman Fatih*
“Ketika ada orang baik-baik melibatkan diri dalam dunia politik, langsung dipertanyakan. Tapi, ketika orang-orang tanda petik bermasalah terlibat politik, dianggap biasa-biasa saja dan tidak dipermasalahkan”.
Dari sinyalemen diatas, timbul sebuah pertanyaan, apakah itu politik, sehingga ketika kita bicara politik, maka muncul sebuah situasi yang penuh dengan hal-hal negatif yang mengerikan penuh dengan tipu menipu, kelicikan, dan karakter buruk lainnya. Sehingga orang-orang baik tidak boleh bicara politik atau terjun dalam kancah politik.
Dalam konteks pemilu, baik pildes, pilkada, pilcal dan lain sebagainya yang penuh dengan suasana intrik, bahkan ada juga yang katanya perang kebatinan mendatangi panoramal untuk membantunya. Belum lagi isi kantong yang terkuras untuk menghipnotis para pemilih dalam mendapatkan suara pada hari pencoblosan.
Artinya ada konotasi negatif dengan kata politik. Politik diartikan sebagai tindakan yang menghalalkan semua cara untuk mencapai apa yang menjadi tujuan, walaupun harus menggorbankan kepentingan lain yang lebih besar, baik bersifat pribadi/khusus maupun umum, kepentingan rakyat kebayakan.
Ditambah ada kata-kata dalam dunia politik yang trend berkembang dalam benak dibawah sadar masyarakat yang berkonotasi sangat negatif, “dalam politik tidak ada yang namanya kawan abadi. Yang ada hanya satu kata “kepentingan” yang membuat orang bisa bersatu.
Ada juga yang mengatakan politik adalah sebuah strategis untuk mencapai tujuan. Maka politik dikatakan sebagai hal yang mendasar dalam kehidupan anak manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
Politik merupakan aktivitas pertama kali yang dilakukan anak manusia ketika terlahir kedunia ini yaitu “suara tangisan”.
Tangisan merupakan sebuah perilaku dan reaksi terhadap suatu rangsangan tertentu yang tidak dipelajari atau naluri yang merupakan insting manusia yang merupakan pemberian sang pencipta yang dibawa sejak lahir.
Cantoh kasus, ketika seorang bayi pipis, dia merasa risih karena basah. Dia menangis. Si ibu langsung datang. Oh popoknya basah. Maka sang ibu mengambil tindakan. “mengganti popoknya,” Maka ketika bayi merasa risih lagi karena basah, dia akan menangis lagi karena berdasarkan pengalaman yang dia alami sebelumnya. Ketika popoknya basah, dia nangis, langsung ibunya datang.
Maka selanjutnya setiap dia merasa risah karena pembes basah, atau karena lapar haus dia akan menangis. Begitu seterusnya dengan dimensi yang berbeda-beda karena berdasarkan pengalaman yang dia lihat, dengar dan rasakan.
Hal diatas itulah politik, strategi pertama kali yang dilakukan anak manusia untuk berinteraksi dengan mempengaruhi kehidupan dunia luar disekitarnya.
Kita tidak bisa lepas dari politik. Tanpa pengetahuan politik kita tidak bisa berbuat apapun untuk mencapai apa yang menjadi tujuan kita. Dengan politik kita kita mudah untuk mencapai tujuan yang kita inginkan.
Rasullullah Nabi Muhammad saw tanpa pengetahuan politik yang baik, mustahil bisa meng-Islam-kan dunia ini, hingga Michael H. Hart penulis 100 tokoh besar berpengaruh di dunia meletakannya menjadi urutan pertama yang sangat berpengaruh.
Buku “100 Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia”karya Michael H. Hart itu, yang terbit pada tahun 1978 dan pernah menjadi best seller dunia, dan “Time 100” dari Majalah Time, Amerika Serikat.
Micheal H. Hart memberikan penilaian dan katergori-katergori sehingga menepatkan Nabi Muhammad SAW, Rasul terakhir umat muslim, pada urutan pertama tokoh yang paling berpengaruh di Dunia. Hanya dalam kurun waktu + 23 tahun, Nabi Muhammad telah merubah pondasi-pondasi sosial, budaya, ekonomi, dan geo politik dunia arab.
Ajaran agama yang dia bawa kini menjadi ajaran agama kedua terbesar di dunia dan terus mengalami perkembangan yang pesat. Nabi Muhammad melakukan itu tanpa latar belakang pendidikan dan pengaruh keluarga yang hebat. Dia dilahirkan dari keluarga miskin dan sejak kecil sudah menjadi yatim piatu.
Michael H. Hart tidak sungkan menepatkan Nabi Muhammad sebagai tokoh terbesar dalam sejarah manusia, meskipun keyakinan agamanya berbeda.
Manusia dalam pandangan Islam mempunyai 3 fungsi Pertama fungsi utama sebagai hamba Allah untuk mengabdi kepada-Nya Kedua fungsi fungsional sebagai khalifah di muka bumi dan Ketiga sebagai fungsi operasional sebagai memakmurkan bumi.
Untuk mencapai ketika hal tersebut, khususnya point 2 dan 3, kita manusia perlu strategi cara untuk mencapainya. Kita berdakwah mengajak manusia untuk menegakkan kebenaran dan mencegah kemungkaran. Salah satunya marilah berpolitik, jangan takut berpolitik. Menjadi politisi yang memilki rasa malu dan amanah.
Malu adalah baju. Kalau politisi tidak mempunyai malu, maka di anggap telanjang sama dengan yang empat kaki itu. Artinya malu kalau dia nanti tidak menepati janjinya. Malu bila dia nanti mengkhianati pemilihnya atau mandat yang diberikan kepadanya.
Amanah, jujur dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan amanah yang diberikan kepadanya.
Tanpa strategi yang matang dan planning dalam beraktivitas. Kita akan terus diatur, kita akan terus ditentukan, kita akan terus diarahkan, kita akan terus menjadi penonton dan hanya bisa menerima keputusan atau kebijakan yang dikeluarkan mereka.
Mari kita bicara politik atau terlibat dalam politik agar kita tidak terus diatur, agar kita tidak lagi terus menjadi penonton. Parahnya kita terus diatur, diarahkan ditentukan oleh mereka yang bermasalah.
Sedangkan orang-orang yang tidak bermasalah tidak mau bicara terlibat politik. Keputusan-keputusan masa depan kita ditentukan oleh mereka yang bermasalah. Apa jadinya masa depan negeri kita. Tidak semua orang baik harus bicara terlibat politik. Tapi, dukung mereka orang-orang baik bicara atau terlibat politik.
Orang bijak bilang “jadilah orang aneh, karena hanya orang aneh yang bisa merubah peradapan dunia”. Kalau selama ini hanya mereka-mereka yang bermasalah bisa bicara terlibat politik dengan banyak kasus yang melilit dalam rekam jejaknya. Maka, sekarang mari kita dukung orang-orang baik yang punya integritas dan komitment punya rasa malu mau bicara terlibat politik.
Takengon, 28 September 2023
*Penulis seorang antropologi dan penulis buku People of the Coffee.