Oleh : Mawardi*
Serule yang masuk di wilayah administratif Kecamatan Bintang, Acrh Tengah merupakan salah satu kampung tue di dataran tinggi Gayo. Serule juga dikenal sebagai salah satu kampung bersejarah di Gayo.
Terletak 48 KM dari pusat Kota Takengon, Serule pada kerajaan Linge dulu juga dikenal dengan kawasan yang melahirkan sosok-sosok penting. Salah satunya adalah Sjirajuddin Chik Serule. Seorang ulama yang cukup dikenal pada masa itu.
Pepatah-petitih Gayo yanv kerap dilontarkan, Asal Linge Awal Serule, terus menjadi slogan dan kerap diucapkan di acara-acara adat di tanoh Gayo.
Terlepas dari itu, di kawasan ini juga berkembang folklor atau cerita rakyat yang saat ini masih terus diceritakan oleh orang tua di Kampung Serule, hal ini juga yang menjadi pertayaan benarkah Serule sebagai tanah leluhurnya urang Gayo.
Sebagai anak yang tumbuh besar di Kampung Serule, pertanyaan itu kerap muncul dibenak saya. Apakah cerita itu benar, atau hanya dongeng sebelum tidur.
Jika pun ini benar, saya menganggap ucapan Asal Linge Awal Serule tak lagi pantas diucapkan sebagai tanoh bersejerah.
Mengapa demikian, jika dilihat dari admibistratifnya, Serule hanya kampung yang hanya tinggal sejarah. Tanah dan asetnya, tak lagi dimiliki ileh warga.
Kebanyakan, tanah Serule dikuasai oleh PT THL, dan ada rumah warga yang masuk ke dalam kawasan hutan lindung. Miris kan, katanya Serule kampung asal!
Jika pemerintah serius menganggap ini sebagai cagar budaya, maka Pemkab harus berani mengambil sikap untuk membuat kampung awal ini menjadi nyata dengan memperjuangkan Serule menjadi hutan adat atau mempertahankan Serule dan Linge menjadi kawasan adat.
Belum lagi pembangunan ke daerah ini, tersendat. Pemerintah seakan lupa kawasan ini, tapi istilah Asal Linge Awal Serule terus menjadi bahan saat berbicara.
Jika masih seperti saat ini, sebagai warga Serule kami meminta istilah Asal Linge Awal Serule dihapuskan saja, jika ini tetap ada maka ini akan jadi beban kapada kami hingga cucu kami kelak.
*Pemuda Kampung serule, mantan Presma STKIP Muhammadiyah Aceh tengah dan aktivis HMI