Beribadah Dengan Membaca Al-Qur’an

oleh

Oleh : Drs. Jamhuri Ungel, MA*

Allah swt. Menyatakan bahwa al-Qur’an diturunkan pada bulan Ramadhan, selanjutnya dipahami dan dijelaskan oleh ulama bahwa yang dimaksudkan dengan turunnya al-Qur’an di bulan Ramadhan adalah ayat-ayat yang pertama turun, artinya tidak semua ayat turunnya di bulan tersebut.

Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur (tidak sekaligus), terkadang ayat turun untuk menjawab permasalahan yang dihadapi manusia (mempunyai sebab turun) dan terkadang juga ayat itu turun tidak mempunyai sebab turun, artinya tidak semua ayat mempunyai sebab turun (asbabun nuzul).

Pernyataan Allah juga di dalam al-Qur’an kalau al-Qur’an itu sebagai petunjuk (hudan) bagi semua manusia dan didalamnya dijelaskan ada perbedaan antara yang hak dan yang bathil di samping itu juga al-Qur’an menjadi petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (orang yang telah mengetahui perbedaan yang hak dan yang bathil dan selalu mengerjakan kebaikan dan selalu meninggalkan keburukan).

Al-Qur’an sebagai kitab suci berbeda dengan kitab-kitab suci yang lain dan berbeda dengan hadis Nabi walau juga hadis Nabi sebagai panduan dalam hidup manusia muslim, apa lagi dibanding dengan kitab-kitab atau buku-buku yang merupakan karya ulama dan ilmuan.

Persamaan antara al-Qur’an dan hadis Nabi adalah sama-sama sebagai wahyu, kalau al-Qur’an adalah wahyu langsung sedangkan hadis wahyu yang tidak langsung, sedangkan kitab-kitab atau buku-buku sama sekali bukanlah wahyu.

Kemudian kebenaran yang ada dalam hadis Nabi adalah kebenaran wahyu sehingga pengamalannya merupakan pengamalan wahyu. Selanjutnya kebenaran yang ada didalam kitab-kitab atau buku-buku adalah kebenaran akal manusia.

Mengamalkan kebenaran yang bersumber dari al-Qur’an, hadis Nabi dan kebenaran yang ada dalam pendapat ulama yang tertulis di dalam kitab-kitab dan buku-buku yang tidak bertentangan dengan kebenaran yang ada di dalam al-Qur’an dan hadis, pengamalannya dimasukkan dalam pengamalan sebagai ibadah kepada Allah.

Hanya perlu dipahami bahwa perbedaan Al-Qur’an dengan yang lain juga adalah, ketika membaca al-Qur’an digolongkan sebagai perbuatan ibadah dan kalau membeca selain al-Qur’an tidak dimasukkan sebagai perbuatan ibadah.

Inilah dasar isyarat yang diperintahkan kepada kita sebagai muslim untuk selalu membaca al-Qur’an apalagi di dalam bulan Ramadhan ini, kita akan diberikan pahala berlipan ganda dari ibadah membaca al-Qur’an.

Malah dikatakan bahwa setiap huruf dari al-Qur’an yang dibaca akan mendapatkan pahala karena setiap huruf itu merupakan firman Allah. Sedangkan untuk hadis Nabi kalau hanya dibaca tidak berpahala kecuali apabila dikerjakan.

Terlalu sulit terkadang kita berpikir kalau al-Qur’an lebih baik untuk dipahami dan ditafsirkan bahkan cukup dengan memahami maksud dan pesan yang terkandung di dalam setiap surat dan ayatnya, walau pada dasarnya pemahaman tidak bisa dipisahkan dari bacaan.

Karena setiap huruf, kata dan kalimat dari al-Qur’an merupakan ucapan atau firman Allah, sedangkan makna dan pemahaman adalah upaya untuk menemukan pesan yang terkandung dalam al-Qur’an.

Dalam telusuran sejarah kita baca, banyak diantara ulama yang mengajar meliburkan murid-muridnya mereka selama bulan Ramadhan, demikian juga dengan lembaga-lembaga pendidikan yang meniadakan kegiatan pembelajaran, masyarakat bertani selalu berupaya mengurangi jumlah dan jam kerja mereka, pegawai kantor mengurangi jam kantornya selama bulan Ramadhan, mereka semua mengatakan ingin mengisi Ramadhan mereka dengan beribadah.

Dikalangan sebagian orang-orang yang disebutkan di atas memahami mengisi bulan Ramadhan dengan bibadah mereka membaca al-Qur’an sebanyak mungkin, boleh jadi tidak menghitung berapa kali khatam selama bulan ramadhan yang jelas mereka terus membaca al-Qur’an, sebagian lagi memahaminya dengan mecukupkan sekali khatam dalam sebulan, dengan memadai satu juz sehari.

Ada juga yang memahami mengisi ibadah di bulan Ramadhan dengan aktivitas rumah dengan menambah shalat tarawih dan shalat sunat dan meluangkan waktu membaca al-Qur’an walau tidak harus khatam.

Tidak banyak majelis kajian yang focus membicarakan tentang pemaknaan ayat-ayat al-Qur’an, dan juga sangat jarang bahkan hampir tidak ada majelis kajian yang secara focus dan khusus dalam mengkaji al-Qur’an dari berbagai ilmu.

Mereka hanya memasukkan kajian seperti ini dalam materi-materi ceramah, kultum, atau khutbah. Jadi karena materi tersebut disampaikan dalam bentuk ceramah, kultum dan khutbah sehingga terkesan sangat dangkal.

Kedangkalan materi sangat boleh jadi disebabkan karena keterbatasan orang yang mamiliki ilmu, dan juga kemungkinan itu bisa terjadi karena kebanyakan ulama atau ilmuan sudah membatasi diri dengan firqah atau kelompok (mazhab) tertentu sehingga keluasan ilmu untuk kembali kepada al-Qur’an dan hadis secara langsung sangat sulit.

Kemudian juga di samping terikatnya dengan firqah tertentu penguasaan ilmu-ilmu modern dalam memahami al-Qur’an dan hadis sangat terbatas.

Solusi terbaik dalam bingkai ibadah kepada Allah melalui al-Qur’an di bulan Ramadhan untuk semua orang tanpa ada perbedaan dan batasan bagi mereka yang mengetahui arti dan memahami makna atau juga bagi mereka yang hanya mampu membaca dengan tidak mengetahui arti dan tidak paham makna adalah membaca al-Qur’an sebagai firman Allah.

Demikian juga bagi mereka yang tidak mampu membaca secara benar atau hanya mengetahui beberapa huruf dari al-Qur’an dianggap sebagai ibadah sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

*Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry Banda Aceh dan pengasuh Mata Kuliah Aqidah Akhlaq pada Prodi Gizi Poltikes Aceh.

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.