Kami Telah Beriman

oleh

Oleh : Rizkan Abqa, S.M*

Salah satu konsekuensi pernyataan Iman kita adalah kita harus siap menghadapi ujian yang diberikan Allah SWT kepada kita, untuk membuktikan sejauh mana kebenaran dan kesungguhan kita dalam menyatakan iman, apakah iman kita itu betul-betul bersumber dari keyakinan dan kemantapan hati, atau sekedar ikut-ikutan saja serta tidak tahu arah dan tujuan, atau pernyataan iman kita didorong oleh kepentingan semata, ingin mendapatkan kemenangan keuntungan dan tidak mau menghadapi kesulitan.

Allah SWT berfirman,

Artinya: Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?. Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (Q.S. Al-Ankabut: 2-3)

Bila kita sudah menyatakan iman maka kita harus bersyukur kepada Allah SWT, karena kita termasuk hamba yang terpilih. Namun kita harus sadar, bahwa keimanan yang ada dalam jiwa pasti ada konsekuensinya, itulah roda sunatullah yang senantiasa berputar. Semenjak diciptakannya Nabi Adam as, hingga manusia yang hidup kelak di akhir zaman, keislamannya akan diuji baik dengan kesenangan maupun dalam kesusahan.

Maka dari itu teguhkanlah jiwa dalam menghadapi derasnya ombak yang menghantam dan mengguncang iman kita dan jangan berkecil hati jika cobaan datang silih berganti datang menimpa kita, sesungguhnya manisnya buah iman yang kita miliki yaitu surga, sebagaimana yang dijanjikan oleh Allah SWT dalam firmnya:

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shalih, bagi mereka adalah Surga Firdaus menjadi tempat tinggal. (Q.S.Al-Kahfi: 107).

Maka Cobalah kita renungkan sejenak, apa yang telah kita lakukan untuk membuktikan keimanan kita? cobaan apa yang telah kita alami dalam mempertahankan iman kita? Berapa banyak panggilan adzan berkumandang yang kita lalaikan? Apa yang telah kita korbankan untuk memperjuangkan aqidah dan iman kita? Jawabanya tentu ada pada diri kita masing-masing.

Bila kita memperhatikan perjuangan Rasulullah SAW dan orang-orang terdahulu dalam mempertahankan iman mereka, dan betapa pengorbanan mereka dalam memperjuangkan iman mereka, mereka rela mengorbankan harta mereka, tenaga mereka, pikiran mereka, bahkan nyawapun mereka korbankan untuk itu. Rasanya iman kita ini belum seberapanya atau bahkan tidak ada artinya bila dibandingkan dengan iman mereka.

Apakah kita tidak malu meminta balasan yang besar dari Allah SWT, sementara pengorbanan kita sedikit pun belum ada ujian yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia itu berbeda-beda dan ujian dari Allah SWT bermacam-macam bentuknya diantaranya, yang pertama, Ujian yang berbentuk perintah untuk dilaksanakan, seperti perintah Allah kepada Nabi Ibrahim as. untuk menyembelih putranya yang sangat ia cintai.

Ini adalah satu perintah yang betul-betul berat dan mungkin tidak masuk akal, bagaimana seorang bapak harus menyembelih anaknya yang sangat dicintainya, padahal anaknya itu tidak melakukan kesalahan apapun, dan di sini kita melihat bagaimana kualitas iman Nabi Ibrahim as. yang benar-benar sudah tahan uji, sehingga dengan segala ketabahan hati dan kesabarannya perintah yang sangat berat itupun segera dijalankan.

Apa yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim as. dan putranya adalah pelajaran yang sangat berat namun karena kualitas iman yang mantap perintah Allah SWT segera dijalankannya. Apa yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan putranya adalah pelajaran yang sangat berharga bagi kita, dan sangat perlu kita teladani bersama, karena sebagaimana kita rasakan dalam kehidupan kita, banyak sekali perintah Allah yang dianggap berat bagi kita, dan dengan berbagai alasan kita berusaha untuk tidak melaksanakannya.

Sebagai contoh, Allah SWT telah memerintahkan kepada para wanita muslimah untuk mengenakan jilbab (pakaian yang menutup seluruh aurat) secara tegas untuk membedakan antara wanita muslimah dan wanita musyrikah sebagaimana firmanNya:
Artinya: Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang Mukmin”, “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S Al-Ahzab, 59).

Namun kenyataan kita lihat sekarang ini masih banyak wanita muslimah di Indonesia khususnya tidak mau memakai jilbab dan memakai pakaian ketat dengan berbagai alasan, ada yang menganggap kampungan, tidak modis, atau beranggapan bahwa jilbab adalah bagian dari budaya bangsa Arab. Ini pertanda bahwa iman mereka belum lulus ujian. Padahal Rasulullah SAW memberikan ancaman kepada para wanita yang tidak mau memakai jilbab dalam sabdanya:

Artinya: “Dua golongan dari ahli Neraka yang belum aku lihat, satu kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi, yang dengan cambuk itu mereka memukul manusia, dan wanita yang memakai baju tetapi telanjang berlenggak-lenggok menarik perhatian, kepala-kepala mereka seperti punuk unta, mereka tidak akan masuk Surga dan tidak akan mencium wanginya”. (HR. Muslim)

Yang kedua, Ujian yang berbentuk larangan untuk ditinggalkan seperti halnya yang terjadi pada Nabi Yusuf as, yang diuji dengan seorang perempuan cantik, istri seorang pembesar di Mesir yang mengajaknya berzina, dan kesempatan itu sudah sangat terbuka, ketika keduanya sudah tinggal berdua di rumah dan si perempuan itu telah mengunci seluruh pintu rumah.

Namun Nabi Yusuf as, membuktikan kualitas imannya, ia berhasil meloloskan diri dari godaan perempuan itu, padahal sebagaimana pemuda umumnya ia mempunyai hasrat kepada wanita. Ini artinya ia telah lulus dari ujian atas imannya.

Sikap Nabi Yusuf as, ini perlu kita ikuti terutama oleh para generasi muda Muslim yang mana di zaman sekarang ini, di saat pintu-pintu kemaksiatan terbuka lebar, minuman keras, perjudian dan narkoba yang sudah merambah ke berbagai lapisan masyarakat.

Para pemuda Muslim harus selalu siap siaga menghadapi godaan demi godaan yang akan menjerumuskan dirinya ke jurang kemaksiatan. Rasulullah SAW telah menjanjikan kepada siapa saja yang menolak ajakan untuk berbuat maksiat, ia akan diberi perlindungan di hari Kiamat nanti sebagaimana sabdanya:

Artinya: “Tujuh (orang yang akan dilindungi Allah dalam lindungan-Nya pada hari tidak ada perlindungan selain perlindunganNya, .. dan seorang laki-laki yang diajak oleh seorang perempuan terhormat dan cantik, lalu ia berkata aku takut kepada Allah…” (HR. Al-Bukhari Muslim)

Yang ketiga, Ujian yang berbentuk musibah seperti terkena penyakit, ditinggalkan orang yang dicintai dan sebagainya. Sebagai contoh, Nabi Ayyub as yang diuji oleh Allah dengan penyakit yang sangat buruk sehingga tidak ada sebesar lubang jarum pun dalam badannya yang selamat dari penyakit itu selain hatinya, seluruh hartanya telah habis tidak tersisa sedikitpun untuk biaya pengobatan penyakitnya dan untuk nafkah dirinya, seluruh kerabatnya meninggalkannya, tinggal ia dan istrinya yang setia menemaninya dan mencarikan nafkah untuknya.

Musibah ini berjalan selama delapan belas tahun, sampai pada saat yang sangat sulit sekali baginya ia memelas sambil berdo’a kepada Allah SWT.

Begitulah ujian Allah kepada Nabi-Nya, masa delapan belas tahun ditinggalkan oleh sanak saudara merupakan perjalanan hidup yang sangat berat, namun di sini Nabi Ayub as, membuktikan ketangguhan imannya, tidak sedikitpun ia merasa menderita dan tidak terbetik pada dirinya untuk menanggalkan imannya.

Iman seperti ini jelas tidak dimiliki oleh banyak saudara kita yang tega menjual iman dan menukar aqidahnya. karena tidak tahan menghadapi kesulitan hidup yang mungkin tidak seberapa bila dibandingkan dengan apa yang dialami oleh Nabi Ayyub as ini.
Yang keempat, Ujian lewat tangan orang-orang kafir dan orang-orang yang tidak menyenangi Islam dan pendukung kebatilan, Allah SWT Berfirman.

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang kafir menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. dan ke dalam Jahannamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan (Q.S Al-Anfal : 36)

Banyak kisah-kisah yang menunjukkan betapa pengorbanan dan penderitaan di masa Rasulullah SAW dalam perjuangan mempertahankan iman. Namun penderitaan itu tidak sedikit pun mengendorkan semangat Rasulullah dan para shahabatnya untuk terus berdakwah dan menyebarkan Islam.

Peristiwa seperti ini mungkin akan terulang kembali selama dunia ini masih tegak, selama pertarungan haq dan bathil belum berakhir, sampai pada saat yang telah ditentukan oleh Allah SWT.

Semoga umat Islam bisa mengambil pelajaran dari berbagai peristiwa, sehingga mereka selalu berpegang teguh kepada ajaran Allah SWT serta selalu siap sedia untuk berkorban dalam mempertahankan iman dan Aqidah, karena dengan demikianlah pertolongan Allah akan datang kepada kita, Allah SWT berfirman.

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”. (Q.S.Muhammad: 7).
Sebagai orang-orang yang telah menyatakan iman seharus yakin bahwa ujian dari Allah SWT itu adalah satu tanda kecintaan Allah kepada kita.

Wallahu a’lam bish-shawabi.

-Rizkan Abqa, S.M-

 

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.