Yang Datang Akan Segera Pergi

oleh

Oleh : Agung Pangeran Bungsu S.Sos*

Datang akan pergi begitulah ungkapan yang kerap digunakan oleh kaum millennial pada hari ini. Kedatangan bulan mulia yang dinanti-nantikan akan segera berganti dengan kata perpisahan.

Segala suka cita dalam menyambut bulan Ramadhan akan berganti dengan pilu dan kesedihan. Bulan Ramadhan atau syahru shiam bukanlah sekedar bulan mulia yang dapat diraih oleh semua orang.

Melainkan kita harus menyadari bahwa kita adalah orang-orang beruntung, hingga kini Allah ta’ala memilihkan jalan taat meskipun itu memang berat. Sungguh ada banyak saudara kita umat muslim yang belum Allah ta’ala izinkan beribadah dengan tenang. Menegakkan qiyamu lail dengan khusu’.

Melakukan i’tikaf tanpa gangguan. Menyelesaikan target-target ibadah hingga menyelesaikan bacaan Quran hingga selesai. Semua itu bukanlah perkara sepele dan sederhana, ketika Allah ta’ala menguji kita semua dengan ujian keamanan pada negeri ini maka tak ada jaminan kita dapat tabah layaknya saudara-saudara kita yang berada di Palestina.

Ujian dan cobaan yang bertubu-tubi begitu berat bukanlah cobaan yang biasa, melainkan Allah ta’ala benar-benar menguji keimanan mereka semua dan semoga Allah ta’ala kokohkan pendirian mereka dalam izzatul Islam.

Pertanyaan yang besar untuk kita semua sudahkan kita memaksimalkan segala daya dan upaya yang kita miliki untuk berfastabiqul khairat berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan sepanjang bulan Ramadhan. Sudahkah kita menyelesaikan rencana-rencana yang telah tersusun rapi di awal Ramadhan lalu.

Lantas apakah project yang terlaksana jauh lebih sedikit dari keseluruhan project yang telah dibuat. Seberapa banyak air mata kita mengalir berlinang untuk memohon ampun atas dosa yang telah silam. Berapa banyak pula keringat kita yang bercucuran untuk memperjuangkan jabatan, kedudukan serta kesenangan yang bersifat sementara. Semua jawaban ada dalam hati kecil kita semua.

Dengan demikan bekal tarbiyah atau pembelajaran sepanjang bulan Ramadhan haruslah melekat menjadi sebuah kebiasaan dalam diri tiap muslim. Setidaknya ada beberapa hal yang harus kita jaga untuk membentengi diri untuk melewati 11 bulan kedepannya.

Perkara yang pertama adalah menjaga waktu shalat, sebagaimana sabda nabi dari Mu’adz bin Jabal, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

رَأْسُ الأَمْرِ الإِسْلاَمُ وَعَمُودُهُ الصَّلاَةُ

“Inti segala perkara adalah Islam dan tiangnya adalah shalat.” (HR. Tirmidzi no. 2616 dan Ibnu Majah no. 3973).

Perkara kedua adalah menjaga lisan dan perkara ketiga menjaga kemaluan, sebagaimana sabda nabi

عن أبي هريرة رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم: مَنْ وَقَاهُ اللهُ شَرَّ مَا بَيْنَ لِحْيَيْهِ وَ شَرَّ مَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ دَخَلَ اْلجَنَّةَ

Dari Abu Hurairah radliyallahu anhu berkata, telah bersabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, “Barangsiapa yang dipelihara oleh Allah dari keburukan apa yang ada diantara dua jenggotnya (maksudnya lidah) dan juga dari keburukan apa yang ada diantara dua kakinya (maksudnya farji atau kemaluan), maka ia akan masuk surga”(HR Tirmizi No. 2409)

Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah mengomentari hadits diatas, “Yang berada diantara dua jenggot (yaitu jenggot dan kumis) adalah lisan dan yang berada diantara dua kakinya adalah farji.

Sama saja halnya apakah ia seorang pria ataupun wanita, yaitu barangsiapa yang menjaga lisan dan farjinya. Menjaga lisannya dari ucapan yang haram berupa dusta, ghibah, namimah, menipu dan selainnya. Menjaga farjinya dari berzina, liwath (homo seksual) dan sarana-sarananya.

Maka Nabi Shallallahu alaihi wa sallam akan menjamin untuknya surga. Maksudnya balasannya adalah surga apabila engkau dapat menjaga lisan dan farjimu. Tergelincirnya lisan itu sama persis dengan tergelincirnya farji, sangat mengkhawatirkan sekali.

Nabi Shallallahu alaihi wa sallam mengkaitkan di antara keduanya hanyalah karena pada lisan itu ada syahwat ucapan. Banyak diantara manusia yang fasih, merasa lezat dan nikmat apabila berbicara tentang kehormatan manusia. (Syarh-Riyadu ash-Shalihin: IV/ 164).

Semoga akan ada kesempatan bagi kita lagi untuk bertemu Ramadhan di tahun yang akan datang. Semoga kita semua memperoleh predikat taqwa dengan penuh pengampunan Allah ta’ala pada bulan Syawal nanti.

Dan semoga Allah ta’ala memudahkan kita mengarungi bulan-bulan yang lainnya dengan selalu menjaga waktu shalat, menjaga lisan serta menjaga farji atau kemaluan agar kita menjadi hamba yang selamat. Wallahu a’lam bish shawab.

*Mahasiswa Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.