Filsafat Diri Kepribadian Akhlak Mulia

oleh

Oleh : Dr. Joni, MN, M.Pd.B.I*

Apa yang kita lihat dan yang tampak oleh mata atas fakta yang dilihat langsung di depan.

Mata serta yang ketahui berdasarkan informasi dari orang lain, ingat jangan langsung menyimpulkan dan mengambil satu keputusan dari apa yang kita lihat ini hanya bentuk fisiknya saja, tetapi apa yang sebenarnya tersirat di balik dilihat, jelas kita tidak mengetahuinya. Tidak jarang orang yang dilihat secara fisiknya sehat ternyata di balik itu ada yang kurang baik, ada yang lusuh tetapi faktanya tidak seperti apa yang tampak, sangat beragam.

Agar tidak salah dalam menilai kepribadian orang dan agar tidak salah saat mengambil keputusan pada orang yang dimaksud, dalam hal ini kajian Psikologi memberi informasi tentang sifat-sifat yang dimiliki oleh manusia, kepribadian manusia itu ada 4 (empat) macam.

Penemuan ini berawal dari tabib Yunani Hippocrates yang menggabungkan empat temperamen ini sebagai bagian dari teori pengobatannya. Kepribadian-kepribadian tersebut adalah (1) Koleris, (2) Melankolis, (3) Plegmatis, dan (4) sanguinitis.

Wijaya Murti mengkaji (dalam: Tirto.id; 30, 8 2019) beliau menjelaskan bahwa orang yang memiliki kepribadian “koleris” dikenal dengan sangat cerdas, analitis dan logis, sangat praktis dan langsung.

Menurut beliau orang yang bertipe ini adalah orang yang tidak harus menjadi teman baik atau orang yang ramah. Kemudian pendapat beliau orang yang memiliki kepribadian yang ini orangnya suka berdebat dan sangat cepat menilai orang sehingga bisa saja terjadi permusuhan.

Penjelasan Andre Kurniawan (25, 6. 2020) menerangkan bahwa orang yang memiliki kepribadian melankolis ini termasuk orang yang bersipat introvert. Mereka umumnya mudah khawatir, pemikir dan tidak terlalu suka dengan keramaian. Mereka juga terkadang meremehkan diri sendiri, padahal kenyataannya diri mereka tidak seburuk itu.

Seseorang dengan tipe kepribadian melankolis dikatakan memiliki sifat yang perfeksionis, peduli dengan sekitar, sangat detail, dan berfikir analisis. Seorang melankolis dikenal sangat cerdas dan cocok menjadi pengusaha. Mereka selalu berfokus pada proses daripada tujuan.

Kinanti (dalam: Popmama.com. 12, 2. 2020) beliau menjelaskan tentang Plegmatis adalah karakter orang yang tenang, santai dan teratur. Plegmatis memiliki pembawaan yang santai dan cinta damai.

Biasanya pribadi seperti ini memiliki hubungan yang baik dengan keluarga termasuk tetangga. Selain itu kepribadian plegmatis dikenal sebagai seorang yang sabar dan lembut sehingga sangat baik jika ikut dalam acara amal atau bakti sosial. Namun sifat buruk seorang plegmatis ialah sering memendam masalah karena tidak enak dengan orang lain sehingga merugikan hidupnya. Sifat plegmatis juga cenderung lama dalam mengambil keputusan karena selalu mementingkan orang lain terlebih dahulu.

Indriani (Suara.com. 16, 10. 2016) menerangkan bahwa orang-orang dengan karakter sanguinis biasanya selalu optimis, riang, antusias dan memiliki semangat hidup yang tinggi. Selalu menarik perhatian atau butuh orang-orang memperhatikannya.

Mereka juga gemar mengambil risiko, maka jangan heran jika karakter sanguinis ini menjadi orang-orang yang suka sekali melakukan petualangan karena tipe ini juga suka sekali mencari kesenangan. Saking sukanya dengan tantangan dan hal-hal baru, mereka jadi mudah bosan.

Sanguinis adalah tipe yang tidak mampu menopang ketertarikannya cukup lama. Ia selalu menginginkan pengalaman-pengalaman baru, sehingga mudah terkesan, mudah juga hilang minat.

Model dan ragam kepribadian yang melekat pada diri setiap orang dapat memberi pengaruh cukup signifikan pada karakter, sikap, dan perilaku individu. Sehingga, kepribadian sering didefinisikan sebagai gabungan dari semua cara di mana individu bereaksi dan berinteraksi dengan orang- orang lain (Robbins, 2008).

Pada dasarnya kepribadian bukan terjadi secara serta merta akan tetapi terbentuk melalui proses kehidupan yang panjang, adapun sasarang yang dituju dalam pembentukan kepribadian ini adalah kepribadian yang memiliki akhlak mulia. Pada hakekatnya, pandangan Khulaisie (dalam Artikel Dosen Institut Dirosat Islamiah Al-Amien Perinduan: Apr 17, 2016) mereka menerangkan bahwa kepribadian secara utuh hanya mungkin dibentuk melalui pengaruh lingkungan, khususnya pendidikan. Jadi dapat disimpulkan, bahwa jika manusia yang sudah benar-benar menjalani proses begitu panjang dengan beragam pengalaman yang dihadapi dalam proses tersebut, tentunya di dalam pendidikan dapat dipastikan memiliki kepribadian yang berakhlak mulia.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat ditarik benang merahnya, yakni manusia memiliki kepribadian yang beragam, sesuai dengan yang dihadapi sehari-hari, yakni ada orang yang tidak menginginkan orang mengetahui tentang pribadinya, seperti kesulitan-kesulitan yang sedang dihadapinya seperti kpribadian Plegmatis, orangnya sangat santai sehingga orang lain tidak mengetahui kesulitan-kesulitan hidup yang sedang dihadapinya.

Ada orang yang senangya adalah menceritakan tentang kesusahannya, walaupun kesulitan yang sedang dihadapinya tidak seberat orang yang berkpribadian plegmatis. Kepribadian ini sesuai dengan Koleris, senangnya pamer tentang kehebatannya, namun sedikit saja mendapat kesulitan, orang ini terus memberitahukan hampir kepada setiap orang yang dia temui, ketika ada sedikit kesalahan orang lain ia sangat senang mendalaminya atau dikaji, sampai terkadang senang memperdebatkan setiap perbedaan walau pun kecil. Orang ini menginginkan orang lain agar seperti apa yang ia kehendaki, orang yang berkepribadian ini tidak mau tau kondisi orang lain.

Agar tidak terjadi melukai perasaan dan hati orang lain, perlu mengetahui orang lain sepenuhnya baik yang tersurat (fisik) dan yang harus yang tersirat (yang tersembunyi di balik fisik atau perilakunya). Dengan kita memahami berbagai perilaku orang sesuai dengan tipe-tipe mereka masing-masing hal ini akan memudahkan kita dalam membangun komunikasi sukses dengan mereka, bagaimana kita harus bersikap dengan orang tersebut, agar sama-sama terjaga tidak saling menyakiti perasaan dan hati masing-masing dan tidak menimbulkan rasa diremehkan atau dilecehkan (dipandang kecil), dan bad mood.

Orang yang berakhlak mulia adalah orang yang benar-benar mengerti dan mengetahui tentang bagaimana cara bersikap terhadap mitra tuturnya atau orang yang mitra berkomunikasinya. Selanjutnya, orang yang berakhlak mulia adalah orang yang pandai menjaga perasaan dan hati orang lain, bukan hanya dia ingin diri pribadinya saja yang dihargai dan dijaga harga dirinya agar tidak dirusak, tetapi ia harus juga menjaga harga diri orang lain juga. Jadi, kepribadian yang berakhlak adalah kepribadian yang tidak mudah memvonis dan tidak meremahkan orang lain.

Kemudian, orang yang benar-benar memiliki kepribadian akhlak mulia ketika ia hendak memberi pemelajaran kepada orang lain agar memiliki orang tersebut memiliki akhlak mulia dengan, orang ini biasanya menggunakan cara dengan mencontohkan yang baik kepada yang lain, tidak dengan memberi komentar dan tidak dengan kata-kata yang berdieksis menyakitkan hati dan melukai perasaan orang.

Penjelasan (dalam Pendidikan Karakter.com: 5, 6.2017) menjelaskan bahwa seseorang yang mengenali dirinya sendiri akan mencapai tangga keberhasilan dalam hidupnya. Karena dia akan mengetahui potensi terbaik dalam dirinya, dan hal-hal apa saja yang perlu diperbaiki agar dapat menjadi lebih maksimal. Jadi, orang yang berkepribadian akhlak mulia adalah orang yang mengenali dirinya sendiri sehingga dia mengerti orang lain dan bagaimana caranya memperlakukan orang lain agar tidak seperti yang sudah dirasakan oleh orang tersebut.

*Penulis adalah wakil ketua 1 di kamous Alwasliyah

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.