Puasa Menjernihkan Pikiran

oleh

Oleh : Zarkasyi Yusuf*

Perjalanan puasa sepertinya terasa begitu singkat, usianya telah memasuki pertengahan atau etape kedua dari tiga etape yang dibagi oleh para ulama. Pertama diberinama rahmah, kedua maghfirah (keampunan) dan terakhir itqum min an nar (kelepasan dari neraka).

Semua berharap, puasa dapat mengubah kehidupan menjadi lebih baik dan berkualitas, usai ramadhan dianugerahkan gelar al-mutaqien oleh Allah SWT. Puasa ramadhan sejatinya menjadi terapi bagi manusia, termasuk terapi bagi pikiran. Targetnya, usai Ramadhan tidak ada lagi pikiran kotor dan tidak bermamfaat bersarang dalam otak manusia.

Apa mungkin puasa mampu menjernihkan pikir manusia? Silahkan berpuasa dengan benar dan sempurna, pasti akan ada jawabnya. Orang tua tempo dulu telah membuktikannya dengan sebuah adagium dalam hadih maja Aceh “bu sikai, ie sikai, ngob jantoeng gadoeh akai” (makanan dan air berlebihan dapat menghilangkan akal).  Allah perintahkan agar manusia makan dan minum dari yang halal sebagaimana firman Allah dalam surat al-Maidah ayat 87-88. Allah juga perintahkan manusia untuk tidak berlebihan dalam makan dan minum, perintah tersebut termaktub dalam surat al-A’raf ayat 31.

Ayat al-Qur’an yang berisi perintah untuk tidak berlebihan dan boros,  menjadi penuntun agar manusia dapat menjalani kehidupan dengan baik, sehat dan kuat dalam melakukan pekerjaan dunia dan akhirat.

Tidak ada kesehatan kecuali dengan menjalankan adab agama, mematuhi perintah dan meninggalkan larangan. Salah satu adab yang harus dipatuhi adalah terkait dengan makan dan minum. Syaikh Ahmad Ali Al Jurjawai (1905-1956) dalam hikmah al-tasyri wa falsafatuhu mengatakan bahwa dalam kenyataannya, makan dan minum mendatangkan bahaya pada anggota tubuh, menghalangi hati dari cahaya suci serta melemahkan pikiran, padahal pikiran begitu sangat penting bagi manusia. Sebab, akal mengantarkan seseorang kepada rahasia ibadah dan hikmah yang terkandung pada alam.

Empat belas abad silam Rasulullah telah memberikan peringatan dalam sabdanya “Keturunan Adam tidak dianggap menjadikan perutnya sebagai wadah yang buruk jika memenuhinya dengan beberapa suap yang dapat menegakkan tubuhnya. Karena itu, apa yang dia harus lakukan adalah sepertiga perutnya untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk nafas,” (HR Ahmad).

Luqman al-hakim berpesan kepada putranya “Wahai anakku! Jika perut penuh, pikiran akan tidur, hikmah akan kelu dan anggota tubuh malas untuk ibadah”. Dalam kitab Siyar A’lamin Nubala yang ditulis Imam Adz-Dzahabi (673-748H), Imam as-Syafii (150-204H) berpendapat bahwa “kenyang membuat badan menjadi berat, hati menjadi keras, kecerdasan berkurang, lebih banyak tidur dan malas ibadah”

Sebagaimana dijelaskan di atas, banyak kecelaan dari makan dan minum berlebihan yang berdampak bagi manusia, satu diantaranya adalah kejernihan hati dan pikiran. Untuk itu, puasa yang salah satu rukunnya adalah menahan diri dari makan dan minum, menjadi instrument untuk mengendalikan kecenderungan manusia kepada makan dan minum.

Kecederungan ini jika tidak dapat dikendalikan dan dipergunakan sesuai ketentuan akan menyebabkan manusia hina. Jika direnungi, kekacaaun yang terjadi di dunia ini disebabkan oleh kecenderungan manusia dalam mencari makan dan minum, apalagi dengan berlindung dibalik nama kewajiban “mencari nafkah”.

Salah satu pintu setan untuk masuk ke dalam hati manusia adalah melalui rasa kenyang, meskipun makanananya halal dan bersih tetapi berlebihan dapat menguatkan hawa nafsu, sehingga mempengaruhi pikir manusia.

Bagaiamana dengan makanan yang haram? Tentu akan lebih berdampak, mempengaruhi pikir dan sikap manusia. Islam mengajarkan agar manusia selalu berhati-hati, menghindar dari sesuatu yang haram dan syubhat, kehati-hatian ini disebut dengan sikap wara’. Dalam kitab al-manhaj al-shawi Habib Ibrahim Zain bin Ibrahim bin Smith menceritakan  kisah Abu Bakar dengan pembantunya.

Suatu hari Abu Bakar dibawakan makanan oleh pembantunya, sebab terlalu lapar Abu Bakar langsung memakannya. Biasanya Abu Bakar bertanya kepada pembantunya tentang asal muasal makanan yang disuguhkan kepadanya, tetapi hari itu tidak demikian. Pembantu Abu Bakar menceritakan dimana ia memperoleh makanan yang diberikan kepadanya, makanan itu adalah pemberian seseorang sebagai imbalan bagi dirinya karena ia mengobati orang tersebut.

Saat itu juga, Abu Bakar dengan susah payah memuntahkan makanan yang telah dimakannya, akhirnya Abu Bakar berhasil memuntahkannya. Itulah sikap wara’ yang ditunjukkan Abu Bakar as-shiddiq.

Hidup diakhir zaman, kehati-hatian dari yang syubhat dan haram terasa telah diabaikan, apalagi ada pernyataan menyesatkan dan berkembang dalam masyarakat bahwa “zaman sekarang jangankan mencari yang halal yang haram saja susah”.

Jika ada yang berprinsip demikian, maka pasti bagi orang tersebut akan susah mendapatkan sesuatu yang halal. Sebab, prinsipnya itu mengisyaratkan bahwa Allah tidak sanggup memberikan sesuatu yang halal. Ini akan menjadi awal mula petaka dalam kehidupan ini.

Pikiran manusia lahir dari gerak hati, jika hatinya bersih pasti akan lahir bisikan bisikan baik yang akan mempengaruhi pikirannya serta berdampak pada sikap dan tindakannya. Sebaliknya, makanan haram yang masuk dalam tubuh manusia, menjadi darah dan menyebar ke seluruh tubuh, hati sebagai pusat kendali akan mengirimkan bisikan bisikan jahat kepada pikirannya, sehingga jahat pula ide, sikap dan tindakannya.

Dalam menjernihkan pikir, aktifitas tafakkur dan zikir menjadi suplemen yang akan meningkatkan imunitas pikiran, mendorongnya menjadi lebih baik dan berkualitas.

Sebagai makhluk yang dianugerahkan potensi akal, mengoptimalkannya pada jalan yang dikehendaki oleh Allah menjadi manivestasi syukur atas anugerah akal. Manusia derajatnya akan lebih tinggi, bahkan diatas Malaikat jika mampu memamfaatkan potensi akalnya. Sebaliknya, derajat manusia akan lebih rendah dari binatang jika hanya memperturutkan keinginan hawa nafsu dan mengabaikan akal.

Puasa sebagai salah satu cara mengendalikan hawa nafsu menjadi kesempatan emas, dimamfaatkan dengan benar untuk mengendalikan nafsu agar tidak mendominasi akal, sehingga lenyaplah kesombongan, keangkuhan, iri, dengki, khianat serta sikap sikap tercela lainnya.

Jika sifat sifat terpuji telah hadir dalam jiwa, maka pikiran akan jernih, tidak mendhalimi, mendukung kebaikan dan tidak simpati pada kemungkaran. Ide ide cemerlang pasti akan mampu menata kehidupan menjadi lebih baik, hidup yang mendapat keridhaan dari sang pencipta pikiran.

Mari berjuang menjernihkan pikir dengan mengendalikan hawa nafsu dan melazimkan zikir. Andai pikir manusia telah jernih, pasti akan sirna tabiat pemimpin yang mengkhianati rakyatnya, intelektual yang tidak mencerdaskan, orang kaya yang kikir, orang miskin yang tidak sabar, ruang dengar manusia akan sunyi dari sumpah-serapah dan upat-caci.

*ASN Pada Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.