Enti Ukang ; Belajar Dari Kasus Positif Covid-19 Pasar Raya Padang

oleh

Oleh : Fathan Muhammad Taufiq*

Kondisi saat ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, dimana saat ini semua kita bersiaga untuk mencegah menyebarnya virus mematikan bernama corona.

Namun menjelang dan memasuki bulan Ramadhan tahun ini, sepertinya di seputaran kota Takengon, nyaris semua orang abai akan hal ini. Mulai dari hari meugang pertama dan kedua (dua dan satu hari menjelang puasa), keramaian di tempat penjualan daging maupun ayam masih terlihat sama dengan tahun sebelumnya.

Tanpa mempedulikan himbauan untuk melakukan physical distancing, orang-orang tetap saja berdesakan di pasar dan tempat penjualan daging lainnya, tanpa takut sedikitpun bersentuhan atau kontak fisik dengan orang lain yang entah datang dari mana.

Keramaian ternyata terus berlanjut, hanya bergeser tempat dari pasar daging ke lapak takjil bukaan puasa seperti di seputaran Pasar Inpres Baleatu dan beberapa tempat lainnya.

Dari pantauan rekan-rekan media, hari pertama dan kedua puasa, tempat jajanan bukaan puasa tersebut ramai dipadati pengunjung, nyaris tidak ada physical distancing di tempat ini.

Kondisi ini diperparah dengan perilaku menyepelekan dari sebagian masyarakat yang enggan menggunakan masker meski berada di keramaian seperti itu

Sampai dengan saat ini, kabupaten Aceh Tengah memang masih dalam kategori daerah hijau, dimana belum ditemukan kasus positif atau suspect covid. Namun bukan berarti masyarakat di kota dingin ini boleh beranggapan bahwa kondisi baik-baik saja.

Meski berstatus hijau, kita dikelilingi daerah yang sebagian sudah berstatus merah seperti Kota Lhokseumawe dan Kabupaten Gayo Lues. Kalau kita terus terlena dan abai, bukan tidak mungkin pandemi ini juga akan menyebar di daerah kita.

Bagi mereka yang tau bagaimana proses penularan covid dari manusia ke manusia, tentu merasa ngeri melihat masyarakat yang seolah tanpa rasa khawatir tetap mendatangi tempat ramai, hanya sekedar memenuhi hasrat menikmati takjil puasa.

Padahal dalam bulan puasa seperti sekarang ini, tidak tertutup kemungkinan masuknya orang dari luar daerah yang sudah terjangkit covid, baik itu mereka yang pulang kampung ke Gayo maupun pendatang yang memang berniat mengais rejeki di daerah ini.

Dalam kondisi demikian, jika masih terus nekat mendatangi keramaian, tentuk kontak fisik tidak dapat dihindari, dan ini sangat riskan terkait dengan upaya pencegahan penyebaran covid.

Kalau fenomena ini akibat ketidaktahuan masyarakat, kemungkinan itu sangat kecil, karena informasi dari berbagai media pasti sudah diakses oleh masyarakat.

Kemungkinan terbesar, ini adalah akibat sikap ‘ukang’ dari sebagian masyarakat, meski mereka tau ini beresiko, toh mereka tetap nekat, karena mereka beranggapan toh selama ini tidak pernah terjadi apa-apa.

Hanya saja, mungkin karena merka kurang atau bahkan enggan membaca, mereka tidak tau atau mungkin tidak mau tau bahwa penyebaran covid yang nyaris tidak terkendali di negara Italia dan Ekuador itu berawal dari sikap ‘ukang’ masyarakatnya.

Belajar dari Kasus Pasar Raya Padang

Sebenarnya ada contoh yang lebih dekat, yaitu penyebaran covid yang terjadi di Pasar Raya Padang, Sumatera Barat. Dari pasar terbesar di kota Padang ini, tercatat sudah 18 orang terpapar covid akibat kontak fisik langsung ketika berinteraksi di pasar tersebut.

Bahkan tingkat penularan covid di pasar ini sudah sampai ke lini empat, artinya sudah terjadi penularan tiga kali sejak kontak fisik pertama. Dari kasus penularan covid melalui kontak fisik di pasar ini, 3 orang positif covid sudah dilaporkan meninggal.

Penelusuran dari instansi kesehatan setempat menunjukkan bahwa penularan covid di Pasar Raya Padang ini berawal dari riwayat kontak pedagang dengan keluarganya yang terdeteksi positif covid. Dari penelusuran tersebut, ditemukan fakta bahwa ada 3 orang pedagang yang pernah terlibat kontak fisik dengan pasien terpapar covid.

Kalau saja tidak ada aktifitas di pasar konvensional yang mengharuskan pembeli dan pedagang bertemu langsung, tentu kasus tersebut tidak akan menyebar atau menular ke orang lain. Dalam kondisi pandemi seperti saat ini, pasar konvensional tentu bukan pilihan berbelanja yang bijak, karena masih terjadi kontak fisik antara pedagang dengan pembeli atau pembeli dengan pembeli lainnya.

Mereka yang tertular di pasar, kemudian juga menularkan kepada keluarga dan tetangga mereka, sehingga sebaran penularan semakin luas.

Tidak ada pilihan lain, Pemerintah Kota Padang akhirnya menutup sementara aktifitas jual beli di Pasar Raya guna menekan risiko penularan virus corona lebih meluas. Selain itu Dinas Kesehatan setempat juga telah melakukan penelusuran riwayat kontak 18 orang yang dinyatakan positif Covid di Pasar Raya Padang serta memeriksa lebih dari 100 orang yang pernah berinteraksi dengan mereka.

Penyemprotan desinfektan ke seluruh bagian pasar, hanyalah salah satu upaya pencegahan, tapi yang paling utama adalah memutus mata rantai penyebaran virus dengan meniadakan kontak fisik di tempat-tempat ramai seperti pasar.

Untuk pasar skala besar dengan pengunjung ratusan bahkan ribuan orang, tentu bukan hal mudah untuk melakukan pemantauan dan pengawasan. Pembatasan sosial (social distancing) seperti mustahil diterapkan kalau pasar tetap dibuka, karena struktur bangunan pasar tidak memungkinkan terjadinya pembatasan sosial.

Satu hal lagi, kasus di Pasar Raya Padang ini juga terkait erat dengan perilaku masyarakat yang sepertinya abai dengan peringatan dari pemerintah yang jauh ghari sudah menghimbau untuk menghindari keramaian
Belajar dari kasus tersebut, agaknya perlu evaluasi terhadap keberadaan lapak takjil yang ada di pusat pasar di Kota Takengon ini.

Harusnya dari awal, lapak ini tidak dibuka untuk saat ini, dan sudah banyak pihak yang mengingatkannya. Sebagian orang juga sudah menawarkan solusi melalui skema pasar online atau pasar digital, nmun dengan dalih menghidupkan perekonomian masyarakat, lapak itupun tetap dibuka, dan dalam dua hari ini saja pengunjung tetap membludak seperti tahun-tahun sebelumnya, ini yang membuat semuanya serba beresiko.

Mungkin ada benarnya juga, tumpukan massa di pasar takjil ini terkait dengan perilaku ‘ukang’ dari masyarakat, tapi tentu tidak sepenuhnya hanya masyarakat yang disalahkan.

Pihak-pihak yang mefasilitasi dibukanya lapak ini, juga bagian dari kontra produktif ini, kalau saja lapak tidak dibuka, tentu tidak akan ada orang datang berkerumun. Seperti kasus Pasar Raya Padang, setelah pasar ditutup, kan tidak ada lagi kerumunan orang, dan ini efektif untuk memutus mata rantai penyebaran covid.

Sepertinya harus difikirkan kembali cara-cara efektif yang aman untuk tetap menghidupkan perekonomian masyarakat, tapi juga tetap menjaga social distancing dan physical distancing. Menjalankan sekema pasar takjil online atau digital dengan sistem antar bayar, mungkin lebih aman dalam kondisi sekarang ini.

Sementara bagi para pedagang, berjualan di rumah masing-masing dengan melayani pembelian via telepon, juga lebih baik ketimbang harus berdesakan di pasar takjil yang sangat beresiko.

Bagi masyarakat, tentu lebih aman berbelanja takjil dari rumah, karena dengan fasilitas telepon seluler yang jaringannya sudah menyebar ke seluruh pelosok, tentu tidak sulit mengakses cara belanja seperti ini.

Sementara bagi pemerintah daerah, melakukan pengawasan dan pemantauan rutin terhadap pengunjung pasar yang jumlahnya tidak sedikit tentu bukan hal yang mudah, dan memutuhkan banyak personil, tentu ini sangat tidak efisien.

Dan lagi pemantauan yang sifanya hanya menghimbau, tidak mungkin bisa mendeteksi dari mana pengunjung itu datang, dan ketika dteksi awal tidak bisa dilakukan, maka peluang penyebaran covid akan makin besar, Na’udzu billahi min dzalik, tentu kita semua tidak mengharapkan itu terjadi di daerah kita.

Agaknya perlu pemikiran kita bersama untuk memberikan solusi terbaik, dan pemerintah daerah hendaknya juga tidak alergi terhadap masukan-masukan dari masyarakat. Yang dibutuhkan adalah duduk bersama untuk merumuskan kebijakan yang win win solution, karena kita sedang dalam kondisi yang tidak biasa, tentunya kita tidak bisa hanya berfikir dan bertindak biasa-biasa saja. []

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.