Setiap Waktu adalah Momentum

oleh

Oleh : Ahmad Dardiri*

Setiap waktu adalah momentum. Setiap waktu adalah saat yang tepat. Setiap waktu adalah kesempatan. Bila waktu tidak dijadikan seperti itu maka akan hanya menjadi sebuah kenangan pahit, penyesalan tak berujung, bahkan kerugian yang tiada tara bila hal itu menyangkut sebuah nilai-nilai kebaikan. Misal seorang akan merasa menyesal, mengapa bukan saya yang naik tiang bendera itu untuk memperbaiki tali yang tersangkut, coba jika waktu itu saya ambil kesempatan. Ataupun seorang sopir yang saat terlintas dipikirannya untuk memasangkan sabuk pengaman lalu menunda, maka ia akan merasa menyesal saat kena tilang polisi.

Dan masih banyak lagi penyesalan yang mungkin kita alami, namun bila itu terjadi saat nyawa masih di kerongkongan, masih bisa menikmati indahnya kehidupan, masih bisa kita jadikan pelajaran untuk tidak lagi mensia-siakan waktu. Kata Ebiet G. Ade “Mumpung Masih ada Waktu.”

Setiap waktu adalah momentum. Itu saya dengar dari sang khatib di hari raya idul adha hari Rabu, 22 September 2018 lalu. Dan ini saya jadikan momentum untuk menjadi sebuah tulisan.

Setiap waktu adalah momentum. Maka akan menjadi waktu yang tepat bagi seorang pemuda untuk menggali ilmu pengetahuan, sehingga akan tidak menjadi penyesalan saat tua. Pengetahuan telah didapat, tinggal dipergunakan dan dikembangkan, tidak ribet untuk mencarinya, mempelajari, memahaminya di malam hari, eh paginya sudah lupa akibat belajar ketika sudah tua.

Setiap waktu adalah momentum. Bagi para pekerja, dan setiap orang beriman adalah pekerja. Kesempatan lapang adalah saat yang tepat untuk terus bekerja (beramal shaleh). Tidak ditunda setiap amal, karena kesempatan tidak datang kedua kali. Disinergikan kemampuan akal, finansial dan motivasi hati untuk mengisi waktu lapang, sehingga tidak merasa menyesal saat berjibun berbagai kesibukan dalam keinginan. “Yah, azan telah berkumandang, kerja belum kelar,” ini contoh akibat tidak mensinergikan saat waktu lapang.

Setiap waktu adalah momentum. Maka akan menjadi kesempatan bagi orang kaya untuk mempergunakan kekayaannya. Tidak menundanya untuk berbuat kebaikan. Rezeki dari Allah akan datang kapan Dia kehendaki, dan akan diambil kembali kapan saja Dia kehendaki. Surat keterangan dalam keadaan pailit, bisa saja datang tiba-tiba, cara yang tepat adalah jaga kayamu sebelum miskinmu.

Setiap waktu adalah momentum. Penyesalan orang sakit sangat terasa, bila ia ingat waktu sehat. Kita tentu pernah merasakan. Betapa banyak orang merasa menyesal, akibat mengkonsumsi sesuatu dilarang dan berujung dengan rasa sakit. Sepertinya apa pun akan dipertaruhkan untuk bisa sembuh. Dalam sehat saat tepat untuk tetap waspada untuk menjaga kesehatannya.

Setiap waktu adalah momentum. Mumpung masih hidup, bagi orang tua,
maka akan menjadi sebuah kesempatan bagi seorang orang tua untuk terus memperhatikan edukasi anak-anaknya untuk terus dibimbing dalam kebaikan, disuruhnya taat melaksanakan perintah Allah. Disuruhnya untuk melaksanakan shalat ketika telah berumur tujuh tahun, dari pada ia akan mendapatkan tantangan keras saat menyuruh anak sudah berumur 18 tahun yang sudah jago melawan akibat salah pergaulan. Diarahkannya pada akhlak yang mulia, untuk senantiasa menghormati yang lebih tua, menyayangi yang muda, melebar pintu saling memaafkan, sehingga menghasilkan generasi bebas dendam kesumat, yang tidak menyalahkan masa lalu, tetap optimis dengan Rahmat Allah, dan senantiasa memotivasi dengan ungkapan “semoga kita sabar melaksanakan perintah Allah!”

Setiap waktu adalah momentum. Demikian juga saat Nabi Ibrahim ‘alaihi salam melaksanakan perintah Allah untuk menyembelih Nabi Ismail ‘alaihi salam. Saya tak mau berandai-andai jika beliau menundanya, karena Nabi Ibrahim adalah orang yang hanief.

*Penulis adalah ASN Kemenag selaku Kepala MTsN 7 Aceh Tengah, Jagong Jeget

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.